oleh ust Abdullah al-Musthofa
BIASANYA, untuk
urusan kesenangan dan kebahagiaan di dunia, manusia cenderung mau
sibuk. Tapi untuk kesenangan dan kebahagiaan hakiki di dunia ini serta
persiapan kesenangan untuk kampung akhirat, manusia cenderung tidak mau
sibuk. Selalu ada alasan.
Jika Anda kebetulan sedang berada di
Jakarta pada hari Jumat tepatnya pada saat kuthbah dan shalat Jumat
berlangsung, coba perhatikan suasana di jalan-jalan dan tempat-tempat
umum, seperti terminal bus dan pusat perbelanjaan. Anda akan mendapati
masih banyak orang laki-laki yang beraktivitas. Itu adalah pemandangan
yang aneh. Semestinya tiap hari Jumat jalan-jalan dan tempat-tempat umum
di Jakarta menjadi lebih lengang. Seharusnya mayoritas laki-laki pergi
ke masjid karena Islam di Jakarta adalah agama yang dianut oleh
mayoritas penduduknya. Demikian juga pada waktu dilaksanakannya shalat
Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’. Seharusnya suasana Jakarta lebih
lengang lagi karena para laki-laki dan perempuan melaksanakan shalat di
mushala atau masjid.
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن
تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا
يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ
الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara
mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS: Al-Hadiid [57]:16)
Dalam
beramal shaleh manusia cenderung menunda-nunda. Penyebabnya adalah
manusia merasa belum saatnya beramal shaleh. Lebih dari itu, karena
manusia merasa umurnya masih panjang atau bahkan hidup selama-lamanya.
Tak ada yang dilakukannya kecuali sekadar mencari-cari alasan dan
berjanji. Mencari-cari alasan seperti masih sibuk bekerja mencari
nafkah, sibuk melakukan aktivitas lainnya, masih muda dan seribu alasan
lain. Berjanji pada pada Allah, dirinya sendiri atau orang lain akan
beramal shaleh nanti jika sudah tidak sibuk, sudah pensiun, sudah kaya,
sudah tua atau janji-janji manis lainnya. Menunda-nunda beramal shaleh
adalah ciri orang-orang fasik. Hati mereka keras. Adapun bagi orang
beriman tidaklah layak menunda-nunda beramal shaleh. Yang layak bagi
mereka adalah bersegera dalam beramal shaleh.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ
فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ
لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli . Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah [62]:9)
يُؤْمِنُونَ
بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُوْلَـئِكَ مِنَ
الصَّالِحِينَ
“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan,
mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan
bersegera kepada pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang
yang shaleh.” (QS. Ali Imran [3]:114)
Ketika hidup di dunia
manusia merasa hidupnya masih lama atau merasa hidupnya panjang. Padahal
masa hidup manusia sesungguhnya hanyalah sekejap. Rasulullah Shalallahu
‘alaihi Wassalam telah memberitahukan bahwa hidup di dunia seperti
musafir yang sedang istirahat di bawah pohon. Istirahat tentulah
tidaklah lama atau selamanya. Setelah cukup istirahat, sang musafir
tentu melanjutkan perjalanan.
“Ada kecintaan apa aku dengan
dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara
yang mencari tempat berteduh di bawah pohon, lalu istirahat, kemudian
meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi)
Manusia baru menyadarinya
pada Hari Kebangkitan. Pada waktu itu mereka merasakan bahwa ketika
hidup di dunia mereka hanya hidup selama sehari, setengah hari, di siang
hari, di pagi hari, di waktu sore hari saja.
وَيَوْمَ
يَحْشُرُهُمْ كَأَن لَّمْ يَلْبَثُواْ إِلاَّ سَاعَةً مِّنَ النَّهَارِ
يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِلِقَاء
اللّهِ وَمَا كَانُواْ مُهْتَدِينَ
“Dan akan hari Allah mengumpulkan mereka, seakan-akan mereka
tidak pernah berdiam hanya sesaat di siang hari, mereka saling
berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan
mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.” (QS: Yunus [10]:45)
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ
قَالُوا لَبِثْنَا يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلْ الْعَادِّينَ
قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلاً لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
Mereka
menjawab: "Kami tinggal sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah
kepada orang-orang yang menghitung."Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal
melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (QS: Al-Mu’minuun [23]:112-114)
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa
seakan-akan tidak tinggal melainkan di waktu sore atau pagi hari.” (QS:An-Naazi’aat [79]:46)
Mereka
baru menyadarinya karena merasakan betapa panjangnya masa 1 hari di
padang Mahsyar, di mana 1 hari sama dengan 50.000 tahun waktu dunia.
Bagaimana
jika Allah mengumpulkan kalian (di suatu tempat) seperti berkumpulnya
anak-anak panah di dalam wadahnya selama 50.000 tahun dan Dia tidak
menaruh kepedulian terhadap kalian? (HR. Hakim)
Karena hidup di
dunia hanyalah sebentar tentulah sangat rugi jika menunda-nunda beramal
shaleh. Orang beriman tidak akan mencari-cari alasan agar bisa menunda
beramal shaleh, dan berjanji akan beramal shaleh di lain waktu. Namun
dia selalu segera melakukannya sebagaimana kisah seorang laki-laki pada
saat perang Uhud yang disebutkan dalam hadits berikut ini.
Seorang
laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw pada saat perang Uhud,
“Bagaimana pandanganmu Ya Rasulullah jika aku terbunuh saat ini,
dimanakah tempatku (setelah kematian)? Rasulullah menjawab, “Di surga”.
(Mendengar sabda beliau) maka laki-laki itu melemparkan kurma yang ada
di tangannya, kemudian dia (maju untuk) berperang hingga terbunuh (di
medan perang).” (HR. Bukhari Muslim)
Dengan demikian dia tidak
akan menyesal ketika datang kematian, meminta kepada Allah di hidupkan
lagi dan berjanji akan melakukan amal-amal shaleh sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat di bawah ini. Sebaliknya, jika seseorang suka
menunda beramal shaleh dan sekadar mengobral janji kosong, ketika datang
kematian padanya dia menyesal, meminta kepada Allah dikembalikan ke
dunia lagi dan mengucapkan janji kosong.
حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
لَعَلِّي
أَعْمَلُ صَالِحاً فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ
قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia
berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku, agar aku berbuat amal yang
shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di
hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS: Al-Mukminuun [23]:99-100)
Bahkan hingga berada di neraka pun dia masih mengajukan permohonan dan mengucapkan janji yang sama.
وَهُمْ
يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحاً غَيْرَ
الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن
تَذَكَّرَ وَجَاءكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِن
نَّصِيرٍ
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang shaleh
berlainan dengan yang telah kami kerjakan. Dan apakah Kami tidak
memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang
mau berfikir, dan datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka
rasakanlah dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun.” (QS: Faathir [35]:37)
Agar kita tidak menyesal
nantinya marilah kita pergunakan sebaik mungkin setiap saat dalam hidup
ini karena masa hidup kita adalah masa yang cukup untuk memikirkan dan
melakukan banyak amal shaleh. Janganlah kita menjadi seperti kebanyakan
manusia yang tertipu oleh dua nikmat hidup, kesehatan dan kesempatan.
Mereka tidak mau dan mampu memanfaatkannya untuk beramal shaleh, malah
sebaliknya mempergunakannya untuk melakukan amal-amal salah.
“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan kesempatan.” (HR. Bukhori).*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar