Rabu, 03 Oktober 2012

Wakil Wali Kota Binjai Resmikan Pembukaan Pameran Pembangunan

Binjai | SNN – Wakil Walikota Binjai Timbas  Tarigan SE  meresmikan  pembukaan  Pameran  Pembangunan  Kota Binjai, kemarin di gedung Olahraga (GOR)  jalan Jambi.  Acara  pembukaan  ditandai  dengan   melepaskan  balon ke udara   oleh  Wakil  Walikota Timbas Tarigan  dan  wakil  ketua  TP PKK  ny Nani Susilawati Timbas Tarigan, didampingi  ketua DPRD  Zainuddin  Purba SH,  kapolres  AKBP Musa Tampubolon, Sekda  Drs. H. Iqbal Pulungan, SH,MAP. Dilanjutkan   pengguntingan  pita  oleh  ny. Nani Timbas   dan  peninjauan  ke  seluruh stan peserta pameran.

Wakil Walikota  Timbas Tarigan dalam sambutannya   mengharapkan   agar penyelenggaraan  pameran pembangunan  ini bisa  melahirkan  produk-produk unggulan   yang  dapat  menunjukkan  entitas dan  identitas pembangunan   Kota Binjai  sehingga  Kota Binjai  mempunyai daya saing  ditingkat lokal, regional  bahkan internasional.

Wakil Walikota juga   menyampaikan  terimakasih kepada  semua pihak  yang telah berpartisipasi   pada kegiataan   ini,  terutama  dari kalangan  swasta dan masyarakat.  Sebab keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan  yang baik  memang   harus melibatkan tiga pilar  yaitu pemerintah, sector swasta dan masyarakat.   Timbas juga mengajak   warga Kota Binjai   agar    turut  hadir  dan   berpartisipasi pada berbagai kegiatan yang digelar selama pameran pembangunan.

Kepala  Bagian   Humas Pemko Binjai Zulfikar selaku ketua  pelaksana  pameran melaporkan   pameran   digelar dalam  rangka memperingati  Hari Kesaktian Pancasila (Hapsak) diikuti  42 peserta  terdiri dari instansi pemerintah,  bank, pengusaha swasta, sekolah,  organisasi.  Pameran  berlangsung selama  lima hari mulai   1 – 5 Oktober  2012  mulai pukul 09.00 – 22.00 Wib.  Selain pameran  juga digelar berbagai kegiatan seperti lomba   paduan  suara  lagu perjuangan  untuk tingkat SLTA, lomba  mewarnai untuk  tingkat TK, lomba  mendongeng dan lomba menyanyikan  mars Pramuka.(torong)

http://www.suaranasionalnews.com/?p=13060

Minggu, 16 September 2012

Timbas Tarigan Dambakan Binjai jadi Kota Layak Anak

Timbas Tarigan
Keluarga Timbas Tarigan (Wakil Walikota Binjai)
Masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak, mengusik perhatian Timbas Tarigan yang kini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Binjai. Karenanya, semasa ia masih duduk di kursi legislatif (DPRD Sumut, Red), pria yang dikenal sederhana dan ramah ini  kerap mengalokasikan dana resesnya untuk pendidikan dan pelatihan (Diklat) guru-guru PAUD dan TK.

Timbas Tarigan
Seperti apa? Berikut perbincangan Timbas Tarigan dengan wartawan Sumut Pos, Selasa (11/9) lalu.

Apakah Anda pernah bercita-cita menjadi Wakil Wali Kota seperti sekarang ini?
Saya tidak pernah berpikir apalagi bercita-cita menjadi Wakil  Wali Kota ataupun pejabat. Namun semua mengalir begitu saja, sesuai dengan perinsip hidup saya. Biarkan hidup ini mengalir seperti air.
Air akan mengalir ke mana saja, menelusuri daerah yang lebih rendah. Dan air itu sangat besar manfaatnya bagi umat manusia. Karenanya, saya ingin hidup saya ini juga bermanfaat bagi orang lain.

Jadi, apa cita-cita Anda sejak kecil?
Karena saya anak seorang petani, dibesarkan dari keluarga petani, saya sempat bercita-cita menjadi Sarjana Pertanian. Namun takdir berkata lain. Setelah saya tamat SMA, saya kuliah di USU mengambil Diploma III (DIII) di Fakultas Ekonomi jurusan Akutansi. Setelah tamat DIII, saya kemudian mengambil S1 di STIE Nusa Bangsa Medan dan sekarang saya sedang mengambil S2.

