Jumat, 19 Juli 2013

20 Kehebatan dan Manfaat Puasa Ramadhan



Inilah 20 Kehebatan dan Manfaat Puasa Ramadhan bagi Kesehatan Manusia:

1. Saat berpuasa ternyata terjadi peningkatan HDL and apoprotein alfa1, dan penurunan LDL ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Beberapa the penelitian “chronobiological” menunjukkan saat puasa ramadan berpengaruh terhadap ritme penurunan distribusi sirkadian dari suhu tubuh, hormon kortisol, melatonin dan glisemia. Berbagai perubahan yang meskipun ringan tersebut tampaknya juga berperanan bagi peningkatan kesehatan manusia.


2. Keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pebuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah rterial dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.

3. Jumlah sel yang mati dalam tubuh mencapai 125 juta perdetik, namun yang lahir dan meremaja lebih banyak lagi. Saat puasa terjdi perubahan dan konversi yang massif dalam asam amino yang terakumulasi dari makanan. Sebelum didistribusikan dalam tubuh terjadi format ulang. Sehingga memberikan kesempatan tunas baru sel untuk memperbaiki dan merestorasi fungsi dan kinerjanya. Pola makan saat puasa dapat mensuplai asam lemak dan asam amino penting saat makan sahur dan berbuka. Sehingga terbentuk tunas-tunas protein , lemak, fosfat, kolesterol dan lainnya untuk membangun sel baru dan membersihkan sel lemak yang menggumpal di dalam hati.

4. Puasa bisa menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi, kegemukan dan darah tinggi. Dalam kondisi tertentu, seorang pasien bahkan dibolehkan berpuasa, kecuali mereka yang menderita sakit diabetes yang sudah parah, jantung koroner dan batu ginjal. Puasa dapat menjaga perut yang penuh disebabkan banyak makan adalah penyebab utama kepada bermacam-macam penyakit khususnya obesitas, hiperkolesterol, diabetes dan penyakit yang diakibatkan kelebihan nutrisi lainnya.

5. Sedang di antara manfaat puasa ditinjau dari segi kesehatan adalah membersihkan usus-usus, memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan tubuh dari sisa-sisa dan endapan makanan, mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut.

6. Termasuk manfaat puasa adalah mematahkan nafsu. Karena berlebihan, balk dalam makan maupun minum serta menggauli isteri, bisa mendorong nafsu berbuat kejahatan, enggan mensyukuri nikmat serta mengakibatkan kelengahan.

7. Penghentian konsumsi air selama puasa sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000 sampai 12.000 ml osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan member perlindungan terhadap fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini berakibat memacu kinerja mekanisme local pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya memacu fungsi dan kerja sel darah merah.

8. Dalam keadaan puasa ternyata dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penelitian menunjukkan saat puasa terjadi pengkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat. Kendati keseluruhan sel darah putih tidak berubah ternyata sel T mengalani kenaikkan pesat. Perubahan aksidental lipoprotein yang berkepadatan rendah (LDL), tanpa diikuti penambahan HDL. LDL merupakan model lipoprotein yang meberika pengaruh stumulatif bagi respon imunitas tubuh.

9. Pada pelitian terbaru menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar apobetta, menaikkan kadar apoalfa1 dibandingkan sebelum puasa. Kondisi tersebut dapat menjauhkan seragan penyakit jantung dan pembuluh darah.

10. Penelitian endokrinologi menunjukkan bahwa pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban dalam asimilasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan dan insulin dalam jumlah besar. Penurunan berbagai hormon tersebut merupakan salah satu rahasia hidup jangka panjang.

11. Manfaat lain ditunjukan dalam penelitian pada kesuburan laki-laki. Dalam penelitian tersebut dilakukan penelitian pada hormon testoteron, prolaktin, lemotin, dan hormon stimulating folikel (FSH), Ternyata hasil akhir kesimpulan penelitian tersebut puasa bermanfaat dalam pembentukan sperma melalui perubahan hormon hipotalamus-pituatari testicular dan pengaruh ke dua testis.

12. Manfaat lain yang perlu penelitian lebih jauh adalah pengaruh puasa pada membaiknya penderita radang persendian (encok) atau rematoid arthritis. Parameter yang diteliti adalah fungsi sel penetral (netrofil) dan progresifitas klinis penderita. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel penetral dalam membasmi bakteri.

13. Dalam sebuah jurnal endokrin dan metabolisme dilaporkan penelitian puasa dikaitkan dengan hormon dan kemampuan seksual laki-laki. Penelitian tersebut mengamati kadar hormon kejantanan (testoteron), perangsang kantung (FSH) dan lemotin (LH). Terjadi perubahan kadar berbagai hormon tersebut dalam tiap minggu. Dalam tahap awal didapatkan penurunan hormon testoteron yang berakibat penurunan nafsu seksual tetapi tidak menganggu jaringan kesuburan. Namun hanya bersifat sementara karena beberapa hari setelah puasa hormon testoteron dan performa seksual meningkat pesat melebihi sebelumnya.

14. Bahkan seorang peneliti di Moskow melakukan penelitian pada seribu penderita kelainan mental termasuk sizofrenia. Ternyata dengan puasa sekitar 65% terdapat perbaikan kondisi mental yang bermakna. Berbagai penelitian lainnya menunjukkan ternyata puasa Ramadhan juga mengurangi resiko kompilkasi kegemukan, melindungi tubuh dari batu ginjal, meredam gejolak seksual kalangan muda dan penyakit lainnya yang masih banyak lagi.

15. Pikiran kita yang melambat ketika lapar, ternyata menjadi lebih tajam. Secara instingtif, bukti ilmiah ini bisa diterima terkait dengan fakta bahwa dalam banyak hal, masalah lapar adalah masalah kelanjutan hidup. Jadi wajar saja, jika rasa lapar membuat pikiran semakin tajam dan kreatif. Sekelompok mahasiswa di University of Chicago diminta berpuasa selama tujuh hari. Selama masa itu, terbukti bahwa kewaspadaan mental mereka meningkat dan progres mereka dalam berbagai penugasan kampus mendapat nilai “remarkable”.

16. Termasuk manfaat puasa adalah mempersempit jalan aliran darah yang merupakan jalan setan pada diri anak Adam. Karena setan masuk kepada anak Adam melalui jalan aliran darah. Dengan berpuasa, maka dia aman dari gangguan setan, kekuatan nafsu syahwat dan kemarahan. Karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan puasa sebagai benteng untuk menghalangi nafsu syahwat nikah, sehingga beliau memerintah orang yang belum mampu menikah dengan berpuasa.

17. Seorang ilmuwan di bidang kejiwaan yang bernama Dr. Ehret menyatakan bahwa untuk hasil yang lebih dari sekedar manfaat fisik, yaitu agar mendapatkan manfaat mental dari aktivitas berpuasa, seseorang harus menjalani puasa lebih dari 21 hari.

18. Ilmuwan psikiater lainnya yaitu Dr. E.A. Moras, mengatakan bahwa seorang pasien wanitanya telah menderita sakit mental selama lebih dari delapan bulan. Wanita itu telah berobat kesana-kemari termasuk ke para ahli saraf dengan hasil kurang memuaskan. Ia memintanya untuk berpuasa. Wanita itu mengalami perbaikan kondisi mental, dan bahkan dinyatakan sembuh setelah berpuasa selama lima minggu. Di dalam otak kita, ada sel yang disebut dengan “neuroglial cells”. Fungsinya adalah sebagai pembersih dan penyehat otak. Saat berpuasa, sel-sel neuron yang mati atau sakit, akan “dimakan” oleh sel-sel neuroglial ini.

19. Sebuah tulisan penelitian yang dilakukan Dr. Ratey, seorang psikiaters dari Harvard, mengungkapkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori akan meningkatkan kinerja otak. Dr. Ratey melakukan penelitian terhadap mereka yang berpuasa dan memantau otak mereka dengan alat yang disebut “functional Magnetic Resonance Imaging” (fMRI). Hasil pemantauan itu menyimpulkan bahwa setiap individu obyek menunjukkan aktivitas “motor cortex” yang meningkat secara konsisten dan signifikan.

20. Ilmuwan di bidang neurologi yang bernama Mark Mattson, Ph.D., seorang kepala laboratorium neuroscience di NIH’s National Institute on Aging. Dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa diet yang tepat seperti berpuasa, secara signifikan bisa melindungi otak dari penyakit de-generatif seperti Alzheimer atau Parkinson. Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa diet dengan membatasi masukan kalori 30% sampai 50% dari tingkat normal, berdampak pada menurunnya denyut jantung dan tekanan darah, dan sekaligus peremajaan sel-sel otak.

Selasa, 16 Juli 2013

Hadits-hadits Tidak Shohih yang Laris Selama Romadhon

Bulan Romadhon adalah bulan penuh berkah yang mana kaum muslimin sibuk berlomba-lomba menuju kebaikan didalamnya, banyak diantara mereka yang berinisiatif membuat kajian-kajian ilmiyyah Romadhon yang diadakan pada siang hari maupun malam hari sebelum atau setelah sholat tarawih, tentunya dengan mengundang penceramah. Namun sungguh disayangkan kesucian bulan ini kadang terkotori oleh maraknya peredaran hadits-hadits tidak shohih (bahkan palsu!) yang dijadikan andalan sebagian para penceramah tersebut dalam mengurai fadhilah-fadhilah Romadhon. Kami berlindung kepada Alloh Ta’ala dari berdusta atas nama Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam berikut menyebarkan kedustaannya.


Berikut beberapa kumpulan hadits-hadits tidak shohih yang laris menjadi langganan sebagian para penceramah selama bulan Romadhon.

1) أَخْبَرَنَا أَبُو طَاهِرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ محمد الفقيه قَالَ: أَخْبَرَنَا مُوسَى بْنُ عِيسَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ السَّرَّاجُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى السَّوانِيطِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ مُسْلِمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا قُبَيْصَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَلامٌ الطَّوِيلُ، عَنْ زِيَادِ بْنِ مَيْمُونٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” إِنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِتَارِكٍ أَحَدًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ صَبِيحَةَ أَوَّلِ يَوْمٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ إِلا غَفَرَ لَهُ
Telah mengabarkan kepada kami Abu Thoohir Muhammad bin ‘Abdul Waahid bin Muhammad Al-Faqiih, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muusaa bin ‘Iisaa bin ‘Abdillaah As-Sarrooj, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Ahmad bin Muhammad bin Muusaa As-Sawaaniithiy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yuusuf bin Sa’iid bin Muslim, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Qubaishoh, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sallaam Ath-Thowiil, dari Ziyaad bin Maimuun, dari Anas bin Maalik, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Alloh tidak meninggalkan seorangpun dari kaum muslimin pada pagi hari di awal bulan Romadhon kecuali Alloh akan mengampuninya.”
[Taariikh Baghdaad 6/265]

Hadits palsu.

Berkata Al-Imam Ibnul Jauziy, “Tidak shohih.” [Al-Maudhuu’aat 2/551]
Berkata Al-Imam Asy-Syaukaaniy, “Tidak shohih, didalam sanadnya ada rowi pendusta dan matruk.” [Al-Fawaa'id Al-Majmuu'ah 1/71]
Berkata Syaikh Al-Albaaniy, “Maudhuu’.” [Silsilatu Adh-Dho’iifah no. 296]
Rowi-rowi bermasalah tersebut adalah Sallaam Ath-Thowiil yang matruuk dan syaikhnya, Ziyaad bin Maimuu yang pemalsu hadits.

2) أَخْبَرَنَا أبو بَكْر بْن عَبْد الباقي البزار، أَنْبَأَنَا أَحْمَد بْن مُحَمَّد البزار، أَنْبَأَنَا أبو عَبْد اللَّه الْحُسَيْن بْن مظفَّر الهَمْدانِّي، أَنْبَأَنَا أبو القاسم سَعْد بْن عَبْد اللَّه بْن مَنْصُور بْن مُحَمَّد الأصفهاني، حَدَّثَنَا حَمَّاد بْن مدرك، حَدَّثَنَا عُثْمَان بْن عَبْد اللَّه الْقُرَشِيّ، حَدَّثَنَا مالك، عَنْ أَبِي الزناد، عَنِ الأعرج، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، مَرْفُوعًا: ” إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ نَظَرَ اللَّهُ إِلَى خَلْقِهِ الصُّيَّامِ، وَإِذَا نَظَرَ اللَّهُ إِلَى عَبْدٍ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا، وَلِلَّهِ عز وجل فِي كُلِّ يَوْمٍ أَلْفُ أَلْفِ عَتِيقٍ مِنَ النَّارِ، فَإِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ أَعْتَقَ اللَّهُ فِيهِ مِثْلَ جَمِيعِ مَا أَعْتَقَ، وَإِذَا كَانَ لَيْلَةُ خَمْسٍ وَعِشْرِينَ أَعْتَقَ اللَّهُ فِيهَا مِثْلَ جَمِيعِ مَا أَعْتَقَ، وَإِذَا كَانَ لَيْلَةُ تِسْعٍ وَعِشْرِينَ أَعْتَقَ فِيهَا مِثْلَ جَمِيعِ مَا أَعْتَقَ الشَّهْرَ كُلَّهُ، وَإِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ الْفِطْرِ ارْتَجَّتِ الْمَلائِكَةُ، وَتَجَلَّى الْجَبَّارُ جَلَّ جَلالُهُ، مَعَ أَنَّهُ لا يَصِفُهُ الْوَاصِفُونَ، فَيَقُولُ: لِلْمَلائِكَةِ وَهُمْ فِي عِيدِهِمْ مِنَ الْغَدِ يُوحِي إِلَيْهِمْ: يَا مَعْشَرَ الْمَلائِكَةِ، مَا جَزَاءُ الأَجِيرِ إِذَا وَفَّى عَمَلَهُ، فَتَقُولُ الْمَلائِكَةُ: يُوَفَّى أَجْرَهُ، فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ
Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakr bin ‘Abdul Baaqiy Al-Bazzaar, telah memberitakan kepada kami Ahmad bin Muhammad Al-Bazzaar, telah memberitakan kepada kami Abu ‘Abdillaah Al-Husain bin Muzhoffar Al-Hamdaaniy, telah memberitakan kepada kami Abul Qaasim Sa’d bin ‘Abdillaah bin Manshuur bin Muhammad Al-Ashfahaaniy, telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Mudrik, telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin ‘Abdillaah Al-Qurosyiy, telah menceritakan kepada kami Maalik, dari Abu Az-Zinaad, dari Al-A’roj, dari Abu Huroiroh, secara marfuu’, “Jika telah datang awal malam bulan Romadhon, maka Alloh ‘Azza wa Jalla akan melihat kepada para makhlukNya yang berpuasa, dan jika Alloh telah melihat kepada hambaNya maka Dia tidak akan mengadzab selamanya. Dan pada setiap malamnya, Alloh ‘Azza wa Jalla akan membebaskan sejuta hamba dari api neraka. Jika telah sampai malam pertengahan bulan Romadhon, Alloh akan membebaskan (para hamba dari api neraka) semisal mereka yang telah dibebaskan sebelumnya. Jika telah sampai malam kedua puluh lima, Alloh akan membebaskan (para hamba dari api neraka) semisal mereka yang telah dibebaskan sebelumnya. Jika telah sampai malam kedua puluh sembilan, dibebaskanlah semisal mereka yang telah dibebaskan selama sebulan penuh. Dan jika telah sampai malam ‘Idul Fithri, bergetarlah para malaikat dan tampaklah keperkasaanNya yang Maha Agung lagi Maha Mulia dengan sifat-sifatNya yang tidak bisa disifati. Alloh bertanya pada para Malaikat yang ditugaskan pada hari ‘Id esok hari, “Wahai, para malaikat. Apakah ganjaran untuk pekerja jika mereka menyelesaikan pekerjaannya?” Maka para malaikat berkata, “Ditunaikan upahnya.” Alloh Ta’ala berfirman, “Saksikanlah oleh kalian bahwa sesungguhnya aku telah mengampuninya.” [Al-La’aali’ Al-Mashnuu’ah 2/100]

Asal hadits ini dari Abul Qoosim Al-Ashbahaaniy (At-Targhiib 1/180). Ibnul Jauziy mengeluarkannya dalam Al-Maudhuu’aat 2/189.

Hadits palsu.

Berkata As-Suyuuthiy, Maudhuu’, didalamnya ada para perowi majhuul, dan ‘Utsmaan (bin ‘Abdillaah Al-Qurosyiy) tertuduh memalsukannya.” Dan disepakati oleh Asy-Syaukaaniy [Al-Fawaa’id Al-Majmuu’ah 1/71], juga oleh Ibnu ‘Irooq Al-Kinaaniy [Tanziih Asy-Syarii’ah 2/146]
3) حَدَّثَنَا أَبُو الْقَاسِمِ بْنُ الْحُصَيْنِ، قَالَ: أَنَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي عَلِيٍّ الْبَصْرِيُّ، قَالَ: نَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ حَمْدَانَ، قَالَ: نَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنِ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِسْحَاقَ الْفَقِيهُ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عُبَيْدَةَ الْمُؤَدَّبُ، قَالَ: نَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْبَصْرِيُّ، قَالَ: نَا مُعْتَمِرٌ، قَالَ: نَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” إِنَّ شَهْرَ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لا يُرْفَعُ إِلا بِزَكَاةِ الْفِطْرِ
Telah menceritakan kepada kami Abul Qoosim bin Al-Hushoin, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami ‘Aliy bin Abu ‘Aliy Al-Bashriy, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Bakr bin Ibroohiim bin Hamdaan, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdillaah Muhammad bin Ismaa’iil bin Ishaaq Al-Faqiih, ia berkata, telah menceritakan kepadaku ‘Abdullooh bin ‘Aliy bin ‘Ubaidah Al-Mu’addib, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Ubaid Al-Bashriy, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Mu’tamir, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Ismaa’iil bin Abu Khoolid, dari Qois bin Abu Haazim, dari Jariir bin ‘Abdillaah, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya bulan Romadhon tergantung diantara langit dan bumi, tidaklah dinaikkan (kepada Alloh) melainkan dengan zakat fithrah.” [Al-'Ilal Al-Mutanaahiyah no. 824]
Diriwayatkan pula oleh Ahmad bin ‘Iisaa Al-Maqdisiy (Ats-Tsaaniy min Fadhoo’il Jariir no. 127).

Sanad hadits ini dho’if. Ada Muhammad bin ‘Ubaid Al-Bashriy, seorang yang majhuul.
Hadits ini mempunyai syaahid dari Anas bin Maalik:

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ النِّعَالِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ سَهْلُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ سَهْلٍ الْجَوْهَرِيُّ الطَّرَسُوسِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ الْعَسْقَلانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي السَّرِيِّ الْعَسْقَلانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عُثْمَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” لا يَزَالُ صِيَامُ الْعَبْدِ مُعَلَّقًا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ حَتَّى تُؤَدَّى زَكَاةُ فِطْرِهِ
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Tholhah An-Ni’aaliy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Shoolih Sahl bin Ismaa’iil bin Sahl Al-Jauhariy Ath-Thorsuusiy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abul ‘Abbaas Muhammad bin Al-Hasan bin Qutaibah Al-’Asqolaaniy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu As-Sariy Al-’Asqolaaniy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, ia berkata, telah menceritakan kepadaku ‘Abdurrohman bin ‘Utsmaan, dari Anas bin Maalik, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa (Romadhon) seorang hamba tetap tergantung diantara langit dan bumi hingga dibayarkan zakat fithrah.” [Taariikh Baghdaad 10/174]
Diriwayatkan pula oleh Ibnu ‘Asaakir (Taariikh Dimasyq 43/93); Abul Fath Al-Maqdisiy (Majalis min Amaaliy no. 15).

Sanad hadits ini pun dho’if dan terputus. ‘Abdurrohman bin ‘Utsmaan, seorang yang dha’if dan ia tidak bertemu Anas bin Maalik.

Walhasil hadits ini tetap pada kedho’ifannya dan tidak bisa terangkat naik menjadi hasan.

4) أَخْبَرَنَا أَبُو طَاهِرٍ الْفَقِيهُ، أنا أَبُو طَاهِرٍ الْمُحَمَّدَابَادِيُّ، نا أَحْمَدُ بْنُ يُوسُفَ السُّلَمِيُّ، نا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، نا هَيَّاجٌ، نا عَنْبَسَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زَاذَانَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ، عَنْ أَبِيهِ، قال: قال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: مَنِ اعْتَكَفَ عَشْرًا فِي رَمَضَانَ كَانَ كَحَجَّتَيْنِ وَعُمْرَتَيْنِ
Telah mengabarkan kepada kami Abu Thoohir Al-Faqiih, telah memberitakan kepada kami Abu Thoohir Al-Muhammadaabaadiy, telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Yuusuf As-Sulamiy, telah mengabarkan kepada kami Sa’iid bin Sulaimaan, telah mengabarkan kepada kami Hayyaaj, telah mengabarkan kepada kami ‘Anbasah bin ‘Abdirrohman bin Sa’iid bin Al-’Aash, dari Muhammad bin Zaadzaan, dari ‘Aliy bin Al-Husain, dari Ayahnya, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Romadhon maka untuknya pahala bagaikan pahala dua haji dan dua ‘umroh.” [Syu’abul Iimaan no. 3966 dan 3967]

Pada hadits no. 3967, tertera Muhammad bin Sulaim, yang benar adalah Muhammad bin Zaadzaan. Al-Baihaqiy berkata, “Seperti itulah perkataan Muhammad bin Sulaim, yang benar adalah Muhammad bin Zaadzaan, dan dia matruuk.”

Diriwayatkan pula oleh Ath-Thobarooniy (Mu’jam Al-Kabiir no. 2888); Ibnu Muflih Al-Lakhmiy (Masyaikhatu Abu Thoohir no. 90); Al-Khothiib Al-Baghdaadiy (Talkhiish Al-Mutasyaabih 1/117); Abu Bisyr Ad-Daulaabiy (Adz-Dzurriyyah An-Nabawiyyah no. 157).

Hadits ini palsu. Muhammad bin Zaadzaan seorang yang matruuk seperti dikatakan Al-Baihaqiy, begitu pula ‘Anbasah, sedangkan Hayyaaj dho’iif.

5) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ هَارُونَ، ثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ الْخَلالُ، نَا الْوَلِيدُ بْنُ الْوَلِيدِ، ثَنَا ابْنُ ثَوْبَانَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ” إِنَّ الْجَنَّةَ تَزَخْرَفَتْ لِرَمَضَانَ مِنْ رَأْسِ الْحَوْلِ إِلَى الْحَوْلِ، فَإِذَا كَانَ أَوَّلُ يَوْمٍ مِنْ رَمَضَانَ هَبَّتْ رِيحٌ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ، فَصَفَقَتْ وَرَقَ الْجَنَّةِ عَنِ الْحُورِ الْعِينِ، فَقُلْنَ: يَا رَبِّ، اجْعَلْ لَنَا مِنْ عِبَادِكَ أَزْوَاجًا تَقَرُّ بِهِنَّ أَعْيُنُنَا، وَتَقَرُّ أَعْيُنُهُمْ بِنَا
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Haaruun, telah menceritakan kepada kami Al-’Abbaas bin Al-Waliid Al-Kholaal, telah mengabarkan kepada kami Al-Waliid bin Al-Waliid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Tsaubaan, dari ‘Amr bin Diinaar, dari Ibnu ‘Umar, bahwa Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya surga dihias untuk Romadhon dari awal tahun hingga akhir tahun. Apabila tiba awal malam bulan Romadhon, berhembuslah angin dari bawah ‘arsy seraya menggerakkan daun-daun surga dari para bidadari, mereka berkata, “Ya Robb, jadikanlah kami sebagai istri bagi hamba-hambamu yang dengannya kami dapat menjadi penyejuk mata mereka dan menjadikan mereka sebagai penyejuk mata bagi kami.” [Mu’jam Al-Ausath no. 6800]
Ath-Thobarooniy juga meriwayatkannya dalam Musnad Asy-Syaamiyyiin no. 91.
Diriwayatkan pula oleh Abu Hafsh Ibnu Syaahiin (Fadhoo’il Syahru Romadhoon no. 13); Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 3633; Fadhoo’ilul Auqoot no. 44); Ibnu ‘Asaakir (Taariikh Dimasyq 8/107); Tammaam Ar-Rooziy (Fawaa’id no. 34).

Sanad hadits ini sangat lemah.

Al-Haafizh Al-Haitsamiy berkata, “Didalam sanadnya ada Al-Waliid bin Al-Waliid Al-Qolaanisiy, ditsiqohkan oleh Abu Haatim dan didho’ifkan oleh jama’ah (ahli hadits).” [Majma' Az-Zawaa’id 3/145].
Al-Haafizh Adz-Dzahabiy berkata, “Al-Waliid bin Al-Waliid Al-’Ansiy menyendiri didalamnya, dan sungguh ia telah ditinggalkan. Dilemahkan oleh Ad-Daaruquthniy dan dikuatkan oleh Abu Haatim.” [Tadzkiratul Huffaazh 3/88].

Syawaahid untuk hadits ini datang dari jalan:
Abu Mas’uud Al-Ghifaariy, diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (Shohiih Ibnu Khuzaimah no. 1777); Abu Ya’laa Al-Maushiliy (Musnad no. 5273);Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Ma’rifatush Shohaabah no. 7134); Ibnu ‘Abid Dunya (Fadhoo’il Syahru Romadhoon 1/51); Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 3634; Fadhoo’ilul Auqoot no. 46), dari jalan Jariir bin Ayyuub Al-Bajaliy, dari Asy-Sya’biy, dari Naafi’ bin Burdah, dari Abu Mas’uud Al-Ghifaariy secara marfuu’.

Sanad hadits ini sangat lemah, Jariir seorang yang dho’if dan munkarul hadiits, dan Naafi’ bin Burdah tidak dikenal.

Jariir mempunyai mutaba’ah dari Hayyaaj bin Bisthoom, seperti diriwayatkan oleh Ath-Thobarooniy (Mu’jam Al-Kabiir no. 967); Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Ma’rifatush Shohaabah no. 7065), dari jalan Hayyaaj, telah menceritakan kepada kami ‘Abbaad, dari Naafi’, dari Abu Mas’uud secara marfuu’.

Sanad ini pun lemah, Hayyaaj dho’iif (telah berlalu penyebutannya) sedangkan ‘Abbaad majhuul.

‘Abdullaah bin ‘Abbaas, diriwayatkan oleh Ath-Thobarooniy (Mu’jam Al-Ausath no. 3688), dari jalan Ahmad bin Abyadh Al-Madiiniy, dari Al-Auzaa’iy, dari ‘Athaa’ bin Abi Robaah, dari Ibnu ‘Abbaas secara marfuu’.

Sanad ini lemah, Ahmad bin Abyadh Al-Madiini tidak dikenal.

Ahmad bin Abyadh mempunyai mutaba’ah dari Ahmad bin Muhammad bin Al-Qoodhiy, seperti diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 3631); Ibnu ‘Asaakir (Taariikh Dimasyq 51/225), dari jalan Muhammad bin Ibraahiim Asy-Syaamiy, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad Al-Qoodhiy, dari Al-Auzaa’iy, dari ‘Athoo’, dari Ibnu ‘Abbaas secara marfuu’.

Sanadnya sangat lemah, Muhammad bin Ibroohiim Asy-Syaamiy[16], seorang pemalsu hadits.

Dengan begitu, maka hadits ini dho’if jiddan, bahkan Syaikh Al-Albaaniy menggolongkannya sebagai hadits mungkar [Silsilatu Adh-Dho’iifah no. 1325]

6) حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ، قثنا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، قَالَ: ثنا سَلامُ بْنُ سَوَّارٍ، قثنا مَسْلَمَةُ بْنُ الصَّلْتِ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Aliy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin ‘Ammaar, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Salaam bin Sawwaar, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Maslamah bin Ash-Sholt, dari Az-Zuhriy, dari Abu Salamah, dari Abu Huroiroh, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Permulaan bulan Romadhon adalah rohmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.” [Fadhoo’il Syahru Romadhoon li Ibnu ‘Abid Dunya no. 37]
Diriwayatkan pula oleh Al-Khothiib Al-Baghdaadiy (Al-Auhaam 2/149); Ibnu ‘Asaakir (Taariikh Dimasyq 27/19, 73/80); ‘Abdul Ghoniy Al-Maqdisiy (Fadhoo’il Syahru Romadhoon 1/19).

Hadits ini mungkar. Salaam bin Sawwaar dan Maslamah bin Ash-Sholt, dua-duanya munkarul hadiits.

7) ثنا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ دَاوُدَ بْنِ أَبِي نَصْرٍ السَّرَّاجُ، نا سُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ، ثنا سُلَيْمَانُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي أَوْفَى، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ” نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَسُكُوتُهُ تَسْبِيحٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ، وَعَمَلُهُ مُتَقَبَّلٌ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Daawud bin Abu Nashr As-Sarrooj, telah mengabarkan kepada kami Syuroij bin Yuunus, telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin ‘Amr, dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair, dari Ibnu Abu Aufaa, dari Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan dan amalnya diterima.” [Musnad Ibnu Abu Aufaa no. 43]
Diriwayatkan pula oleh Al-Khollaal (Al-Majaalis 1/46); Al-Waahidiy (Tafsiir Al-Wasiith 1/279); Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 3936).

Sanad hadits ini sangat lemah. Sulaimaan bin ‘Amr, seorang yang dikenal sebagai pemalsu hadits.

Sulaimaan bin ‘Amr mempunyai mutaba’ah dari Abu Mu’aadz Ma’ruuf bin Hassaan, diriwayatkan oleh Abu Hafsh Ibnu Syaahiin (At-Targhiib fiy Fadhoo’ilul A’maal no. 141); Abu Thoohir As-Silafiy (Mu’jam As-Safar no. 414), dari jalan Abu Mu’aadz, dari Ziyaad, dari ‘Abdul Malik, dari Ibnu Abu Aufaa, secara marfuu’.

Sanad hadits mutaba’ah ini juga sangat lemah, Ma’ruuf bin Hassaan seorang yang hadits-haditsnya diingkari.

Ibnu Abu Aufaa mempunyai syawaahid dari:
‘Abdullooh bin Mas’uud, diriwayatkan oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Hilyatul Auliyaa’ 5/83), dari jalan ‘Aliy bin Al-Hasan, dari Abu Thoyyibah, dari Wabroh Abu Kurz, dari Ar-Robii’ bin Khutsaim, dari Ibnu Mas’uud secara marfuu’.

Sanad hadits ini lemah. Abu Thoyyibah dho’if sedangkan Wabroh Abu Kurz mastuur.

‘Aliy bin Abi Thoolib, diriwayatkan oleh Yahyaa bin Al-Husain Al-Jurjaaniy (Al-Amaaliy Al-Khomiisiyyah no. 1326), dari jalan Muusaa bin Ja’far, dari Ja’far, dari Ayahnya, dari ‘Aliy bin Al-Husain, dari Al-Husain, dari ‘Aliy secara marfuu’.

Sanad hadits ini terdiri dari orang-orang tidak dikenal yaitu Muusaa bin Ismaa’iil bin Muusaa Al-Kaazhim dan Ayahnya, bahkan Sahl bin Ahmad Ad-Diibaajiyadalah seorang rofidhiy pendusta. Oleh karena itu, jelas sanadnya sangat lemah.

‘Abdullooh bin ‘Umar, diriwayatkan oleh Ibnu Muflih Al-Lakhmiy (Masyaikhatu Abu Ath-Thoohir 1/118), dari jalan Ar-Robii’ bin Badr, dari ‘Auf, dari Abul Mughiirah, dari Ibnu ‘Umar secara marfuu’.

Sanadnya sangat lemah, Ar-Robii’ bin Badr seorang yang matruuk.

Oleh karena itu, hadits ini tetap pada kedho’ifannya yang parah dan tidak boleh dijadikan hujjah.

8) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَنِيفَةَ الْوَاسِطِيُّ، قال: نا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ الْمَرْوَزِيُّ، قال: نا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ قَيْسٍ الضَّبِّيُّ، قال: ثنا هِلالُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” ذَاكِرُ اللَّهِ فِي رَمَضَانَ مَغْفُورٌ لَهُ، وَسَائِلُ اللَّهِ فِيهِ لا يَخِيبُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Haniifah Al-Waasithiy, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Manshuur Al-Marwaziy, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami ‘Abdurrohman bin Qois Adh-Dhobbiy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hilaal bin ‘Abdirrohman, dari ‘Aliy bin Zaid, dari Sa’iid bin Al-Musayyib, dari ‘Umar bin Al-Khoththoob, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang banyak menyebut nama Alloh pada bulan Romadhon akan diampuni (dosanya), dan yang meminta kepada Alloh didalamnya maka tidak akan kecewa.” [Mu’jam Al-Ausath no. 6170, 7341]
Diriwayatkan pula oleh Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 3627; Fadhoo’ilul Auqoot no. 68); Ibnu ‘Adiy (Al-Kaamil 5/475)

Hadits dho’if jiddan. ‘Aliy bin Zaid, dia adalah Ibnu Jud’aan seorang yang disepakati akan kedho’ifannya, Hilaal bin ‘Abdirrohman munkarul hadiits sementara ‘Abdurrohman bin Qois matruuk dan tertuduh pendusta.

Syaikh Al-Albaaniy memasukkan hadits ini sebagai hadits maudhuu’. [Silsilatu Adh-Dho’iifah no. 3621; Dho’iif Al-Jaami' no. 3038].

9) أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ يُوسُفَ الأَصْبَهَانِيُّ، ثنا أَبُو سَعِيدِ ابْنُ الأَعْرَابِيِّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الصَّائِغُ، ثنا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ الْخَفَّاقُ، ثنا الْهَيْثَمُ بْنُ الْحَوَارِيِّ، عَنْ زَيْدٍ الْعَمِّيِّ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ، يقول: قال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” أُعْطِيَتْ أُمَّتِي فِي شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌّ قَبْلِي، أَمَّا وَاحِدَةٌ: فَإِنَّهُ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ نَظَرَ اللَّهُ تَعَالَى إِلَيْهِمْ، وَمَنْ نَظَرَ اللَّهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا، وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَإِنَّ خُلُوفَ أَفْوَاهِهِمْ حِينَ يُمْسُونَ أطيبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، وَأَمَّا الثَّالِثَةُ: فَإِنَّ الْمَلائِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، وَأَمَّا الرَّابِعَةُ: فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَأْمُرُ جَنَّتَهُ، فَيَقُولُ لَهَا: اسْتَعِدِّي وَتَزَيَّنِي لِعِبَادِي أَوْشَكُوا أَنْ يَسْتَرِيحُوا مِنْ تَعَبِ الدُّنْيَا إِلَى دَارِي وَكَرَامَتِي، وَأَمَّا الْخَامِسَةُ: فَإِنَّهُ إِذَا كَانَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ لَهُمْ جَمِيعًافَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: أَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ؟ فَقَالَ: لا، أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ يَعْمَلُونَ فَإِذَا فَرَغُوا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وُفُّوا أُجُورَهُمْ
Telah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad bin Yuusuf Al-Ashbahaaniy, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’iid Ibnul A’roobiy, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismaa’iil Ash-Shoo’igh, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Wahhaab bin ‘Athoo’ Al-Haffaaq, telah menceritakan kepada kami Al-Haitsam bin Al-Hawaariy, dari Zaid Al-’Ammiy, dari Abu Nadhroh, ia berkata, aku mendengar Jaabir bin ‘Abdillaah mengatakan, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Umatku dikaruniai 5 perkara pada bulan Romadhon yang mana tidak dikaruniakan kepada Nabi-nabi sebelumku. Pertama, jika telah tiba awal malam bulan Romadhon maka Alloh Ta’ala akan melihat kepada para hambaNya, dan barangsiapa yang telah dilihat Alloh, maka Alloh tidak akan mengadzab selamanya. Kedua, sesungguhnya bau mulut mereka pada sore hari di sisi Alloh lebih wangi daripada aroma misik. Ketiga, sesungguhnya para malaikat memohon ampun untuk mereka pada setiap siang dan malamnya. Keempat, sesungguhnya Alloh Ta’ala memerintahkan surgaNya, Dia berfirman, “Bersiap dan berhiaslah untuk para hambaKu, mereka hampir beristirahat dari kepenatan dunia menuju surga dan kemuliaanKu.” Sedangkan yang kelima, jika telah tiba akhir malam (dari bulan Romadhon), maka Dia akan mengampuni mereka semua.” Seorang laki-laki dari suatu kaum bertanya, “Itukah malam Lailatul Qodr, wahai Rosululloh?” Rosululloh bersabda, “Tidak, apakah kau tidak memperhatikan para pekerja jika mereka telah menyelesaikan pekerjaannya maka mereka akan diberikan upah.” [Syu’abul Iimaan no. 3603; Fadhoo’ilul Auqoot no. 36]
Diriwayatkan pula oleh Al-Hasan bin Sufyaan An-Naswiy (Al-Arba’uun no. 37); Al-Waahidiy (Tafsiir Al-Wasiith 1/278); Ibnu Syaahiin (Fadhoo’il Syahru Romadhoon no. 19); Ibnu ‘Asaakir (Fadhl Romadhoon no. 8).

Sanad hadits ini dho’iif. Zaid Al-’Ammiy seorang yang shoolih namun dho’iif dalam haditsnya.

Jaabir mempunyai syaahid dari Abu Huroiroh, diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy (Fadhoo’ilul Auqoot no. 35), dari jalan Yaziid bin Haaruun, dari Hisyaam bin Abu Hisyaam, dari Muhammad bin Muhammad bin Al-Aswad, dari Abu Salamah, dari Abu Huroiroh secara marfuu’.

Namun sanadnya sangat lemah. Hisyaam matruuk sementara Muhammad bin Al-Aswad majhuul.

Jadi, hadits ini tetap pada kelemahannya dan tidak bisa terangkat pada derajat hasan.

10) أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو سَهْلٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْمِهْرَانِيُّ، وَأَبُو زَكَرِيَّا بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ الْمُزَكِّي، قَالُوا: ثنا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْبَغَوِيُّ بِبَغْدَادَ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيلٍ الْعَنْبَرِيُّ، ثنا هِشَامُ بْنُ يُونُسَ اللُّؤْلُئِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ مَرْوَانَ السُّدِّيُّ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدَ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ الْعَبْدِيِّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ فَلا يُغْلَقُ مِنْهَا بَابٌ حَتَّى يَكُونَ آخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، وَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ يُصَلِّي فِي لَيْلَةٍ مِنْهَا إِلا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفًا وَخَمْسَ مِائَةِ حَسَنَةٍ بِكُلِّ سَجْدَةٍ، وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ، لَهَا سِتُّونَ أَلْفَ بَابٍ، لِكُلٍّ مِنْهَا قَصْرٌ مِنْ ذَهَبٍ مُوَشَّحٍ بِيَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ، فَإِذَا صَامَ أَوَّلَ مِنْ رَمَضَانَ غَفَرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ إِلَى مِثْلِ ذَلِكَ الْيَوْمِ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَاسْتَغْفَرَ لَهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ مِنْ صَلاةِ الْغَدَاةِ إِلَى أَنْ يُوَارَى بِالْحِجَابِ، وَكَانَ لَهُ بِكُلِّ سَجْدَةٍ يَسْجُدُها فِي شَهْرِ رَمَضَانَ بِلَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ شَجَرَةٌ يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا خَمْسَ مِائَةَ عَامٍ
Telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdillaah Al-Haafizh, Abu Sahl Ahmad bin Muhammad bin Ibroohiim Al-Mihrooniy dan Abu Zakariyyaa bin Abu Ishaaq Al-Muzakkiy, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad ‘Abdullooh bin Ishaaq bin Ibroohiim Al-Baghowiy -di Baghdaad-, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Aliil Al-’Anbariy, telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin Yuunus Al-Lu’lu’iy, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Marwaan As-Suddiy, dari Daawud bin Abi Hind, dari Abu Nadhroh Al-’Abdiy, dari ‘Athoo’ bin Abi Robaah, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika telah tiba awal malam bulan Romadhon, dibukalah pintu-pintu langit dan tidak tertutup satupun darinya hingga tiba akhir malam bulan Romadhon. Dan tidaklah seorang hamba mu’min sholat pada malamnya kecuali Alloh akan mencatat untuknya seribu lima ratus kebaikan di setiap sujud, dan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di surga dari safir merah yang terdiri dari seribu pintu, setiap pintunya memiliki istana dari emas yang berhiaskan safir merah. Jika ia berpuasa di awal bulan Romadhon maka Alloh akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu hingga semisal hari pada bulan Romadhon, setiap harinya ia akan dimohonkan ampun oleh tujuh puluh ribu malaikat sejak sholat Fajr hingga tertutupnya hijab, dan setiap sujud yang ia lakukan di malam maupun siang hari pada bulan Romadhon berpahala satu pohon di surga yang (besarnya bagaikan) seseorang berkendara di bawahnya selama lima ratus tahun.” [Syu’abul Iimaan no. 3635; Fadhoo’ilul Auqoot no. 43]

Hadits palsu. Muhammad bin Marwaan As-Suddiy seorang yang tertuduh berdusta.

11) حَدَّثَنَا أَبِي، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ الْخَشَّابُ، ثنا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَجَبِيُّ الْحُسَيْنُ بْنُ مُعَاذِ بْنِ حَرْبٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْعَلاءِ الشَّامِيُّ، ثنا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ الدِّمَشْقِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُحَمَّدٍ الأصبهانيِّ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” أَلا إِنَّ شَهْرَ رَمَضَانَ شَهْرُ أُمَّتِي تُرْمَضُ فِيهِ ذُنُوبُهُمْ فَإِذَا صَامَ عَبْدٌ مُسْلِمٌ لَمْ يَكْذِبْ وَلَمْ يَغْتَبْ وَفِطْرُهُ طَيِّبٌ خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَمَا تَخْرُجُ الْحَيَّةُ مِنْ سَلْخِهَا
Telah menceritakan kepada kami Ayahku, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullooh bin Ja’far Al-Khosysyaab, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abdillaah Al-Hajabiy Al-Husain bin Mu’aadz bin Harb, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibroohiim bin Al-’Alaa’ Asy-Syaamiy, telah menceritakan kepada kami Al-Waliid bin Muslim Ad-Dimasyqiy, dari ‘Umar bin Muhammad Al-Ashbahaaniy, dari Zaid bin Aslam, dari ‘Athoo’ bin Yasaar, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ingatlah, sesungguhnya bulan Romadhon adalah bulan umatku, didalamnya dihanguskan dosa-dosa mereka, jika seorang hamba muslim berpuasa maka puasanya tidak akan didustakan dan tidak akan ditolak. Berbukanya ia adalah kebaikan karena dikeluarkan dari dosa-dosanya sebagaimana keluarnya jiwa dari kulitnya.” [Akhbaar Ashbahaan li Abu Nu’aim 1/453]

Asal hadits ini adalah dari Ad-Dailamiy (Musnad Firdaus hal. 228) dengan sanadnya dari jalan Al-Haakim hingga ‘Ishaam bin Tholiiq, dari Abu Haaruun Al-’Abdiy, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy secara marfuu’.

Sanad Abu Nu’aim dho’iif jiddan. Muhammad bin Ibroohiim Asy-Syaamiy seorang yang tertuduh pemalsu hadits (telah lewat penyebutannya) dan ‘Umar Al-Ashbahaaniy matruuk. Begitupun sanad Ad-Dailamiy, ‘Ishoom bin Tholiiq seorang yang lemah, dan Abu Haaruun Al-’Abdiy matruuk.

Al-Haafizh Ibnu ‘Irooq Al-Kinaaniy berkata, “Penyakitnya ada pada Abu Haaruun Al-’Abdiy, mereka (para ulama) telah mendustakannya.” [Tanziih Asy-Syarii’ah 2/164]

12) حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا ابْنُ سَعِيدٍ الْوَاسِطِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ الْوَاسِطِيُّ، ثَنَا نَصْرُ بْنُ حَمَّادٍ، ثنا هَمَّامٌ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ جُحَادَةَ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ، قَالَ: سَمِعْتُ خَيْثَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” مَنْ وَافَقَ مَوْتُهُ عِنْدَ انْقِضَاءِ رَمَضَانَ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ وَافَقَ مَوْتُهُ عِنْدَ انْقِضَاءِ عَرَفَةَ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ وَافَقَ مَوْتُهُ عِنْدَ انْقِضَاءِ صَدَقَةٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullooh bin Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sa’iid Al-Waasithiy, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb Al-Waasithiy, telah menceritakan kepada kami Nashr bin Hammaad, telah menceritakan kepada kami Hammaam, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Juhaadah, dari Tholhah bin Mushorrif, ia berkata, aku mendengar Khoitsamah bin ‘Abdurrohman menceritakan dari Ibnu Mas’uud, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menjumpai mautnya ketika selesai Romadhon, maka ia masuk surga. Barangsiapa yang menjumpai mautnya ketika selesai ‘Arofah, maka ia masuk surga. Barangsiapa menjumpai mautnya ketika selesai bersedekah, maka ia masuk surga.” [Hilyatul Auliyaa’ 5/23]
Diriwayatkan pula oleh Ibnu ‘Asaakir (Ta’ziyatul Muslim no. 94).

Hadits dho’iif jiddan. Hanya diriwayatkan dari jalan Nashr bin Hammaad dan dia lemah bahkan matruuk.

13) أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمَّانِيُّ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ الْهُذَلِيِّ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، وَعَائِشَةَ، قَالا: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلمإِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ أَطْلَقَ كُلَّ أَسِيرٍ وَأَعْطَى كُلَّ سَائِلٍ
Telah mengabarkan kepada kami ‘Abdul Hamiid bin ‘Abdurrohman Al-Himmaaniy, dari Abu Bakr Al-Hudzaliy, dari Az-Zuhriy, dari ‘Ubaidullooh bin ‘Abdullooh, dari Ibnu ‘Abbaas dan ‘Aaisyah, keduanya berkata, “Dahulu Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam jika memasuki bulan Romadhon maka beliau membebaskan semua tawanan (perang) dan memberi semua yang meminta (kepada beliau).” [Ath-Thobaqoot Al-Kubroo 1/182]
Diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Akhbaar Ashbahaan 1/160); Al-Ismaa’iiliy (Mu’jam Syuyuukh 1/357); Ibnu ‘Abid Dunya (Makaarimul Akhlaaq no. 387); Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 3629; Fadhoo’ilul Auqoot no. 69); Al-Khothiib Al-Baghdaadiy (Taariikh Baghdaad 10/307).

Hadits dho’iif jiddan. Hanya diriwayatkan dari jalan Abu Bakr Al-Hudzaliy, dia munkarul hadiits.

14) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُمَرَ الْعَدَنِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ زَيْدٍ الْعَمِّيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ بِمَكَّةَ فَصَامَ وَقَامَ مِنْهُ مَا تَيَسَّرَ لَهُ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ مِائَةَ أَلْفِ شَهْرِ رَمَضَانَ فِيمَا سِوَاهَا وَكَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ عِتْقَ رَقَبَةٍ وَكُلِّ لَيْلَةٍ عِتْقَ رَقَبَةٍ وَكُلِّ يَوْمٍ حُمْلَانَ فَرَسٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَفِي كُلِّ يَوْمٍ حَسَنَةً وَفِي كُلِّ لَيْلَةٍ حَسَنَةً
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu ‘Umar Al-’Adaniy, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrohiim bin Zaid Al-’Ammiy, dari Ayahnya, dari Sa’iid bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbaas -rodhiyallohu ‘anhuma-, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menjumpai bulan Romadhon di Makkah kemudian ia berpuasa dan sholat malam didalamnya sesuai dengan yang dimudahkan untuknya, maka Alloh akan mencatat untuknya bagai pahala seratus ribu kali bulan Romadhon dan bulan selainnya, dan Alloh akan mencatat setiap hari untuknya bagai pahala memerdekakan budak, dan setiap malamnya bagai pahala memerdekakan budak, dan setiap hari bagai menunggang kuda di jalan Alloh, dan juga setiap hari satu kebaikan dan setiap malam satu kebaikan.”
[Sunan Ibnu Maajah no. 3117]

Dho’if jiddan. Telah berlalu pembahasannya di Berpuasa Romadhon di Makkah Seratus Ribu kali Lebih Afdhal Dari Tempat Lain?

15) حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ نَصْرٍ الطُّوسِيُّ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَيُّوبَ الْمُخَرِّمِيُّ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ كَثِيرِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ بِلالِ بْنِ الْحَارِثِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” رَمَضَانُ بِالْمَدِينَةِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ رَمَضَانَ فِيمَا سِوَاهَا مِنَ الْبُلْدَانِ، وَجُمُعَةٌ بِالْمَدِينَةِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ جُمُعَةٍ فِيمَا سِوَاهَا مِنَ الْبُلْدَانِ
Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Aliy bin Nashr Ath-Thuusiy, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullooh bin Ayyuub Al-Mukhorrimiy, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullooh bin Katsiir bin Ja’far, dari Ayahnya, dari Kakeknya, dari Bilaal bin Al-Haarits, ia berkata, Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Romadhon di Madiinah lebih baik daripada seribu Romadhon di negeri lainnya, dan Jum’at di Madiinah lebih baik daripada seribu Jum’at di negeri lainnya.” [Mu’jam Al-Kabiir no. 1144]
Diriwayatkan pula oleh Ibnu ‘Asaakir (Taariikh Dimasyq 27/38).

Sanadnya dho’iif. ‘Abdullooh bin Katsiir seorang yang dho’iif.

Dan syaahid untuk Bilaal bin Al-Haarits datang dari ‘Abdullooh bin ‘Umar, diriwayatkan oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Akhbaar Ashbahaan 2/314), dari jalan ‘Amr bin ‘Utsmaan, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullooh bin Naafi’, dari ‘Aashim bin ‘Umar Al-’Umariy, dari ‘Abdullooh bin Diinaar, dari Ibnu ‘Umar, secara marfuu’.

Sanadnya sangat lemah. ‘Amr bin ‘Utsmaan dho’iif, begitu pula ‘Abdullooh bin Naafi’, dan ‘Aashim bin ‘Umar munkarul hadiits.

Walhasil hadits ini tetap pada kedho’ifannya bahkan matannya baathil, tidak dikenal dalam syari’at agama ini bahwa Romadhon di kota Madinah lebih baik daripada seribu Romadhon di tempat lain.

Inilah yang bisa kami kutip dan sungguh masih banyak lagi hadits-hadits tidak shohih lainnya seputar bulan Romadhon namun kami melihat hadits-hadits di ataslah yang umumnya sering dikutip dan disebarkan oleh sebagian penceramah dan sebagian saudara-saudara kami.

Semoga bermanfaat.

Alloohu a’lam.

Bahan Maroji’:
Silsilatu Ahaaditsu Adh-Dho’iifah wal Maudhuu’ah, karya Syaikh Al-Albaaniy, Maktabah Al-Ma’aarif, Riyaadh.

Footnotes:
[1] Sallaam bin Salm (Saliim) At-Tamiimiy, Abu Sulaimaan atau Abu ‘Abdillaah As-Sa’diy Ath-Thowiil. Ahmad berkata “munkarul hadiits”, Al-Bukhooriy meninggalkannya, Ibnu Ma’iin berkata “tidak ada apa-apanya”, dalam riwayat lain “dho’iif, tidak dicatat haditsnya”, An-Nasaa’iy berkata “matruuk”.[Miizaanul I’tidaal 3/252; Al-Mughniy fiy Adh-Dhu’afaa' 1/270; Al-Kasyf Al-Hatsiits hal. 323; Adh-Dhu’afaa’ Al-‘Uqailiy 2/159]

[2] Ziyaad bin Maimuun Ats-Tsaqofiy Al-Faakihiy, Abu ‘Umaaroh Al-Bashriy. Ibnu Ma’iin berkata “(haditsnya) tidak layak sedikitpun, tidak juga banyak”, dalam riwayat lain “tidak ada apa-apanya”, Al-Bukhooriy meninggalkannya, Yaziid bin Haaruun berkata “dia pendusta”, Abu Zur’ah berkata “waahiyul hadiits”, didho’ifkan Ad-Daaruquthniy. [Taariikhul Kabiir no. 4146; Miizaanul I’tidaal 3/140; Al-Jarh wa At-Ta’diil 3/77; Al-Kasyf Al-Hatsiits hal. 299; Al-‘Ilal Al-Mutanaahiyah 1/69]

[3] ‘Utsmaan bin ‘Abdillaah Asy-Syaamiy Al-Umawiy. Ibnu ‘Adiy berkata “meriwayatkan hal-hal palsu dari orang-orang tsiqoh”. [Miizaanul I’tidaal 5/53; Al-Mughniy fiy Adh-Dhu’afaa’ 2/426; Adh-Dhu’afaa’ wal Matruukiin 2/170; Al-Majruuhiin 2/279; Taariikh Baghdaad 11/293]

[4] Syaikh Al-Albaaniy membawakan kalam Ibnul Jauziy, “Tidak shohih, didalamnya ada Muhammad bin ‘Ubaid Al-Bashriy, majhuul, tidak mempunyai mutaba’ah” [Silsilatu Adh-Dho’iifah no. 43]

[5] ‘Abdurrohman bin ‘Utsmaan bin Umayyah bin ‘Abdurrohman Ats-Tsaqofiy, Abu Bahr Al-Bashriy. Seorang yang dho’iif. Ahmad berkata “orang-orang menaruh haditsnya (tidak dijadikan hujjah), Ibnu Hajar berkata “dho’iif”.[Taariikhul Kabiir no. 7124; Taqriibut Tahdziib no. 3943]

Hadits munqothi’ karena ‘Abdurrohman bin ‘Utsmaan wafat pada tahun 195 H dan ia termasuk thobaqoh ke-9, maka bisa dipastikan ia tidak pernah bertemu Anas bin Maalik yang wafat pada 92 atau 93 H. Alloohu a’lam.

[6] Muhammad bin Zaadzaan Al-Madaniy. Al-Bukhooriy berkata “munkarul hadiits, haditsnya tidak dicatat” dan disepakati At-Tirmidziy, Abu Haatim berkata “matruuk”, Ad-Daaruquthniy berkata “dho’iif”. [Tahdziibul Kamaal no. 5216; Taariikhul Kabiir no. 242; Miizaanul I’tidaal 6/146; Tahdziibut Tahdziib 9/165; Al-Jarh wa At-Ta’diil no. 1421; Taqriibut Tahdziib no. 5882]

[7] ‘Anbasah bin ‘Abdurrohman bin ‘Anbasah bin Sa’iid bin Al-’Aash bin Sa’iid Al-Umawiy Al-Qurosyiy. Al-Bukhooriy meninggalkannya, Ibnu Ma’iin berkata “tidak berarti apa-apa”, Abu Zur’ah berkata “munkarul hadiits, waahiyul hadiits”, Abu Daawud, An-Nasaa’iy dan Ad-Daaruquthniy sepakat akan kedho’ifannya, Abul Fath Al-Azdiy berkata “pendusta”, Abu Haatim berkata “pemalsu hadits”, Adz-Dzahabiy berkata “kakeknya seorang tabi’in tsiqoh”.[Taariikhul Kabiir no. 9507; Tahdziibul Kamaal no. 4536; Tahdziibut Tahdziib 8/160; Taqriibut Tahdziib no. 5206; Miizaanul I’tidaal 5/362; Al-Majruuhiin 2/187]

[8] Hayyaaj bin Bisthoom At-Tamiimiy, Abu Khoolid atau Abu Bisthoom Al-Hanzholiy Al-Baghdaadiy. Disepakati akan kedho’ifannya. [Tahdziibul Kamaal no. 6637; Taqriibut Tahdziib no. 7355].

[9] Al-Waliid bin Al-Waliid bin Zaid Al-’Ansiy, Abul ‘Abbaas Ad-Dimasyqiy Al-Qolaanisiy. Abu Haatim bersendirian mentsiqohkannya, Ad-Daaruquthniy dan lainnya berkata “matruuk”. [Miizaanul I’'tidaal 7/144; Al-Jarh wa At-Ta’diil 9/19]

[10] Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا أَبُو الْخَطَّابِ زِيَادُ بْنُ يَحْيَى الْحَسَّانِيُّ، ثنا سَهْلُ بْنُ حَمَّادٍ أَبُو عَتَّابٍ، وأَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي يَزِيدَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ، قَالا: ثنا جَرِيرُ بْنُ أَيُّوبَ الْبَجَلِيُّ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ نَافِعِ بْنِ بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ، قَالَ أَبُو الْخَطَّابِ الْغِفَارِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ أَبِي يَزِيدَ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَهَذَا حَدِيثُ أَبِي الْخَطَّابِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ذَاتَ يَوْمٍ وَقَدْ أَهَلَّ رَمَضَانُ، فَقَالَ: ” لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا رَمَضَانُ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُونَ السَّنَةَ كُلَّهَا، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ خُزَاعَةَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، حَدِّثْنَا، فَقَالَ: ” إِنَّ الْجَنَّةَ لَتَزَيَّنُ لِرَمَضَانَ مِنْ رَأْسِ الْحَوْلِ إِلَى الْحَوْلِ، فَإِذَا كَانَ أَوَّلُ يَوْمٍ مِنْ رَمَضَانَ هَبَّتْ رِيحٌ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ، فَصَفَقَتْ وَرَقَ الْجَنَّةِ، فَتَنْظُرُ الْحُورُ الْعِينُ إِلَى ذَلِكَ، فَيَقُلْنَ: يَا رَبِّ اجْعَلْ لَنَا مِنْ عِبَادِكَ فِي هَذَا الشَّهْرِ أَزْوَاجًا تُقِرُّ أَعْيُنَنَا بِهِمْ، وَتُقِرُّ أَعْيُنَهُمْ بِنَا، قَالَ: فَمَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ إِلا زُوِّجَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ فِي خَيْمَةٍ مِنْ دُرَّةٍ مِمَّا نَعَتَ اللَّهُ:ف حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِق عَلَى كُلِّ امْرَأَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً، لَيْسَ مِنْهَا حُلَّةٌ عَلَى لَوْنِ الأُخْرَى، تُعْطَى سَبْعُونَ لَوْنًا مِنَ الطِّيبِ، لَيْسَ مِنْهُ لَوْنٌ عَلَى رِيحِ الآخَرِ، لِكُلِّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ سَبْعُونَ أَلْفَ وَصِيفَةٍ لِحَاجَتِهَا، وَسَبْعُونَ أَلْفَ وَصِيفٍ، مَعَ كُلِّ وَصِيفٍ صَحْفَةٌ مِنْ ذَهَبٍ، فِيهَا لَوْنُ طَعَامٍ، تَجِدُ لآخِرِ لُقْمَةٍ مِنْهُ لَذَّةً، لا تَجِدُ لأَوَّلِهِ، لِكُلِّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ سَبْعُونَ سَرِيرًا مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ، عَلَى كُلِّ سَرِيرٍ سَبْعُونَ فِرَاشًا، بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ، فَوْقَ كُلِّ فِرَاشٍ سَبْعُونَ أَرِيكَةً، وَيُعْطَى زَوْجُهَا مِثْلَ ذَلِكَ عَلَى سَرِيرٍ مِنْ يَاقُوتٍ أَحْمَرَ، مُوَشَّحٍ بِالدُّرِّ، عَلَيْهِ سِوَارَانِ مِنْ ذَهَبٍ، هَذَا بِكُلِّ يَوْمٍ صَامَهُ مِنْ رَمَضَانَ، سِوَى مَا عَمِلَ مِنَ الْحَسَنَاتِ

[11] Jariir bin Ayyuub Al-Bajaliy Al-Kuufiy. Ibnu Ma’iin berkata “laisa bi syai’”, dalam riwayat lain “laisa bi dzaaka”, Abu Nu’aim berkata “dia pemalsu hadits”, Al-Bukhooriy berkata “munkarul hadiits”, An-Nasaa’iy berkata “matruuk” disepakati Ad-Daaruquthniy. [Miizaanul I’tidaal 2/116; Al-Jarh wa At-Ta’diil 2/503; Ta'jiil Al-Manfa’ah hal. 132; Al-‘Ilal Al-Mutanaahiyah 2/546]

[12] Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ بْنِ سُورَةَ الْبَغْدَادِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ بَكَّارٍ، ثنا الْهَيَّاجُ بْنُ بِسْطَامٍ، ثنا عَبَّادٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْغِفَارِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ذَاتَ يَوْمٍ وَقَدْ هَلَّ شَهْرُ رَمَضَانَ: ” لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى الْعِبَادُ أَنْ يَكُونَ شَهْرُ رَمَضَانَ سَنَةً، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ خُزَاعَةَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ !، حَدِّثْنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” إِنَّ الْجَنَّةَ تُزَيَّنُ لِشَهْرِ رَمَضَانَ مِنْ رَأْسِ الْحَوْلِ إِلَى رَأْسِ الْحَوْلِ حَتَّى إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ هَبَّتْ رِيحٌ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ فَصَفَّقَتْ وَرَقَ شَجَرِ الْجَنَّةِ فَنَظَرَ الْحُورُ الْعِينُ إِلَى ذَلِكَ، فَقُلْنَ: يَا رَبِّ، اجْعَلْ لَنَا مِنْ عِبَادِكَ فِي هَذَا الشَّهْرِ أَزْوَاجًا تَقَرُّ أَعْيُنُنَا بِهِمْ وَتَقِرُّ أَعْيُنَهُمْ بِنَا، وَمَا مِنْ عَبْدٍ صَامَ شَهْرَ رَمَضَانَ إِلا زَوَّجَهُ اللَّهُ زَوْجَةً فِي كُلِّ يَوْمٍ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ فِي خَيْمَةٍ مِنْ دُرَّةٍ مُجَوَّفَةٍ مِمَّا بَعَثَ اللَّهُ بِهِ الْحُورَ الْعِينَ الْمَقْصُورَاتِ فِي الْخِيَامِ عَلَى كُلِّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ سَبْعُونَ حُلَّةً لَيْسَ مِنْهَا حُلَّةٌ عَلَى لَوْنِ الأُخْرَى وَيُعْطَى سَبْعُونَ لَوْنًا مِنَ الطِّيبِ لَيْسَ مِنْهُ لَوْنٌ يُشْبِهُ الآخَرَ، وَكُلُّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ عَلَى سَرِيرٍ مِنْ يَاقُوتٍ مُوَشَّحٌ بِالدُّرَرِ عَلَى سَبْعِينَ فِرَاشًا بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ وَفَوْقَ السَّبْعِينَ فِرَاشًا سَبْعُونَ أَرِيكَةً، وَلِكُلِّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ سَبْعُونَ وُصَفَاءَ يَخْدِمْنَهَا وَسَبْعِينَ وُصَفَاءَ لِلُقِيِّهَا وَوُجَهَاءَ مَعَ كُلِّ وَصِيفٍ صَحْفَةٌ مِنْ ذَهَبٍ فِيهَا لَوْنٌ مِنَ الطَّعَامِ يَجِدُ لآخِرِهِ مِنَ اللَّذَّةِ مِثْلَ الَّذِي يَجِدُ لأَوَّلِهِ، وَيُعْطَى زَوْجُهَا مِثْلَ ذَلِكَ عَلَى سَرِيرٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ عَلَيْهِ سِوَارَانِ مِنْ ذَهَبٍ مُوَشَّحٌ بِالْيَاقُوتِ الأَحْمَرِ هَذَا لِكُلِّ يَوْمٍ صَامَهُ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ سِوَى مَا عَمِلَ مِنَ الْحَسَنَاتِ

[13] Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا طَاهِرُ بْنُ عِيسَى بْنِ قَيْرَسٍ الْمِصْرِيُّ، قَالَ: نا زُهَيْرُ بْنُ عَبَّادٍ الرُّؤَاسِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنِي جَدِّي أَحْمَدُ بْنُ أَبْيَضَ الْمَدِينِيُّ، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: ” إِنَّ الْجَنَّةَ لَتُزَيَّنُ مِنَ السَّنَةِ إِلَى السَّنَةِ لِشَهْرِ رَمَضَانَ، وَإِنَّ الْحُورَ لَتَتَزَيَّنُ مِنَ السَّنَةِ إِلَى السَّنَةِ لِشَهْرِ رَمَضَانَ، فَإِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ، قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللَّهُمَّ اجْعَلْ لَنَا فِي هَذَا الشَّهْرِ مِنْ عِبَادِكَ سُكَّانًا، وَيَقُلْنَ الْحُورُ الْعِينُ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ لَنَا فِي الشَّهْرِ مِنْ عِبَادِكَ أَزْوَاجًا “.
قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: ” فَمَنْ صَانَ نَفْسَهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، فَلَمْ يَشْرَبْ فِيهِ مُسْكِرًا، ولَمْ يَرِمِ فِيهِ مُؤْمِنًا بِالْبُهْتَانِ، ولَمْ يَعْمَلْ فِيهِ خَطِيئَةً، زَوَّجَهُ اللَّهُ كُلَّ لَيْلَةٍ مِائَةَ حَوْرَاءَ، وَبَنَى لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ مِنْ ذَهَبٍ وفِضَّةٍ وَيَاقُوتٍ وزَبَرْجَدٍ، لَوْ أَنَّ الدُّنْيَا جُمِعَتْ فَجُعِلَتْ فِي ذَلِكَ الْقَصْرِ لَمْ يَكُنْ فِيهِ إِلا كَمَرْبَطِ عَنْزٍ فِي الدُّنْيَا، وَمَنْ شَرِبَ فِيهِ مُسْكِرًا وَرَمَى فِيهِ مُؤْمِنًا بِبُهْتَانٍ، وَعَمِلَ فِيهِ خَطِيئَةً أَحْبَطَ اللَّهُ عَمَلَهُ سَنَةً، فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ ؛ فَإِنَّهُ شَهْرُ اللَّهِ، إنْ تُفَرِّطُوا فِيهِ فَقَدْ جَعَلَ لَكُمْ أَحَدَ عَشَرَ شَهْرًا تَنْعَمُونَ فِيهَا وَتَتَلَذَّذُونَ، وَجَعَلَ لِنَفْسِهِ شَهْرَ رَمَضَانَ، فَاحْذَرُوا شَهْرَ رَمَضَانَ

[14] Al-Haafizh Al-Haitsamiy berkata, “Didalamnya ada Ahmad bin Abyadh, aku tidak menemukan biografinya, para perowi sisanya adalah orang-orang tsiqoh.” [Majma’ Az-Zawaa’id 3/147]

[15] Riwayatnya adalah:
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، ثنا الإِمَامُ أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حَيَّانَ، ثنا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْعَلاءِ السَّامِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ ابْنِ أَخِي سَوَادٍ الْقَاضِي، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ” إِنَّ الْجَنَّةَ لَتُزَيَّنُ مِنَ الْحَوْلِ إِلَى الْحَوْلِ لِشَهْرِ رَمَضَانَ، وَإِنَّ الْحُورَ لَتُزَيَّنُ مِنَ الْحَوْلِ إِلَى الْحَوْلِ لِصُوَّامِ رَمَضَانَ، فَإِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ، قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِي فِي هَذَا الشَّهْرِ أَزْوَاجًا، فَمَنْ لَمْ يَقْذِفْ فِيهِ مُسْلِمًا بِبُهْتَانٍ، وَلَمْ يَشْرَبْ مُسْكِرًا كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ ذُنُوبَهُ، وَمَنْ قَذَفَ فِيهِ مُسْلِمًا، أَوْ شَرِبَ فِيهِ مُسْكِرًا أَحْبَطَ اللَّهُ عَمَلَهُ لِسَنَتِهِ، فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ، فَإِنَّهُ شَهْرُ اللَّهِ لَكُمْ أَحَدَ عَشَرَ شَهْرًا تَأْكُلُونَ فِيهِ وَتَشْرَبُونَ وَتَلَذَّذُونَ وَجَعَلَ لِنَفْسِهِ شَهْرًا فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّهُ شَهْرُ اللَّهِ

[16] Muhammad bin Ibroohiim bin Al-’Alaa’ Ad-Dimasyqiy, Abu ‘Abdillaah Asy-Syaamiy. Ibnu ‘Adiy berkata “munkarul hadiits, semua haditsnya tidak mahfuuzh”, Ad-Daaruquthniy berkata “pendusta”, Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy berkata “meriwayatkan hal-hal palsu dari Al-Waliid bin Muslim, Baqiyyah, Suwaid bin ‘Abdul ‘Aziiz dan Syu’aib bin Ishaaq”. Ibnu Hajar berkata “matruuk”.[Tahdziibul Kamaal no. 5030; Taqriibut Tahdziib no. 5698]

[17] Sallaam bin Sulaimaan bin Sawwaar, Abul ‘Abbaas Ats-Tsaqofiy Al-Madaa’iniy. Abu Haatim berkata “laisa bil qowiy”, Ibnu ‘Adiy berkata “munkarul hadiits”, Al-’Uqoiliy berkata “dalam haditsnya terdapat hal-hal yang diingkari”, Ibnu Hajar berkata “dho’iif”. [Tahdziibul Kamaal no. 2656; Al-Jarh wa At-Ta’diil 4/259; Miizaanul I’tidaal 3/255; Al-Mughniy fiy Adh-Dhu’afaa’ 1/270; Adh-Dhu’afaa’ Al-‘Uqoiliy 2/161; Al-‘Ilal Al-Mutanaahiyah 1/161; Taqriibut Tahdziib no. 2704]

[18] Maslamah bin Ash-Sholt. Abu Haatim berkata “munkarul hadiits”.[Miizaanul I’tidaal 6/422; Al-Jarh wa At-Ta’diil 8/269; Al-Mughniy fiy Adh-Dhu’afaa’ 2/657; Adh-Dhu’afaa’ wal Matruukiin 3/119]

[19] Sulaimaan bin ‘Amr, Abu Daawud An-Nakhoo’iy Al-Kadzdzaab. Ahmad berkata “dia pemalsu hadits”, Ibnu Ma’iin berkata “terkenal dengan pemalsu hadits”, dalam riwayat lain “ia orang paling pendusta”, Al-Bukhooriy berkata “matruuk, Qutaibah dan Ishaaq menuduhnya sebagai pendusta”, Yaziid bin Haaruun berkata “tidak halal satu kalipun meriwayatkan darinya”, Ibnu Hibbaan berkata “dia menampakkan diri sebagai laki-laki sholih namun sebenarnya ia adalah pemalsu hadits”, Ibnu ‘Adiy berkata “mereka sepakat bahwasanya ia seorang pemalsu hadits”. [Miizaanul I’tidaal 3/305; Adh-Dhu’afaa’ Al-Kabiir 2/134; Al-Jarh wa At-Ta’diil 4/132; Al-Majruuhiin 1/333; Kasyful Khofaa 2/405; Al-Mughniy fiy Adh-Dhu’afaa’ 1/282]

[20] Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سُلَيْمَانَ الْمَالِكِيُّ، بِالْبَصْرَةِ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ رَاشِدٍ الأَصْبَهَانِيُّ، ثنا سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ نَصْرٍ، ثنا أَبُو مُعَاذٍ، عَنْ زِيَادٍ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَصَمْتُهُ تَسْبِيحٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ

[21] Ma’ruuf bin Hassaan, Abu Mu’aadz As-Samarqondiy. Ibnu ‘Adiy berkata “munkarul hadiits”, disepakati Adz-Dzahabiy. [Miizaanul I’tidaal 6/467; Al-Mughniy fiy Adh-Dhu’afaa’ 2/313; Al-Jarh wa At-Ta’diil 8/323]

[22] Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْحُسَيْنِ الْجَنَدِيُّ، ثنا أَبُو زُرْعَةَ أَحْمَدُ بْنُ مُوسَى الْمَكِّيُّ، ثنا عَلِيُّ بْنُ حَرْبٍ، ثنا جَعْفَرُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ بَهْرَامَ، ثنا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي ظَبْيَةَ، عَنْ وَبَرَةَ أَبِي كُرْزٍ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ خَيْثَمٍ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَنَفَسُهُ تَسْبِيحٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ

[23] ‘Iisaa bin Sulaimaan, Abu Thoyyibah Ad-Daarimiy Al-Jurjaaniy. Didho’ifkan Ibnu Ma’iin, memiliki beberapa riwayat mungkar, Ibnu ‘Adiy berkata “laki-laki sholih, aku tidak menduganya sebagai seorang pembohong, akan tetapi mungkin hanya menyerupai”. [Taariikhul Kabiir no. 8855; Miizaanul I’tidaal 5/376; Al-Jarh wa At-Ta’diil 6/278]

[24] Wabroh Al-Haaritsiy, Abu Kurz Al-Kuufiy. Ibnu Hajar berkata “mastuur”, Al-A’masy meriwayatkan darinya. [Tahdziibul Kamaal no. 6679; Taqriibut Tahdziib no. 7398]

[25] Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا الْقَاضِي أَبُو الْقَاسِمِ عَلِيُّ بْنُ الْمُحَسِّنِ بْنِ عَلِيٍّ التَّنُوخِيُّ، بِقِرَاءَتِي عَلَيْهِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ سَهْلُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَهْلٍ الدِّيبَاجِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْأَشْعَثِ، قَالَ: حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ مُوسَى بْنِ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَلِيٍّ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: ” نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَنَعَسُهُ تَسْبِيحٌ
[26] Sahl bin Ahmad bin ‘Abdillaah bin Sahl, Abu Muhammad Ad-Diibaajiy. Syi’ah rofidhoh pendusta. [Miizaanul I’tidaal 3/331; Al-Mughniy fiy Adh-Dhu’afaa’ 1/286; Adh-Dhu’afaa’ wal Matruukiin 2/37]

[27] Riwayatnya adalah:
أَخْبَرَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عُمَرَ بْنِ النَّحَّاسِ، بِقِرَاءَتِي عَلَيْهِ فِي جَامِعِ الْفُسْطَاطِ، أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ الْحَكَمِ النَّرْسِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَمْرٌو عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الْوَكِيلُ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخٍ، حَدَّثَنَا الرَّبيِعُ بْنُ بَدْرٍ الْأَعْرَجِيُّ، عَنْ عَوْفٍ الْأَعْرَابِيِّ، عَنْ أَبِي الْمُغِيرَةَ الْقَوَّاسِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” صَمْتُ الصَّائِمِ تَسْبِيحٌ وَنَوْمُهُ عِبَادَةٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
[28] Ar-Robii’ bin Badr bin ‘Amr bin Jarrood At-Tamiimiy, Abul ‘Alaa’ As-Sa’diy Al-Bashriy. Ibnu Ma’iin berkata “laisa bi syai’”, dalam riwayat lain ia berkata “dho’iif, laisa bi syai’”, Abu Daawud berkata “dho’iif tidak dicatat haditsnya”, An-Nasaa’iy, Ya’quub bin Sufyaan, Ibnu Khiroosy dan Ibnu Hajar berkata “matruuk”, Al-Jauzajaaniy berkata “waahiyul hadiits”. [Tahdziibul Kamaal no. 1854; Taqriibut Tahdziib no. 1883; Taariikhul Kabiir no. 3852]

[29] ‘Aliy bin Zaid bin ‘Abdillaah bin Abu Mulaikah bin Zuhair bin ‘Abdillaah bin Jud’aan At-Taimiy, Abul Hasan Al-Qurosyiy Al-Bashriy. Al-Juroiriy berkata “termasuk fuqoha’ Bashroh”, Ahmad berkata “dho’iif”, Ibnu Ma’iin berkata “laisa bi syai’”, dalam riwayat lain ia berkata “laisa bi dzaaka al-qowiy”, Al-’Ijliy berkata “tasyayyu’, laisa bil qowiy”, Al-Bukhooriy berkata “tidak dijadikan hujjah”, Abu Haatim berkata “dicatat haditsnya, dia lebih kami sukai dibanding Yaziid bin Abu Ziyaad”, Ibnu Khuzaimah berkata “buruk hafalannya”, Ad-Daaruquthniy berkata “di sisi kami, ia tetap lemah”, Ibnu Hajar berkata “dho’iif”. [Taariikh Ats-Tsiqoot hal. 346; Miizaanul I’tidaal 5/156; Siyaru A’laam An-Nubalaa’ 5/206; Taqriibut Tahdziib no. 4734; Al-Kaasyif 2/285]

[30] Hilaal bin ‘Abdurrohman Al-Hanafiy. Al-’Uqoiliy berkata “munkarul hadiits”. [Miizaanul I’tidaal 7/100; Al-Mughniy fiy Adh-Dhu’afaa’ 2/374; Adh-Dhu’afaa’ Al-Kabiir 4/350]

[31] ‘Abdurrohman bin Qois Adh-Dhobbiy, Abu Mu’aawiyah Az-Za’farooniy Al-Bashriy. Ibnu Mahdiy mendustakannya, Ahmad berkata “dho’iif, matruukul hadiits”, Abu Zur’ah berkata “kadzdzaab”, Al-Bukhooriy berkata “tinggalkan haditsnya”, Shoolih Al-Baghdaadiy berkata “pemalsu hadits”, Ibnu Hajar berkata “matruuk, didustakan Abu Zur’ah”. [Tahdziibul Kamaal no. 3939; Taqriibut Tahdziib no. 3989; Miizaanul I’tidaal 4/309; Al-Jarh wa At-Ta’diil 5/323]

[32] Zaid bin Al-Hawaariy Murroh Al-’Ammiy, Abul Hawaariy Al-Bashriy Al-Qoodhiy. Ahmad berkata “shoolih, dia berada diatas Zaid Ar-Roqqoosyiy dan Fadhl bin ‘Iisaa”, Ibnu Ma’iin dalam suatu riwayat berkata “shoolih”, dalam riwayat lain “laa syai’”, dalam riwayat lain “dicatat haditsnya dan dia dho’iif”, Abu Daawud berkata “tidaklah aku mendengar kecuali kebaikannya”, Ibnu Hibbaan berkata “meriwayatkan hal-hal maudhuu’ dari Anas, kabar-kabarnya tidak dijadikan hujjah dan tidak dicatat kecuali dengan i’tibar (penguat)”, Al-Hasan bin Sufyaan berkata “tsiqoh”, Ibnu Hajar berkata “dho’iif”. [Tahdziibut Tahdziib no. 2746; Taqriibut Tahdziib no. 2131; Al-Majruuhiin 1/309]

[33] Riwayatnya adalah:
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَسَنِ بْنُ مُكْرَمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ أَبِي هِشَامٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الأَسْوَدِ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” أُعْطِيَتْ أُمَّتِي فِي شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسَ خِصَالٍ لَمْ تُعْطَهَا أُمَّةٌ قَبْلَهُمْ: خُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمُ الْمَلائِكَةُ حَتَّى يُفْطِرُوا، وَيُزَيِّنُ اللَّهُ كُلَّ يَوْمٍ جَنَّتَهُ، ثُمَّ يَقُولُ: يُوشِكُ عِبَادِيَ الصَّائِمُونَ أَنْ يُلْقَى عَنْهُمُ الْمُؤْنَةُ وَالأَذَى وَيَصِيرُونَ إِلَيْكِ، وَتُصَفَّدُ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، فَلا يَخْلُصُونَ فِيهِ إِلَى مَا يَخْلُصُونَ فِي غَيْرِهِ، وَيَغْفِرُ لَهُمْ فِي آخِرِ لَيْلَةٍ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ؟ قَالَ: ” لا، وَلَكِنَّ الْعَامِلَ إِنَّمَا يُوَفَّى أَجْرَهُ إِذَا قَضَى عَمَلَهُ

[34] Hisyaam bin Abu Hisyaam Ziyaad bin Abu Yaziid, Abul Miqdaam Al-Bashriy. Didho’ifkan Ahmad dan yang lain. An-Nasaa’iy berkata “matruuk”, Ibnu Hibbaan berkata “meriwayatkan hal-hal palsu dari orang-orang tsiqoh”, Abu Daawud berkata “dia tidak tsiqoh”, Al-Bukhooriy berkata “dho’iif, diperbincangkan”, Ibnu Hajar berkata “matruuk”. [Miizaanul I’tidaal 7/80; Al-Kaasyif 3/222; Taariikhul Kabiir no. 12040; Al-Jarh wa At-Ta’diil 9/238; Al-Majruuhiin 3/88; Taqriibut Tahdziib no. 7292]

[35] Muhammad bin Muhammad bin Al-Aswad Az-Zuhriy. Ibnu Hajar berkata “mastuur”, Syu’aib Al-Arna’uuth dan Basyaar ‘Awwaad berkata “majhuul haal”. [Taariikhul Kabiir no. 706; Taqriibut Tahdziib no. 6269; Tahriirut Taqriib 3/313]

[36] Muhammad bin Marwaan bin ‘Abdullooh bin Ismaa’iil As-Suddiy Al-Kuufiy. Ibnu Ma’iin berkata “tidak tsiqoh”, Ahmad meninggalkannya, Al-Bukhooriy berkata “mereka mendiamkannya”, Abu Haatim berkata “matruukul hadiits, tidak dicatat haditsnya”, Shoolih bin Muhammad berkata “dho’iif, pemalsu hadits”, Ibnu ‘Adiy berkata “riwayat-riwayatnya dilemahkan”, Ibnu Hibbaan berkata “tidak halal mencatat haditsnya kecuali dengan i’tibar”, Ibnu Hajar berkata “tertuduh pendusta”. [Miizaanul I’tidaal 6/328; Taariikh Ash-Shoghiir 2/246; Taariikh Baghdaad 3/291; Tahdziibut Tahdziib 9/436; Taqriibut Tahdziib no. 6284; Al-Jarh wa At-Ta’diil no. 364]

[37] ‘Umar bin Muhammad bin Shuhbaan Al-Aslamiy, Abu Ja’far Al-Madaniy. Al-Bukhooriy berkata “munkarul hadiits”, Ahmad berkata “tidak ada apa-apanya”, Ibnu Ma’iin berkata “tidak layak secuilpun”, Abu Haatim dan Ad-Daaruquthniy berkata “matruuk”, Ibnu ‘Adiy berkata “haditsnya diingkari”, Ibnu Hajar berkata “dho’iif”. [Miizaanul I'tidaal 5/249; Taariikhul Kabiir no. 8121; Tahdziibut Tahdziib 7/464; Taqriibut Tahdziib no. 4923; Al-Jarh wa At-Ta’diil 6/722; Diiwaan Adh-Dhu’afaa’ no. 3071; Al-Kaasyif 2/314]

[38] ‘Ishoom bin Tholiiq Ath-Thufaawiy Al-Bashriy. Ibnu Ma’iin berkata “laisa bi syai’”, Al-Bukhooriy berkata “majhuul, munkarul hadiits”, didho’ifkan Abu Zur’ah, Ibnu ‘Adiy berkata “tidak dikenal, ia mempunyai hadits-hadits mungkar”, Ibnu Hajar berkata “dho’iif”. [Tahdziibut Tahdziib 7/195; Taqriibut Tahdziib no. 4582; Tahdziibul Kamaal 2/228; Miizaanul I’tidaal 5/85; Al-Majruuhiin 2/174]

[39] Abu Haaruun, ‘Umaaroh bin Juwain Al-‘Abdiy. Al-Jauzajaaniy berkata “pendusta dan pemalsu”, Ibnu Hajar berkata “matruuk, beberapa haditsnya adalah kedustaan, seorang syi’ah”, An-Nasaa’iy berkata “matruukul hadiits”, di riwayat lain ia berkata “tidak tsiqoh dan tidak dicatat haditsnya”, Abu Haatim berkata “dho’iif, lebih dho’iif dari Bisyr bin Harb”, Abu Zur’ah berkata “dho’iif”, Ahmad berkata “tidak ada apa-apanya”, Yahyaa bin Ma’iin berkata “dia tidak jujur dalam haditsnya”, Al-Bukhooriy berkata “ditinggalkan oleh Yahyaa Al-Qoththoon”. [Al-Ahwaal Ar-Rijaal no. 142; Tahdziibul Kamaal no. 4178; Taqriibut Tahdziib no. 4874]

[40] Nashr bin Hammaad bin ‘Ajlaan Al-Bajaliy, Abul Haarits Al-Warrooq Al-Bashriy. Ibnu Ma’iin berkata “kadzdzaab”, Ya’quub bin Syaibah berkata “laisa bi syai’”, Al-Bukhooriy berkata “dirinya diperbincangkan”, Muslim berkata “dzaahibul hadiits (haditsnya guncang)”, An-Nasaa’iy berkata “tidak tsiqoh”, Abu Haatim dan Abul Fath Al-Azdiy berkata “matruuk”, Ad-Daaruquthniy berkata “laisa bil qowiy fil hadiits”, Ibnu Hibbaan berkata “dia banyak salah dan keliru dalam sanad hingga banyak kebatilan didalamnya”, Ibnu Hajar berkata “dho’iif”. [Tahdziibul Kamaal no. 6395; Tahdziibut Tahdziib no. 9770; Taqriibut Tahdziib no. 7109]

[41] Abu Bakr Al-Hudzaliy, Sulmaa bin ‘Abdillaah bin Sulmaa Al-Bashriy. Yahyaa Al-Qoththoon tidak meriwayatkan hadits darinya sekalipun, Ibnu Ma’iin berkata “laisa bi syai’”, dalam riwayat lain ia berkata “tidak tsiqoh”, An-Nasaa’iy berkata “tidak tsiqoh dan haditsnya tidak dicatat”, Al-Jauzajaaniy mendho’ifkan haditsnya, Al-Bukhooriy dan As-Saajiy berkata “bukan seorang haafizh”, Ad-Daaruquthniy berkata “munkarul hadiits dan matruuk”, Ibnu ‘Adiy berkata “semua haditsnya tidak ada i’tibar”, Adz-Dzahabiy berkata “waahin”, Ibnu Hajar berkata “matruukul hadiits”. [Al-Jarh wa At-Ta’’diil 4/313; Miizaanul I’tidaal 3/277; Tahdziibul Kamaal no. 7268; Adh-Dhu’afaa’ Al-Kabiir 2/177; Taqriibut Tahdziib no. 8002]

[42] ‘Abdullaah bin Katsiir bin Ja’far bin Abi Katsiir Al-Anshooriy, Abu ‘Umar Al-Madiiniy. Adz-Dzahabiy berkata “syaikh”, dan ungkapan ini bukanlah tautsiq melainkan kemungkinan sedikit haditsnya, karena Ibnu Hibbaan berkata “penduduk Madinah, sedikit haditsnya, banyak hal-hal yang kacau dari apa yang diriwayatkannya, tidak dijadikan hujjah kecuali dari apa yang disepakati oleh orang-orang tsiqoh”, Ibnu Ma’iin berkata “syaikh, laisa bi syai’”, Ibnu Hajar berkata “maqbuul”, Syu’aib Al-Arna’uuth dan Basyaar ‘Awwaad berkata “dho’iif, darimana datangnya ia maqbuul?”. Oleh karena itu, dari perkataan mereka bisa diambil kesimpulan bahwasanya riwayat ‘Abdullooh bin Katsiir butuh penguat dari orang-orang tsiqoh dan ia tidak diterima jika tafarrud. Alloohu a’lam. [Miizaanul I’tidaal 4/163; Al-Kaasyif 1/587; Taqriibut Tahdziib no. 3548; Tahdziibut Tahdziib 5/366; Lisaanul Miizaan 3/328; Al-Majruuhiin 2/10]

[43] Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا أَبِي، ثنا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا الْهَيْثَمُ بْنُ بِشْرِ بْنِ حَمَّادٍ، ثنا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نَافِعٍ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ الْعُمَرِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” رَمَضَانُ بِالْمَدِينَةِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ رَمَضَانَ فِي غَيْرِ الْمَدِينَةِ، وَجُمُعَةٌ بِالْمَدِينَةِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ جُمُعَةٍ فِي غَيْرِ الْمَدِينَةِ، وَصَلاةٌ فِي مَسْجِدِي خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاةٍ فِيمَا سِوَاهُ

[44] ‘Amr bin ‘Utsmaan bin Sayyaar Al-Kilaabiy, Abu ‘Amr atau Abu ‘Umar atau Abu Sa’iid Ar-Roqqiy. Ditinggalkan An-Nasaa’iy dan Al-Azdiy, dan dilemahkan Al-’Uqoiliy, Abu Haatim berkata “mereka memperbincangkannya, hadits dari hafalannya diingkari”, Ibnu ‘Adiy berkata “orang-orang tsiqoh meriwayatkan danya, dicatat haditsnya”, [Al-Jarh wa At-Ta’diil 6/1372; Miizaanul I’tidaal 5/335; Tahdziibut Tahdziib 8/76; Taqriibut Tahdziib no. 5074; Taariikhul Kabiir no. 8685]

[45] ‘Abdullooh bin Naafi’ bin Abu Naafi’ Ash-Shoo’igh Al-Makhzuumiy, Abu Muhammad Al-Madaniy. Terjadi perbincangan mengenai dirinya. Al-Bukhooriy dalam suatu riwayat berkata “dalam hafalannya ada sesuatu”, dalam riwayat lain ia berkata “dikenal dan diingkari, kitabnya shohih”, Ibnu Ma’iin berkata “tsiqoh”, dalam riwayat lain ia berkata “orang paling tsabt pada Maalik”, Ahmad berkata “ia hafal seluruh hadits Maalik hingga ia memasuki akhir umurnya maka ia bukanlah ahli hadits melainkan ahli ro’yu Maalik”, Abu Haatim berkata “lemah dalam hafalannya namun shohih dari kitabnya”, Abu Zur’ah berkata “tidak mengapa dengannya” dan disepakati An-Nasaa’iy dalam suatu riwayat, dalam riwayat lain An-Nasaa’iy berkata “tsiqoh”, Ibnu Hibbaan memasukkannya dalam Ats-Tsiqoot seraya berkata “dia shohiihul kitaab, tetapi jika meriwayatkan dari hafalannya kemungkinan terjadi kesalahan”, Ad-Daaruquthniy berkata “memerlukan penguat”, Adz-Dzahabiy berkata “ditsiqohkan”, Ibnu Hajar berkata “tsiqoh, shohiihul kitaab, lemah dalam hafalannya”. Kesimpulannya, ia tsiqah terutama dalam riwayat-riwayat Maalik, namun diwaspadai pada riwayat-riwayat yang ia bersendirian didalamnya apalagi jika terdapat hal-hal yang ghorib seperti pada hadits ini. [Al-Jarh wa At-Ta’diil 5/856; Miizaanul I’tidaal 4/213; Tahdziibul Kamaal 2/748; Tahdziibut Tahdziib no. 6/51; Taqriibut Tahdziib no. 3659; Al-Kaasyif 2/136; Siyaru A’laam An-Nubalaa’ 10/371; Taariikhul Kabiir no. 6757; Ats-Tsiqoot 8/348]

[46] ‘Aashim bin ‘Umar bin Hafsh bin ‘Aashim bin ‘Umar bin Al-Khoththoob Al-’Umariy, Abu ‘Umar atau Abu Bakr Al-Madaniy Al-Qurosyiy. Saudara ‘Ubaidullooh bin ‘Umar Al-’Umariy. Didho’ifkan oleh Ahmad dan yang lain, Al-Bukhooriy berkata “munkarul hadiits”, Ibnu Hibbaan berkata “tidak boleh berhujjah dengannya”, An-Nasaa’iy berkata “matruuk”, At-Tirmidziy berkata “disisiku ia bukan haafizh”, Haaruun bin Muusaa Al-Farwiy berkata “laisa bi qowiy”, Al-Jauzajaaniy berkata “haditsnya dho’iif”, Ibnu Hajar berkata “dho’iif”. [Tahdziibul Kamaal no. 3017; Tahdziibut Tahdziib 5/51; Miizaanul I’tidaal 4/10; Al-Jarh wa At-Ta’diil 6/1915; Taqriibut Tahdziib no. 3068; Al-Majruuhiin 2/127; Diiwaan Adh-Dhu’afaa’ no. 2036; Al-‘Ilal li Ibnu Abi Haatim hal. 961; Al-Kaasyif 2/51; Taariikhul Kabiir 6/478]