Mencintai sesama mukmin dan mengikat tali ukhuwah (persaudaraan)
merupakan suatu perbuatan yang amat mulia dan sangat penting. Allah SWT
menyatakan persaudaraan sebagai sifat kaum mukminin dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat, seperti dalam firman-Nya :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat” (Al Hujuraat : 10)
Persaudaraan yang terjalin di antara kaum mukmin sesungguhnya
merupakan anugrah nikmat yang sangat besar dari Allah SWT. Sebagaimana
firman-Nya :
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” ( Ali Imran : 103)
هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ . وَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا
أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ
إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan- Nya dan dengan
para mu’min, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang
beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di
bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi
Allah telah mempersatukan hati mereka” ( Al-Anfaal : 62-63)
Seiring perjalanan waktu, tali ukhuwah yang telah terjalin terkadang
bisa mengendur, bahkan putus sama sekali dikarenakan virus-virus yang
berjangkit di hati, antara lain :
1. Tamak akan kenikmatan dunia
Banyak kasus dua orang sahabat yang saling mencintai dengan tulus
sehingga masing-masing merasa berat untuk berpisah dari kawannya,
tiba-tiba sikap mereka berubah ketika tergiur dengan gemerlap dunia dan
berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Apa yang akan kita lakukan
seandainya ada peluang rizki di mana kita dan saudara kita sama-sama
membutuhkan? Sering terjadi dua orang sahabat saling bersaing, saling
jegal demi mendapatkan satu pekerjaan. Di sinilah sifat itsar
(mendahulukan saudara) kita diuji.
Sebaik-sebaik sifat itsar adalah yang seperti dilakukan oleh kaum
Anshar terhadap kaum Muhajirin sebagaimana diabadikan dalam Al Hasyr :
9 berikut ini.
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ
يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ
حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ
بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah
beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa
yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Al-Hasyr:9)
2. Tidak santun dalam berbicara
Hal ini merupakan pintu yang paling leluasa bagi setan untuk masuk
menebar bibit-bibit perselisihan dan permusuhan di antara sahabat.
Banyak yang beranggapan, hubungan istimewa yang terjalin dengan
sahabatnya membebaskannya dari tutur kata yang sopan.
Contoh gaya bicara kepada saudara kita yang harus dihindari adalah :
a. Berbicara dengan nada suara tinggi dan menggunakan kata-kata kasar
Di dalam Al Qur’an, Allah mengisahkan wasiat Luqman dalam mendidik anaknya :
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (Luqman : 19).
Ali bin Abu Thalib berkata : “barangsiapa lembut tutur atanya, niscaya manusia suka dengannya”.
b. Tida k mendengar saran saudaranya, enggan menatap ketika berbicara atau memberi salam, tidak menghargai keberadaannya.
Seorang ulama salaf berkata : “Ada orang yang memberitahuku tentang
suatu hadits, padahal saya telah mengetahuinya sebelum ia dilahirkan,
namun kesopanannya mendorongku untuk tetap mendengarnya hingga
selesai.”
Kemuliaan akhlak Rasulullah membawa beliau untuk tetap mndengar dan
tidak memotong kata-kata seorang musyrik bernama ‘Utbah. Ketika
berhenti, Rasulullah bertanya kepadanya : “Apakah engkau sudah selesai,
hai Abul-Walid (panggilan ‘Utbah)?”
c. Bercanda secara berlebihan
Canda ringan dalam batas kesopanan dan tidak keluar dari ruang
lingkup yang benar akan menambah kelenturan dan kehangatan hubungan
ukhuwah. Sebaliknya, canda yang berlebihan dan melampaui batas
kesopanan akan mempercepat kehancuran ukhuwah.
d. Sering mendebat dan membantah
Sering mendebat dan membantah diikuti oleh dampak begatif lainnya
seperti menganggap unggul ide, sering mengkritik ide sahabat, sok tahu,
menggunakan kata-kata pedas yang bernada merendahkan pemahaman, cara
berpikir, dan kekuatan penguasaannya terhadap suatu masalah.
Sesungguhnya salah satu faktor paling signifikan yang dapat memicu rasa
benci dan dengki antara sahabat adalah kebiasaan
berselisih/berbantah-bantahan yang seringkali tanpa didasari oleh
ketulusan dalam upaya mencari kebenaran. Perselisihan juga terkadang
menjebak keduanya dalam pembicaraan mengenai masalah yang masih samar,
tanpa dalih argumen yang jelas. Perselisihan juga mendorong salah
seorang di antara kedua sahabat tersebut terus berbicara, kendati tiada
hasil yang dicapai, selain memperburuk hubungan dan mengubah sikap.