Anda menjadi Wakil Wali Kota Binjai diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bisa Anda ceritakan bagaimana Anda bisa terjun ke dunia politik?
Ya, saya kenal dunia politik dari kampus. Saat kuliah dulu sekira tahun 1992, saya tinggal di musala kampus dan terlibat dalam jemaah tabligh. Saya aktif di pengajian di bawah Yayasan Al Hijrah. Nah, saat itu yang menjadi guru ngaji saya Pak Heriansyah yang saat ini menjabat Wakil Ketua Umum DPW PKS Sumut.
Selanjutnya, pada 1997-1998, saya ikut aksi menjatuhkan dan saya juga sempat menjadi koordinator aksi saat demo ke Konjen AS.
Setelah pecah reformasi, sekira tahun 1998, saya ikut mendeklarasikan Partai Keadilan (PK) di Sumatera Utara dan saya dipercaya sebagai pengurus di DPW PK saat itu. Dan pada Pemilu 1999, saya dicalonkan oleh PK menjadi anggota DPRD Sumut dari daerah pemilihan Binjai, Langkat. Namun saat itu belum rezeki, saya tidak terpilih.
Pada 2002, Partai Keadilan berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan saya kembali diamanahkan menjadi Koordinator wilayah Langkat,Binjai, Deliserdang, Sergai dan Tebingtinggi.
Nah, baru pada Pemilu 2004 saya diamanahkan oleh konstituen saya di Binjai dan Langkat untuk duduk di kursi legislatif (DPRD Sumut, Red). Begitu juga pada pemilu 2009 lalu, saya kembali duduk DPRD Sumut dan kemudian diusung partai menjadi Wakil Wali Kota Binjai mendampingi Pak Idaham.

Saat Anda duduk di legislatif, apa saja pengalaman yang Anda dapatkan?
Oh, banyak. Di DPRD Sumut lah saya paling banyak mendapatkan pengalaman di bidang politik. Kebetulan saya dibesarkan bukan dari keluarga politik. Jadi, saat di DPRD Sumut, saya banyak belajar dari politisi senior seperti Abah Wahab (Abdul Wahab Dalimunthe, Red) dan lainnya.

Lantas, apa saja yang Anda lakukan untuk konstituen Anda selama menjadi anggota DPRD Sumut?
Saat saya di DPRD Sumut, saya selalu duduk di Komisi E yang salah satunya membidangi pendidikan. Nah, saat reses, saya selalu mengalokasikan dana reses saya itu untuk pendidikan dan pelatihan (Diklat) bagi guru-guru PAUD dan TK.
Kebetulan istri saya juga seorang guru, jadi kami banyak sharing tentang kualitas dan kesejahteraan guru-guru PAUD dan TK. Jadi, saya sangat prihatin sekali dengan nasib guru-guru PAUD dan TK, khususnya yang ada di Binjai. Apalagi, mereka ini menjadi ujung tombak pembentukan SDM bangsa ini. Bagus tidaknya SDM bangsa ini ke depan ada di tangan mereka.

Kenapa demikian?
Ya, kualitas SDM suatu bangsa tegantung pada pendidikan dan pondasi keberhasilan pendidikan itu ada pada anak usia dini, sehingga kualitas guru-gurunya harus ditingkatkan. Salah satunya dengan menggelar pendidikan dan pelatihan. Nah, itu sebabnya saat saya reses, saya selalu mengalokasikan dana reses saya itu untuk pelatihan guru-guru PAUD.
Selain itu, saya juga sangat prihatin melihat kesejahteraan guru-guru PAUD. Gaji mereka terbilang sangat kecil, tapi mereka tetap semangat membina anak-anak itu. Harusnya, gaji guru PAUD ini lebih tinggi dari gaji dosen. Karena, guru-guru PAUD inilah yang membentuk pondasi karakter anak ke depan.

Apa pendapat Anda tentang maraknya PAUD saat ini?
Menurut saya ada baiknya juga. Tapi, harus dibarengi dengan kualitas pengajar yang baik pula. Namun kenyataannya saat ini, masih banyak PAUD yang kulitasnya kurang diperhatikan. Ini akan berdampak pada kualitas anak. Apalagi menurut saya, pendidikan anak di usia dini sangat urgen, sehingga perlu skil untuk membentuk pondasi karakter anak.

Lantas menurut Anda, sudah seberapa besar perhatian pemerintah terhadap perkembangan PAUD saat ini?
Perhatian pemerintah sudah cukup besar. Seperti Pemko Binjai, kami bersama Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanan Indonesia (GOPTKI) telah memfasilitasi pembinaan anak-anak usia dini. Pemko Binjai menyadari, anak merupakan aset bangsa. Kalau kita salah mendidiknya, maka akan rusak generasi ke depan. Karenanya, kami sangat berkeinginan menjadikan Kota Binjai ini menjadi kota layak anak.

Apa yang dilakukan untuk mewujudkan Binjai sebagai kota layak anak?
Untuk saat ini, kita sudah membangun sarana atau fasilitas untuk bermain anak di sejumlah titik di Kota Binjai. Di antaranya di Taman Balita Jalan Veteran, Taman Kancil Mas, dan di kawasan Kebun Lada.
Jadi, dengan telah tersebarnya tempat bermain anak di ruang terbuka hijau ini, konsentrasi warga Binjai untuk membawa anak-anaknya tidak menumpuk di Lapangan Merdeka Binjai.(ade)

Pernah Jual Cabe Tumpuk di Pasar Tavip

Timbas Tarigan lahir dari keluarga petani di Desa Telaga, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Kondisi perekonomian keluarganya yang serba pas-pasan membuat Timbas ikut membantu perekonomian keluarga.

Saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), ia sempat jualan tebu di sekolahnya. “Jadi, setiap saya pergi sekolah, saya bawa tebu untuk dijual. Hasilnya lumayan, untuk uang jajan dan bantu-bantu orangtua,” kata Timbas.

Setelah ia tamat SD, dia pun bersekolah di Binjai. Nah, untuk memenuhi kebutuhan dan uang jajannya, Timbas sering pergi ke Pasar Tavip. Di sana dia mengumpuli cabai sisa para pedagang. Selanjutnya, cabai itu dijualnya lagi. “Istilahnya, cabai tumpuk. Satu tumpuk, waktu itu harga sekitar Rp25. Selain itu, saya juga mengambil upahan cucian pakaian,” beber Timbas.
Setelah tamat SMP, dia pun melanjutkan sekolah di SMA 1 Binjai. “Kalau saat libur sekolah, saya sering pulang kampung ke Desa Telaga. Di kampung, saya mengambil upahan memikul bambu,” ungkapnya.

Bahkan saat ia kuliah, untuk menghemat biaya, ia memilih tinggal di musala kampus. “Saya tinggal di musala kampus supaya tak bayar uang kos. Lagipula, dengan saya tinggal di musala, saya bisa ikut pengajian dan menjadi kader PKS,” bebernya.(ade)

Kamis, 12 Juli 2012

RENUNGAN HARI KE 3 RAMADHAN


Bagi kalian yang menyebut diri sebagai Jundullah,..
Ketahuilah,..bahwa engkau akan diminta pertanggungjawaban atas semua sebutanmu atas dirimu itu,..
Menyatakan kau sebagai orang mukmin saya, Rabb kita akan meminta bukti dari pernyataan itu. Apalagi menyatakan diri sebagai pejuang di jalan Nya,..

Sebelum terlalu jauh,.. cobalah untuk merenung,.. benarkah kau memang telah me “wakaf” kan dirimu sebagai seorang pejuang,.. atau hanya karena terpesonan dengan kisah kepahlawanan para pejuang,..atau karena engkau sedang berada dalam ruang indoktrinasi yang terus menerus menuntutmu agar menjadi pejuang???
Kau boleh terpesona dengan semua kisah kepahlawanan itu,.. namun satu hal yang selalu terkait dengan semua para pahlawan itu,.. bahwa jika mereka benar pahlawan sejati,.. maka mereka adalah orang yang sudah “terjual”,.. terjual pada Tuhan mereka,... sementara engkau???
Mereka adalah orang yang mengatakan bahwa “sejak aku terjual, maka aku adalah budakmu wahai Tuhan,..dan karena nya apa hakku untuk mengatakan bahwa diri dan harta ini adalah milik ku? Kau lah Pemilik nya,.. karena nya,.. benarkan saja aku dan bantu saja aku untuk membujuk nafsuku agar ia juga ridho dengan Mu”

Bagi kalian yang menyebut diri kalian jundullah,..
Sebutan itu harus datang dari hati kalian, dan kesadaran kalian,.. bahwa bagi dunia kalian, jundullah tidak menyediakan semua kenikmatan untuk nafsu kalian,... bukankah sejarahnya jejak jundullah menyisakan darah segar yang tumpah,.. kenyamanan tidur yang terusik,...sampai pada tatapan cinta keluarga yang di renggut paksa,..
Ketahuilah bahwa menjadi jundullah,...semua laluan hidup kalian akan diawasi,..dicermati,... dan diupayakan berhenti sehingga tidak ada lagi kerja jundullah. Tapi,... mereka yang “gugur” di jalan dakwah,...

Kalian tidak perlu mempertontonkan kualitas kepahlawanan kalian di depan makhluk. Itu menandakan ketiadaan ikhlas di hati kalian. Kalian hanya butuh, untuk “menerkam’ waktu sebagai peluang, dan menjadikannya peluang kalian merebut ridho Rabb kalian,...

Jangan khawatir,... kita dan perjuangan Islam ini masih butuh banyak jundullah yang rabbany,.. bukan yang mengaku-ngaku rabbany.
Asal kalian mau,...maka mulailah membangun semua kesungguhan dan amal,.. sendiri atau di tengah keramaian,..di puji atau di cerca,..
Kalian hanya butuh menetapkan hati kalian untuk hanya karena Nya,... hanya untuk Nya,... hanya di jalan Nya,... bahwa kalian adalah penolong agama Nya,..
Dan aku berharap akulah satu dari sedikit jundullah itu,...

Tembung, 03 Ramadhan 1434 H