Sabda Rasulullah :
إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ
“Sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang sangat keras kepala dan suka membantah” (HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Tirmidzi, Ahmad)
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ
“Tiada kaum yang menjadi sesat setelah mendapat petunjuk kecuali karena mereka suka saling berbantah-bantahan” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
“Aku adalah penghulu (kepala) rumah di taman surga – yang
diperuntukkan – bagi orang-orang yang menghindari perdebatan
(perselisihan) , sekalipun dalam posisi yang benar” (HR. Abu Dawud)
e. Kritikan keras yang melukai perasaan
Salah satu faktor yang dapat merusak suasana pembicaraan dan
hubungan ukhuwah adalah menyerang dengan kritikan bernada keras atau
kritikan yang tidak argumentatif. Seperti ungkapan : “Semua yang kamu
katakan adalah salah, tidak memiliki dalil yang menguatkan.” Atau :
“Kamu berseberangan dengan saya.”
Jika antum seorang yang beretika baik, seharusnya yang antum katakan adalah : “Beberapa sisi dalam pendapatmu itu perlu dipertimbangkan lagi”, “Menurut hemat saya….”, “Saya mempunyai ide lain, harap antum menyimaknya dan memberi penilaian”, dan ungkapan-ungkapan serupa lainnya.
Jika antum seorang yang beretika baik, seharusnya yang antum katakan adalah : “Beberapa sisi dalam pendapatmu itu perlu dipertimbangkan lagi”, “Menurut hemat saya….”, “Saya mempunyai ide lain, harap antum menyimaknya dan memberi penilaian”, dan ungkapan-ungkapan serupa lainnya.
3. Sikap Acuh/tidak care atau cuek
Ukhuwah yang tidak dihiasi dengan kehangatan perasaan dan gejolak
rindu, adalah ukhuwah yang kering. Ia akan segera gugur dan luntur.
Imam Ahmad dalam bukunya az-Zuhd dan Ibnu Abi Dunya dalam bukunya
al-Ikhwan, menceritakan bahwa pada suatu malam Umar bin Khaththab
teringat kepada seorang sahabatnya, dan ia terus bergumam lirih :
“Mengapa malam ini terasa begitu panjang.” Maka setelah menunaikan
shalat Subuh, Umar segera menemui sahabatnya itu dan memeluknya dengan
erat. Subhanallah…..Itulah perasaan yang membuat seseorang merindukan
saudaranya, sehingga berangan-angan agar tidak berpisah darinya, baik di
dunia maupun di akhirat.
Berempati atas semua musibah dan penderitaan yang dialami saudara
atau sahabat serta memperhatikan keperluan-keperluannya merupakan salah
satu hal yang bisa mempererat ukhuwah. Seorang ulama salaf berkata : “Jika seekor lalat hinggap di tubuh sahabatku, aku benar-benar tidak bisa tinggal diam (Abu Hayyan at-Tauhidi, al-Mukhtar minash Shadaqah wash-Shadiq, hlm. 143).
Perasaan yang tulus juga akan mendorong seseorang untuk mendoakan
sahabatnya ketika berpisah dan menyebut namanya dalam waktu-waktu
terkabulnya do’a.
Sabda Rasulullah :
“Doa seorang muslim untuk kebaikan saudaranya yang dilakukan dari kejauhan, niscaya akan dikabulkan”. (HR. Muslim, Ibnu Majah, Ahmad)
4. Mengadakan Pembicaraan Rahasia
إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آَمَنُوا
“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, agar orang-orang yang beriman itu berduka cita” (Al-Mujadilah : 10)
Dalam riwayat Ibnu ‘Umar ra dinyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِثِ إِلَّا بِإِذْنِهِ فَإِنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ
“Jika kamu bertiga, maka janganlah dua di antara kamu membuat
pembicaraan rahasia , kecuali jika orang ketiga mengizinkan, karena
perbuatan itu dapat membuatnya sedih”. (Ahmad)
5. Keras kepala, enggan menerima nasihat dan saran
Sikap keras kepala dan enggan mnerima nasihat, membuat seorang
sahabat merasakan adanya dinding pemisah antara diri antum dan dirinya.
Ia merasa sulit untuk terbuka dalam setiap pembicaraan dengan antum,
bahkan -mungkin- menganggapmu sombong.
Rasulullah saw sering didatangi oleh para sahabat dan istri-istri
beliau untuk memberikan ide dan saran dalam berbagai hal. Beliau mau
menerima dan menuruti saran mereka dengan senang hati, sekalipun dalam
bentuk pernyataan keberatan, kritik, atau sekedar pertanyaan.
6. Sering membantah, berbeda sikap dan bersikap sombong dan kasar
Untuk menambah kehangatan ukhuwah, dua orang yang bersahabat mesti
memiliki beberapa kesamaan sifat, kebiasaan, dan watak. Pepatah
mengatakan : “Burung-burung bergerombol dengan sesama jenisnya.”
Malik bin Dinar berkata : “Dua insan tidak akan terikat dalam jalinan ukhuwah, kecuali jika masing-masing memiliki sifat yang sama dengan sahabatnya.”
Karena itu, betapa banyak orang yang berjumpa sekilas dalam
perjalanan, kemudian berubah menjadi teman yang sangat dekat. Hal
tersebut biasa terjadi karena antum menemukan beberapa kesamaan
perasaan, kesenangan, pemahaman, dan ide.
Di antara faktor yang dapat menambah keakraban ukhuwah sekaligus
menjaganya dari kehancuran adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan
beberapa kebiasaan sahabat. Sebaliknya, sering berseberangan dengan
sahabat dapat mengurangi keakraban. Tetapi tentunya semua itu dilakukan
dengan syarat tidak melanggar aturan syari’at agama.
Terhadap saudara atau sahabat, kita juga harus bersikap lembut dan
tidak sombong. Anas bin Malik, pelayan Rasulullah saw pernah
menceritakan tentang kelemah-lembutan Rasulullah. Kata beliau : “Aku
menjadi pelayan Rasulullah saw selama 10 tahun, dan selama itu beliau
tidak pernah mengeluh atau mengomentari pekerjaanku, seperti mengatakan,
‘Kenapa kamu lakukan ini?’, juga tidak pernah berkomentar ketika aku
tidak melakukan sesuatu, seperti mengatakan ‘Kenapa kamu tidak melakukan
ini?’.
7. Memberi teguran di depan orang lain
Salah satu hak ukhuwah terhadap saudara kita adalah memberi nasihat
apabila ia melakukan kemungkaran, maksiat atau kesalahan, dengan tujuan
agar ia kembali pada kebenaran sekaligus terhindar dari ancaman
kemurkaan dan siksa Allah SWT.
Namun demikian, nasihat tidak boleh dilakukan secara terbuka di
tengah keramaian umum, kecuali dengan alasan yang mendesak, karena
merupakan sifat manusia, dia tidak suka jika keburukan-keburukan nya
dibuka di depan umum. Lebih dari itu, menasihati atau menyebut kesalahan
seseorang di muka umum merupakan penyebab cepat pudarnya rasa cinta
dan mudah tertananam bibit-bibit permusuhan karena merasa dicemarkan
dan dihina, juga dapat menimbulkan sifat keras kepala dan nafsu untuk
membalas dendam.
Lain halnya bila seseorang dikritik atau dinasihati dalam keadaan
menyendiri, ia akan lebih menerima, mampu memahami permasalahan dengan
jelas, dan tertarik kepadamu karena merasa telah diberi pertolongan dan
diingatkan akan kesalahan yang telah dilakukan.
Terkadang ada orang yang memberi nasihat ingin melihat hasil dari
usahanya secepat kilat, sehingga berharap agar orang yang dinasihatinya
berubah seketika. Jika tidak demikian, ia berasumsi bahwa nasihatnya
telah gagal, atau terus berupaya menekan orang yang dinasihati, sehingga
lebih mirip sebuah pemaksaan kehendak daripada menasihati. Ia juga
beranggapan bahwa orang yang dinasihati itu tidak mengerti nasihat yang
diberikannya, atau belum menerima nasihat itu. Pandangan seperti itu
adalah tidak benar, karena sudah menjadi tabiat umum manusia, mereka
enggan mengakui kesalahan secara langsung, melainkan membutuhkan rentang
waktu untuk berpikir, atau mencari kesempatan untuk kembali.
8. Sering menegur, tidak toleran dan cenderung negative thinking serta enggan memaafkan
Sikap sering menegur dan menekan sahabat dapat mengakibatkan
terpuruknya tali ukhuwah, karena sahabatmu beranggapan bahwa Anda tidak
dapat menerima kekurangannya sekecil apapun, atau menganggapmu selalu
diliputi prasangka buruk terhadapnya. Jika Anda terus menggunakan cara
bergaul seperti ini, tentu Anda tidak akan mendapatkan seorang sahabat
yang bebas dari kekurangan. Artinya, Anda tidak akan pernah bisa
menjalin ukhuwah.
Dalam memilih teman atau sahabat, kita perlu menentukan kriteria
ideal, misal : akhlaqnya bagus, karena kita memang dianjurkan untuk
bergaul dengan orang-orang yang shalih. Akan tetapi perlu diingat juga
bahwa tidak ada sahabat yang bebas dari kekurangan, sebagaimana Anda pun
tidak lepas dari kekurangan. Maka terimalah kekurangannya sebagaimana
ia menerima kekuranganmu. Fudhail bin ‘Iyadh berucap : “Siapa mencari
sahabat tanpa cacat, niscaya sepanjang hidupnya tidak mendapat sahabat.”
Salah satu ciri ukhuwah yang tulus lainnya adalah suka memaafkan dan
lapang dada terhadap kesalahan. Hasan bin Wahb berkata : Di antara
hak-hak ukhuwah adalah memaafkan kesalahan sahabat dan terbuka atas
segala kekurangannya.”Suatu kesalahan yang dilakukan oleh sahabat tidak
boleh menjadi alasan untuk menjauhi atau putus darinya. Rasulullah saw
bersabda :
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Penyambung persaudaraan bukanlah orang yang membalas kebaikan
yang pernah diterimanya, namun penyambung persaudaraan adalah yang
diputus hubungannya, lalu dia menyambungnya kembali.” (Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi)
Dalam untaian bait puisinya, Imam Syafi’i berkata :
Ketika aku memaafkan dan tidak menyimpan iri di hati # Jiwaku tenteram bebas dari tekanan rasa permusuhan
Kuucapkan salam di saat berjumpa lawan # Agar manahan bibit permusuhan
Dengan ucapan salam # Kutampakkan wajah berseri kepada orang yang kubenci
Seakan berbunga hatiku penuh kecintaan # Manusia adalah penyakit
Penawarnya dengan cara mendekati # Jika menjauhi berarti mengabaikan cinta sejati
Jika sahabatmu menyakiti atau berbuat kesalahan kepadamu, maka
sikapilah dengan lapang dada dan maafkanlah jika sanggup memafkannya
dengan penuh ketulusan. Namun jika tidak, tegurlah dengan baik, seperti
yang dianjurkan oleh Abu Darda’ ra : “menegur saudaramu atasa
kesalahannya adalah lebih baik, daripada harus berpisah. Adakah yang
sanggup menunjukkan kepadamu seorang sahabat yang sempurna?”
9. Mudah percaya hasutan orang-orang yang mendadu domba dan memendam dengki
Merupakan kesalahan besar jika Anda mudah mempercayai isu yang
berkembang mengenai sahabatmu, atau menuduhnya telah melakukan
perbuatan yang menyakitkan, hanya berdasarkan kepada kabar burung dan
isu yang diterima. Waspadalah, karena banyak orang yang dengki kepada
orang-orang yang terikat dalam jalinan ukhuwah. Para pendengki tersebut
mempunyai kecemburuan yang sangat tinggi. Mereka tidak suka melihat
hubungan tulus yang begitu kuat mengikat hubungan orang2 yang
bersahabat, mereka tidak tenang selama tali ukhuwah tersebut belum
tercerai-berai.
Oleh karena itulah, orang2 yang dipertemukan oleh Allah SW dalam
sebuah jalinan ukhuwah harus yakin bahwa satu sama lainnya saling
mencintai karena Allah, saling mencintai dengan penuh ketulusan yang
muncul dari nurani yang paling dalam. Dengan demikian, sekuat apapun
para pendengki memusuhi, tetap tidak akan mampu menggoyahkan kokohnya
konstruksi ukhuwah.
Firman Allah SWT :
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ
جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ
بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“dan -Allah- yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang
beriman)[622]. walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada
di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan
tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha
gagah lagi Maha Bijaksana”.(Al Anfal : 63)
10. Membuka Rahasia
Salah satu faktor yang dapat mempertahakankan ukhuwah adalah menjaga
rahasia sahabat agar tidak tersebar. Rasulullah saw bersabda :
إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ بِالْحَدِيثِ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ
“Jika seseorang diberitahu oleh sahabatnya mengenai suatu hal,
lalu ia pergi, maka hal tersebut telah menjadi amanat (rahasia yang
harus dijaga) baginya.” (Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad)
Sebagian ulama membuat ilustrasi mengenai sahabat yang membawa
malapetaka jika dekat dengannya, yaitu orang yang jika dekat, ia
berusaha mengetahui rahasia, mengumpulkan data-data yang berhubungan
dengan kita, memperhatikan kesalahan dan kekurangan, menghitung
kesalahan-kesalahan kecil yang tidak disengaja, menghafal saat-saat kita
tergelincir ucapan atau perbuatan spontan dalam keadaan biasa maupun
sedang marah, atau di dalam pembicaraan terbuka dan lepas yang siapapun
sulit terhindar dari kelalaian, kemudian ia menjadikan semua itu
sebagai senjata untuk menjatuhkan sahabtanya di kala terjadi
perselisihan”. Semoga kita semua terhindar menjadi sosok sahabat yang
seperti ini. Naudzubillah mindzalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar