Selasa, 26 November 2013

PKS itu Berbahaya


PKS (Partai Keadilan Sejarhtera) merupakan partai Islam terbesar di Indonesia dan kader kader PKS merupakan kader tersolid diantara kader partai lainnya. Partai dakwah ini pun sering dan turut aktif dalam melakukan kegiatan sosial, seperti mengirim kader dan simpatisannya untuk membantu korban bencana alam (bajir, gunung meletus, tsunami, gempa bumi, dll). Dibalik kebaikan kebaikan PKS tersebut timbul sebuah pertanyaan mengapa PKS selalu mendapat hujatan, hinaan, kritikan negative, dll. Dari pertanyaan pertanyaan tersebut ternyata PKS itu berbahaya, mangkanya PKS selalu mendapat hujatan.
Hujatan, hinaan, kritikan negative tidak selalu datang dari rakyat Indonesia melainkan datang dari beberapa individu, lembaga, dan partai yang tidak suka dengan PKS. Untuk lebih jelas mengapa PKS itu berbahaya, penulis akan mengajak pembaca melihat seberapa bahayanya PKS itu.

Pertama, PKS itu Berbahaya bagi partai partai politik lainnya ketika KPK menyuruh semua kader kader partai politik yang duduk di pemerintahan memberikan hasil laporan hartanya masing masing. Jika kita runtut kader partai mana yang paling rajin melaporkan hartanya ke KPK, tentu PKS adalah partai yang memiliki kader paling rajin melaporkan hartanya. Sekitar 91,23% kader PKS yang duduk di pemerintahan telah melaporkan hartanya ke KPK, dengan presentase 91,23% tersebut PKS menjadi partai terajin dalam melaporkan hartanya ke KPK. Dari kerajinan kader kader PKS nampaknya partai yang malas terasa terusik dan iri karena bisa menurunkan citra partainya di lembaga pemberantasan korupsi tersebut. Bisa kita ambil contoh PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), partai yang selalu mengatakan partai jujur dan rajin nampaknya menjadi partai termalas menyerahkan laporan harta kader kadernya ke KPK.

Hal kedua yang membuat PKS itu berbahaya adalah PKS itu Berbahaya bagi lembaga lembaga yang tidak mendukung kemerdekaan Palestina baik itu lembaga di dalam dan luar negeri. PKS telah kita ketahui bersama merupakan partai yang paling semangat membela kemerdekaan Palestina. Sekarang saya tanya partai mana selain PKS yang paling semangat membela Palestina? Apakah Demokrat, PDIP, Golkar, dan lain lain? tentu PKS yang paling semangat membela kemerdekaan Palestina. Demokrat yang menjadi partai pemenang pemilu dan menguasai parlemen saja seakan tidak terlalu peduli dengan kasus tersebut. PDIP pun yang mengaku partai paling nasionalis tidak menunjukan sikap kenasionalisannya untuk menurunkan kader dan simpatisannya ke Palestina. Dan untuk semangat partai partai lain dalam membela Palestina masih kalah dengan semangat PKS dalam membela Palestina.

Ketiga, PKS itu Berbahaya bagi partai yang tidak memilki kader solid dan tangguh. Kader partai tersolid dan tertangguh diantara partai partai lain adalah kader PKS. Bisa kita ambil contoh ketika mantan Presiden PKS dijadikan tersangka suap daging sapi, kader PKS dengan cepat melakukan gerakan untuk saling menguatkan partai dakwah ini agar tidak runtuh. Dan bayangkan saja musibah tersebut bisa dijadikan kader PKS menjadi berkah berkat pertolongan Allah. Walaupun terkena kasus tapi banyak sekali masyarakat yang mendaftar menjadi kader PKS, bayangkan kurang dari 3 jam saja 578 warga Pangkal Pinang bergabung menjadi kader PKS. Tidak hanya itu sekitar 405 warga Sumut pun berbondong bondong datang untuk bergabung menjadi kader. Dan ratusan ribu Warga di seluruh wilayah di Indonesia pun seakan juga ingin bergabung ke PKS. Mereka bergabung bukan tanpa alasan, mereka beralasan PKS memiliki managamen partai kuat walau badai bencana datang. Selain itu kader kader PKS dengan kesolidanya selalu membantu PKS dalam pemenangan di Pemilukada di daerah daerah, sehingga kader yang diusung PKS bisa menang, contoh Pilkada Jabar dan lain lain. Kesolidan kader kader PKS ini pun seakan membuat resah partai lain yang tidak memiliki kader tersolid seperti PKS yang bisa mengubah musibah menjadi berkah, dan selalu memiliki mental juara setiap pemilu.

Keempat, PKS itu Berbahaya bagi partai yang memiliki kader malas untuk membantu korban bencana alam. Kader kader PKS telah terkenal sebagai kader yang paling rajin membantu korban. Dan kader kader partai lain sangat jarang melakukan hal itu. Tentu ini membuat citra PKS di masyarakat semakin baik, dan jika citra PKS baik tentu ini membuat partai lain kehilangan citra, karena masyarakat lebih banyak memberikan citra baik ke PKS bukan ke partai lain.

PKS itu Berbahaya, tapi PKS itu memiliki cinta yang tulus kepada masyarakat Indonesia. PKS memang pernah melakukan kesalahan karena PKS hanya partai biasa bukan malaikat. Sekarang mengapa kita selalu menghujat dan mencaci PKS? Mengapa kita seolah menghilangkan kebaikan kebaikan PKS. Kita harus buka mata bahwa partai lain lebih banyak kasus korupsinya ketibang PKS. Contoh Golkar adalah partai terkorup, diikuti partai partai lainnya. Sedangkan PKS adalah partai yang paling sedikit terkena kasus. Kita boleh kesal dan kecewa terhadap perilaku kader PKS seperti kasus suap daging sapi, tapi kita tidak boleh benci juga kepada kader kader PKS yang telah melayani masyarakat. Sebagai warga yang taat hukum dan bangsa yang terkenal dengan toleransinya, mari kita biarkan hukum berjalan. Luthfi Hasan Ishaq baru menjadi tersangka dan belum tentu beliau bersalah, biarkan hukum yang menyelesaikannya. Kalau memang bersalah hukumlah LHI, dan kalau tidak bersalah mari kita dukung perjuangan PKS dalam melayani masyarakat sebagai tanda rasa simpati kita terhadap perjuangan dakwah dan pelayanan PKS terhadap rakyat Indonesia.

Pandu Wibowo
Mahasiswa Jurusan Ilmu politik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selasa, 19 November 2013

" Cita-Cita Peradaban " Oleh Anis Matta

Cita-Cita Peradaban


Ini adalah terjemahan, implementasi dari apa yang disebutkan oleh Imam Hasan al Banna sebagai cita-cita tertinggi dakwah kita, yaitu Ustaziatul Alam. Kita semua ditakdirkan hidup pada suatu era, dimana peradaban barat dengan semua filosofinya, di mana filsafat materialism tidak lagi mampu memberikan semua unsur yang diperlukan oleh ummat manusia untuk berbahagia.

Sekarang ini ada kekeringan yang luarbiasa. Dan itu sebabnya mengapa peradaban barat hanya mengandalkan dua kekuatan utama untuk mempertahankan hegemoninya. Pertama adalah senjata. Kedua adalah uang. Selain itu mereka tidak punya daya tarik apa-apa.

Ini semua merupakan tanda-tanda mengapa janji Rasulullah shalallahu alaihi wa salam in syaa Allah akan menjadi kenyataan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Tahukah antum apa janji Rasulullah saw., dalam perang Khandak? Rasulullah saw., bersabda, “Latuftahannarrum”. Romawi in syaa Allahkan akan dibebaskan. Sahabat Rasulullah bertanya, “Ayyuhuma tuftaahu ya Rasulullah?” (mana yang lebih dulu dibebaskan wahai Rasulullah? Romawi Timur atau Romawi Barat?) Rasulullah saw., mengatakan Madinatu Hiroklus, kotanya Heraklius terlebih dulu. Janji ini baru menjadi kenyataan 700 tahun kemudian.

Tetapi jauh sebelum 700 tahun itu Rasulullah saw., bersabda, “Latuftaahunnal Constantiniyyah walani’mal jaisyu jaisyuha, wala ni’mal amiru amiruha.” Konstantinopel pasti akan dibebaskan. Dan sebaik-baik pasukan jihad yang pernah ada adalah pasukan yang membebaskan Konstantinopel. Sebaik-baik komandan perang yang pernah ada adalah komandan perang yang dipimpin pembebasan Konstantinopel.

Konstantinopel dibebaskan oleh seorang anak muda, Muhammad al Fatih yang berumur 23 tahun. Jadi kalau ada di antara kita yang berumur lebih dari 23 tahun jangan lagi pernah merasa muda. Kita sudah terlalu tua. Karena prestasi-prestasi besar itu diraih oleh para pendahulu kita di saat mereka masih terlalu muda. Muhammad al Fatih telah menjadi khalifah pada saat beliau berumur 16 tahun.

Nah ikhwah sekalian, potongan kedua dari janji Rasulullah ini yaitu Roma dan Vatikan belum terwujud. Tetapi jaraknya sudah hampir sama dengan jarak janji Rasulullah yang telah terwujud, sudah lebih dari 500 tahun.

Yang membuat peradaban barat sekarang ini belum runtuh seperti yang diramalkan oleh banyak orang, adalah karena belum ada satu peradaban alternative yang muncul menggantikan mereka. Dunia Islam sekarang ini belum terkonsilidasi.
Kita ditakdirkan hidup di era ini. Era ketika cita-cita ini kita kumandangkan, era ketika umat manusia semuanya menantikan kehadiran kita.

Kita semua berharap bahwa pada suatu waktu potongan sirah yang pernah kita baca bukan hanya periode Mekah tetapi juga periode Madinah. Bukan hanya awal-awalnya periode Madinah di mana kita terlibat dalam perang Badar atau perang Uhud atau perang Khandak, tetapi kita ingin masuk lebih jauh lagi, zaman di mana Rasulullah saw., menulis surat kepada seluruh raja-raja yang ada di muka bumi ketika itu, yang isinya, “Aslim taslam walakal ajru marratain.” Masuklah ke dalam Islam dan engkau akan mendapat dua pahala.

Ketika kita masih merupakan sebuah pergerakan, cara kita berdakwah kepada orang adalah seperti cara nabi Musa. Yaitu, “idzhaba ilaa fir’auna faquula lahu qaulan layyinan.” Pergilah kalian kepada Fir’aun dan katakanlah kepadanya perkataan yang lembut. Tetapi ketika kita mempresentasikan diri sebagai sebuah Negara, cara kita berdakwah adalah seperti yang dilakukan oleh nabi Sulaiman, ketika beliau mengirim surat kepada Balqis, “Innahu min Sulaiman wa innahu bismillahirrahmaanirrahiim. Alla ta’lu alaiyya wa tu’ni muslimin.” Surat ini datangnya dari Sulaiman, datangnya dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jangan coba-coba membangkang padaku, datanglah padaku dalam keadaan menyerahkan diri. Begitulah cara diplomasi Negara dilakukan.

Kita ingin pada sisa umur kita nanti, bahwa kita semua akan menyaksikan surat-surat seperti itu dikirim kepada seluruh Negara-negara lain yang ada di muka bumi. Kita ingin mengatakan kepada mereka semua, in syaa Allah, “Aslim taslam walakal ajru marratain.” Atau kita katakan kepada mereka, “Innahu min hizbil ‘adalah, innahu mun Indonesia, ini adalah dari kaum Muslimin di Indonesia wa innahu bismillahirrahmaanirrahiim, alla ta’lu alaiyya wa tu’ni muslimin.”

Kita berharap ikhwah sekalian, bahwa pada suatu periode dari sisa-sisa umur kita, kalau bukan kita yang melakukannya, setidak-tidaknya anak-anak kita atau cucu-cucu kita, masih sempat menyaksikan surat-surat itu. In syaa Allah. Kita berharap bahwa surat-surat seperti itu bisa kita saksikan. Dan bahwasanya peradaban dunia menyaksikan bangkitnya kembali Islam yang berbahasa kepada mereka, mengatakan kepada mereka, hanya inilah jalan bagi kalian untuk berbahagia dan hanya inilah jalan bagi kalian untuk mendapatkan kedamaian di dunia ini.

Tetapi ikhwah sekalian, cita-cita besar itu harus kita mulai dari hal-hal yang kecil-kecil. Itulah sebabnya Rasulullah saw., pertama kali membangun basecamp nya di Madinah. Kemudian memperluasnya kepada seluruh jazirah Arab. Begitu beliau selesai dari jazirah Arab, usianya tutup. Tapi sebelum beliau tutup usia, beliau mengutus sebuah pasukan yang dipimpin oleh seorang anak muda berumur 16 tahun, namanya Usamah bin Zaid.

Jadi ketika Rasulullah saw., berumur 63 tahun, seakan-akan beliau mengatakan, “Sekarang tugas kehidupan saya sudah selesai dan saya akan menuju kepada kehidupan lain yang lebih abadi. Tetapi hari ini, ada pasukan baru yang memimpin kehidupan yang baru, yaitu Usamah bin Zaid, anak muda berumur 16 tahun.”

Antum tahu semuanya, runtuhnya peradaban besar itu bukan karena dia dihancurkan oleh peradaban besar lainnya yang sama besarnya. Tapi runtuhnya peradaban besar itu persis sama dengan cara matinya Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman meninggal ketika beliau sedang shalat, tapi beliau tidak jatuh, tidak ada yang tahu bahwa beliau meninggal karena tongkatnya menyangga beliau. Beliau ketahuan meninggal setelah ada rayap yang memakan tongkatnya, kemudian tongkatnya itu habis baru beliau jatuh. Barulah orang semua tahu termasuk jin-jin beliau sendiri. Bahwa beliau telah meninggal.

Selasa, 12 November 2013

"Soliditas PKS di mata para bintang TNI"

.Itu, satgas nya PKS, cuma mereka yang punya standar operasi yang sangat rapi mirip dengan organisasi struktural ala TNI, cuma 'mereka' tidak memiliki loreng ala PP ataupun FKPPI, menurut data yang saya miliki satgas PKS sudah seperti pasukan ala vietkong yang dibentuk melawan amerika'..... (ryamizard ryacudu- mantan KSAD)...                                                               "#Soliditas PKS di mata para bintang TNI"

Mungkin saya akan memberi sedikit informasi tentang penilaian gerakan organisasi masyarakat dimata para bintang TNI.

Ingat dulu; tentang kehebohan kebijakan aturan pelarangan ormas atau satgas partai memakai seragam yang 'mirip' loreng sebuah angkatan di TNI dan aturan latihan semi militer yang dilakukan organisasi masyarakat.

Hampir semua pihak membicarakannya, termasuk para bintang di TNI dan pihak ormas seperti FPI, FKPPI, satgas partai PDIP hingga pemuda pancasila.
Dan saya tertarik dengan informasi; pendapat dari para bintang TNI.
Berikut pertanyaan yang dijawab mereka;

"Diantara ormas dan satgas yang ada di indonesia yang memiliki kekuatan dan soliditas mirip TNI, siapa saja dan apa saja pak jenderal?"
"Saya lihat kekuatan dan soliditas itu ada di satgas partai PKS; selama 6 bulan kami memantau dan memberi standar penilaian berdasarkan kebutuhan keputusan; ternyata cuma 'mereka' lah yang terbaik dalam pelatihan dan pembangunan kekuatan soliditas organisasi dan gerakan" (sjafrie sjamsoedin- wamenhan)

"Semua ormas memang lahir dengan tujuan nya masing masing; seperti FPI ataupun pemuda pancasila, tapi ada fenomena sebuah gerakan tentang sebuah ormas, yang saya nilai mereka memang patut dicotoh secara organisir gerakan dan soliditas kekuatannya; anda tahu partai PKS, semua database saya miliki termasuk penilaian ketika melakukan aksi, dan memang satgas PKS lah yang terbaik"... (djoko santoso-mantan panglima TNI)

"Itu, satgas nya PKS, cuma mereka yang punya standar operasi yang sangat rapi mirip dengan organisasi struktural ala TNI, cuma 'mereka' tidak memiliki loreng ala PP ataupun FKPPI, menurut data yang saya miliki satgas PKS sudah seperti pasukan ala vietkong yang dibentuk melawan amerika'..... (ryamizard ryacudu- mantan KSAD)

Lalu pertanyaan kedua; "Kalau mereka terbaik menurut jenderal; mengapa mereka tidak dicurigai dan dianggap 'berbahaya'?"

Saya ambil satu jawaban dari sosok satu ini:

"Karena mereka bukan preman; kebijakan ini (pelarangan seragam mirip TNI -ed) dibuat untuk membatasi premanisme dengan memakai baju besar atau loreng mereka; sementara organisasi satgas PKS hanya kumpulan kader partai yang terbina dan terdidik; itu menurut kacamata saya setelah sempat menerima informasi dilapangan, toh mereka tidak membangun pos pos keamanan ala ormas yang lain, mereka banyak berguna di masyarakat, itu yang membuat kami harus berpikir ulang seandainya menempatkan 'mereka' dalam zona ormas rapor merah".... (djoko santoso- mantan panglima TNI)

Terlepas semua penilaian yang ada, 'mereka' bisa memiliki kekuatan dan soliditas yang ada karena memiliki sebuah harta yang paling berharga; bukan duit ataupun tawaran dunia, tapi harta berupa niat dari hati yang kuat ber azzam dan hati yang semata mengharapkan ridho illahi...

"Sebuah pasukan itu bisa kuat; bukan karena senjata canggih yang mereka miliki; tapi melainkan hati yang ikhlas dan dan keteguhan menjadi seorang pejuang; siapapun yang menjadi lawan, semua nya akan terasa 'kecil' untuk dihadapi. kekuatan hati dengan niat suci demi atas nama Tuhannya; itulah senjata paling cangih didunia. saya menilai itu tumbuh pada diri satgas yang dimiliki PKS".... (sjafrie sjamsoedin- wamenhan)

Sementara 'mereka' yang dibicarakan oleh mereka bintang di TNI; tetap #ApapunYangTerjadiKamiTetapMelayani

Sebuah bintang tetaplah sebuah bintang; tidak akan berubah
Bersinar layaknya titik titik cahaya di angkasa

Selalu setia menghiasi dan mengisi setiap roda kehidupan dunia

Karena kami; para singa singa peradaban...

Minggu, 10 November 2013

Orasi Presiden PKS Untuk kader PKS Gorontalo

          Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ikhwan dan akhwat sekalian, para calon anggota dewan yang saya hormati, khususnya para pimpinan DPW di Gorontalo dan juga Ketua WILDA dan rombongan Pak Sekjen yang datang bersama saya pada kesempatan  ini Saya bersyukur sekali akhirnya bisa bertemu dengan antum semuanya,dan dengan mengikuti acara dari awal tadi sampai sekarang, saya semakin yakin Insya Allah bukan hanya badai pasti berlalu, tapi Insya Allah kita juga akan menang.

Saudara-saudara sekalian,

Kita mungkin dan saya kira masyarakat kita secara umum, pasti terpengaruh dengan kasus yang sedang menimpa kita saat ini. Dan saya kira antum di Gorontalo ini merasa, bahwa disamping ada kasus ini kelihatannya kompetitor antum juga kuat disini. Saya kira perasaan ini ada pada antum semuanya. Tadi kalau saya simak dari sambutan Ketua DPW, tapi saya selalu mengulang-ulangi satu ungkapan yang selalu saya sampaikan pada seluruh kader sejak saya awal dulu saya menjadi Sekjen.

Tantangan yang besar itulah yang membuat kita menjadi besar. Kita tidak menjadi besar seketika, tapi kita menjadi besar secara perlahan-lahan. Dan yang mempercepat kita tumbuh menjadi besar itu karena tantangan kita lebih besar dari kemampuan kita. Jadi kalau pada suatu waktu ikhwah sekalian, antum menemukan diri antum semuanya, atau saudara-saudara menemukan bahwa tantangan yang saudara hadapi di lapangan jauh lebih besar dari pada kapasitas dan kemampuan kita untuk menghadapinya, percayalah itu adalah alat dari Allah SWT untuk membesarkan kita. Sebab, sejarah itu bergerak karena dialektika antara tantangan dan respon, challenge and respon, wal istijabah.

Manusia pada tabiatnya bergerak karena dia ditantang, jadi kalau tidak ada tantangan bagi manusia, tidak ada stimulan yang akan membuat dia bergerak. Sejarah manusia menjadi dinamis, karena tantangannyalah yang membuat dia merespon terus-menerus tantangan itu sehingga ada dinamika. Dinamika gerak sejarah itu ditentukan oleh dialektika tantangan dan respon itu tadi. Coba kita lihat perjalanan kita sendiri, saudara-saudara sekalian. Saya ingat, pada waktu kita pertama kali mendirikan partai ini, jumlah kader kita itu hanya sekitar 33.000 orang. Sekarang jumlah kader kita yang tercatat, maksudnya yang tertarbiyah by name by address itu sekitar 500-an ribu.

Dan kalau kita memasukan semua yang tidak tercatat, tapi ada dilingkaran kerja PKS semuanya, kira-kira angkanya dikisaran 800 sampai 1 juta orang. Itu semuanya kita capai dalam waktu kira-kira 15 tahun sejak kita terlibat dalam partai politik. Siapa yang pernah membayangkan bahwa kita bisa tumbuh begitu cepat. Salah satu alasan mengapa kita melakukan rekrutmen besar-besaran, saya ingat itu keputusannya pada tahun 2000-2001, waktu kita menyusun rencana kerja. Kenapa kita melakukan rekrutmen besar-besaran, alasannya sederhana, setelah kita merasa bahwa capaian pada tahun 1999 hanya 1,4 juta orang, dan kita tidak lolos electoral threshold, sehingga harus ganti nama untuk bisa ikut pemilu 2004. Saya membuat hitung-hitungan kampung, ini tidak akademik sama sekali, tapi ini orang kampung ini hitungannya.

Kalau kader kita ada 33.000, suara kita ada 1,4 juta, kira-kira rasio kader dengan suara itu 1 per 40. Saya hitung-hitung, tahun 2004 nanti kita tidak akan punya uang untuk bisa pasang iklan, karena terlalu mahal. Jadi kalau kita mau lolos ET, hanya ada satu cara, tambah jumlah kader supaya suaranya bertambah. Jadi misalnya kita punya target berapa, tinggal kita buat rasionya. Sebab kita tidak bisa memiliki semua elemen pemenangan itu, faktor-faktor kemenangan itu setelah kita hitung-hitung kira-kira ada 8, salah satunya adalah media/iklan. Kita akui itu pengaruhnya besar, tapi bagaimana cara mensiasatinya kalau kita tidak punya uang, iya kan. Kira-kira kasus PKS ini kan sama dengan lagu Rhoma Irama, apa artinya malam minggu bagi orang yang tidak mampu, mau ke pesta tidak punya uang, akhirnya nongkrong dipinggir jalan. Jadi kalau orang lain bikin pesta besar dalam gedung, kita tidak bisa sewa gedungnya, tidak bisa sewa artis untuk nyanyi yang bagus disitu, yang kita lakukan apa, kita bikin pesta dipinggir jalan dengan cara kita sendiri, kita sendiri yang nyanyi, kita bikin lagunya sendiri, kita joged sendiri suka-suka hati. Dan ternyata, Alhamdulillah pesta kampung dipinggir jalan ini, sedikit banyak lebih menarik dari pesta yang ada dalam gedung. Sehingga orang-orang yang tadinya ikut acara didalam gedung lama-lama satu per satu keluar dari gedung, ikut nongkrong pesta bersama kita dipinggir jalan. Itu cara mensiasati kemiskinan.

Dan Alhamdulillah, kita mengalami lompatan, bukan hanya pada lompatan suara, tapi pertama-tama lompatannya adalah pada jumlah kader. Nah, saudara sekalian, dari mana kita bisa menemukan ide kreatif begitu, kalau bukan karena tantangannya yang sangat berat. Kita semuanya dipicu, adrenalin kita terpicu karena kita tidak lolos ET, sehingga kita semuanya mencari, putar otak, cari akal bagaimana caranya bisa menang dengan uang yang sangat terbatas.Saya kira, ini persoalan antum juga di Gorontalo.

Ada semangat, tapi tidak punya uang. Nah, kita mesti memicu adrenalin kita dengan tantangan yang besar seperti itu, supaya kita bisa putar otak, bagaimana caranya kita menang. Dan ini persoalan PKS dari dulu sampai sekarang. Apalagi setelah kita menghadapi kasus ini. Saya dengar dari salah seorang menteri kita dalam suatu rapat, itu pernah mengatakan sekarang orang takut semua ketemu dengan kita. Takut keseret-seret katanya. Saya bilang, wajarlah. Karena uang dalam politik itu mengalir kepada prospek, siapa yang punya prospek kesitulah uang mengalir. Yang tidak punya prospek, biasanya uang tidak mengalir kesana. Nah, sekarang saya kira dalam situasi seperti ini, antum semuanya membaca survey-survey. Saya tadi sudah membaca hasil survey Gorontalo, dan surveynya menyedihkan, sangat menyedihkan. Cuma dapat 2,6 %. Sangat menyedihkan survey ini.Tapi itu juga angka nasional. Jadi bukan cuma Gorontalo yang menyedihkan, kita secara nasional juga sangat menyedihkan. Dan apa yang kita lakukan kalau kita membaca survey seperti itu ikhwah sekalian. Sekarang antum mulai menghitung tantangannya, sudah disurvey jelek, kita tidak punya uang pula.

Apa yang kita lakukan? Saya bilang sama semua daerah yang sudah melakukan survey,survey itu jangan disembunyikan, dibuka kepada seluruh kader tanpa kecuali. Supaya semua orang tahu angka kita dalam survey jelek. Memang kenapa kalau jelek.Itu angka kita sendiri, dan jangan membela diri dengan mengatakan “wah, beriman kepada survey ini kan salah. Sebab survey itu bukan rukun iman” …Survey itu adalah produk ilmu pengetahuan. Dan islam menganjurkan kita semuanya berpengetahuan. Karena itu kata ilmu dalam AlQur`an terulang lebih dari 750 kali. Bahkan iman ini hanya menjadi kuat menjadi sah, kalau dia dilandaskan pada ilmu ..fa’lam annahu laa ilaaha illallah ..”ketahuilah bahwa tiada Tuhan selain Allah “ .. fa bada`a bil ilmi qoblal iman.. jadi “al Qur`an memulai dengan ilmu sebelum iman”.

Walaupun tidak masuk didaftar rukun iman survey itu, tapi kita harus percaya dia sebagai produk pengetahuan. Tapi cara bacanyalah yang perlu kita pelajari. Cara membaca survey yang benar adalah ;

Pertama Memposisikan diri kepada survey. Yang tidak boleh kita lakukan adalah memposisikan diri kepada survey sebagai penonton, itu tidak boleh. Yang kedua, memposisikan kepada survey sebagai pengamat, itu juga tidak boleh. Kita harus memposisikan diri kepada survey sebagai pemain. Saya ulangi, sebagai pemain, bukan penonton dan juga bukan pengamat. Kalau antum biasanya melihat penonton orang main bola, ekspresi wajahnya itu mengikuti siapa grup yang dijagokan. Begitu grupnya kebobolan bola, wajahnya sedih, itu penonton. Begitu menang, dia tepuk tangan, itu penonton. Kalau pengamat, dia lihat arah bola, bisa ke kanan bisa ke kiri. Karena dia tidak punya interest. Tapi kalau kita pemain, pikiran kita itu cuma satu. Bagaimana caranya mencetak gol.

Jadi kita membaca survey ini semuanya, dengan satu cara pandang, bagaimana caranya kita menemukan celah, untuk bisa menggiring bola ke gawang. Itu mindset pemain. Gawangnya adalah TPS, bolanya adalah pemilih. Ada untungnya, kita tahu survey ini sekarang. Karena survey ini adalah produk persepsi hari ini. Sehingga bentuk pertanyaannya, jika anda ada pemilihan hari ini…untungnya Pemilu 5 bulan lagi, masih ada waktu. Itu mindset pertama. Sekarang kita juga mungkin berpikir, di TV, di media kita sekarang tidak punya banyak frekuensi kemunculan. Apalagi sekarang ini, khususnya TV secara umum, sudah dimiliki oleh petinggi-petinggi parpol. Sehingga semua media digunakan untuk partainya sendiri-sendiri. Jadi kalau antum berpikir dalam kerangka itu, media sudah punya partai lain. Di survey kita jelek, kita pun tidak punya uang untuk itu. Pusing kita kan?..tapi sekarang, coba sekarang kita putar otak sebagai pemain. Dan kita masih punya satu keuntungan, karena pencoblosan tidak dilakukan di TV, pencoblosan adanya di TPS. Dan di TPS itu dalam jangkauan antum semuanya. Jadi jangan khawatir. Saya sudah menyaksikan berkali-kali, banyak orang yang punya TV, tapi partainya tidak dapat suara. Dan banyak partai yang tidak punya TV tapi partainya dapat suara. Kenapa, yang perlu kita tahu adalah realitas media dan realitas lapangan itu dua hal yang berbeda. Jadi sepanjang TPS ada dalam jangkauan antum semuanya, Insya Allah kita punya celah yang sama untuk menang. Jadi jangan bersedih. Yang penting mindsetnya yang kita perbaiki. Mindset kita adalah pelaku, mindset kita adalah pemain. Sehingga kita membaca survey ini dalam perspektif sebagai pelaku itu.

Kedua Kita harus punya mental juara. Jadi kalau kita main bola dua babak, dan babak pertama kita kebobolan tiga gol, jangan berpikir kita kalah, masih ada babak kedua. Dan kalau babak kedua kita belum cetak gol juga  pada menit-menit pertama,jangan khawatir, masih ada menit-menit sesudahnya. Kita baru benar-benar dinyatakan kalah, kalau pertandingan sudah selesai, dan kita kalah. Sepanjang belum ada pluit dari wasit bahwa pertandingan selesai, sepanjang itu kita punya harapan untuk mencetak gol. Jadi sekarang, mumpung pemilunya masih lama, masih ada waktu untuk mencetak gol. Kita mesti punya mental juara ini, yang tidak merasa kalah dimenit-menit pertama, walaupun tampak sudah kebobolan. Saya ingat dulu Rudi Hartono dalam salah satu pertandingan bulu tangkis, itu sudah 13 – 0, kalau tidak salah lawannya dari India, dia 0 lawannya sudah 13, tinggal 2 angka lagi lawannya menang. Tapi mental juara, perasaannya tidak terpengaruh. 2 itu angka yang mahal, dia terus main. Dan pelan-pelan mulai mencetak angka, 1, 2 dst naik sedikit-sedikit. Akhirnya dia memenangkan pertandingan itu diakhir.

Saya punya keyakinan yang kuat, kalau kita punya mental juara seperti ini ikhwah sekalian, Insya Allah, kita akan  membuat hasil pertandingan itu menjadi sesuatu yang tidak bisa diduga-duga orang. Dan jauh lebih bagus ketika kita bertanding dalam keadaan orang-orang itu under estimate kepada kita, dibanding ketika orang over estimate kepada kita. Jadi kalau orang sekarang misalnya persepsinya tentang PKS ini jleb .. misalnya underdog.wah ini PKS pasti hancur. Angkanya sedikitlah, tidak akan banyak angkanya yang akan dia dapat nanti, tidak akan banyak kursinya. Malah ada satu partai bisik-bisik ke kita, dia bilang begini, ini PKS nanti maksimum 25 kursi untuk DPR RI, kita sudah buat simulasi. Ada lagi yang bilang, kita sudah bikin simulasi maksimum kursi PKS itu 28. Ini ikhwah, karena dikasih tahu begini, dia tanya saya ini bagaimana pendapat antum. Saya bilang..Bagus, sudah benar itu dia ngomong begitu kepada kita. Sudah bagus orang-orang itu bicara begitu kepada kita. Tapi, kita punya rencana sendiri,dan kitalah yang lebih tahu bagaimana caranya mencapai rencana itu. Kita yang lebih tahu.

Ikhwah sekalian, saya ingat pada tahun 2004, ketika saya jadi caleg di Jakarta, waktu itu Jakarta nomor 1-nya itu merah. Kita sudah membuat rencana pokoknya Jakarta kita harus nomor satu, tapi rencananya diam-diam. Saya membuat cara hitung kampung bagaimana cara dapat kursi maksimal di Jakarta dan tidak pakai survey waktu itu. Saya bikin sendiri hitungannya. Karena pikiran saya sederhana, gawangnya TPS bolanya pemilih. Jadi kader yang kita punya ini kita suruh bikin direct selling setiap hari dan setiap malam saya mendapatkan laporannya dari DPC dengan angka-angka. Tapi saya tidak memberi tahu Ketua-ketua DPC bagaimana cara saya menghitung, pokoknya saya cuma meminta laporan daftar closing setiap hari dari semua kader yang melakukan direct selling. Setiap malam saya kumpulkan angka-angka itu,secara diam-diam semua angka itu saya buat angka akumulasinya, setelah itu saya diskon 50 %, saya anggap laporan mereka ini 50 %-nya tidak benar. Saya diskon sendiri. Jadi 50 % ini angka nett, saya genjot mereka terus bikin program itu, walhasil, setelah saya diskon 50 %, angka nett ini ternyata hasilnya sudah dua kursi. Saya bilang, saya genjot lagi sedikit. Dan Alhamdulillah, begitu pencoblosan, di dapil saya dapat tiga kursi. Waktu itu pak Presiden Hidayat Nur Wahid di dapilnya beliau dapat dua kursi. Dan Alhamdulillah kita nomor satu di DKI. Tahun 2009 yang lalu, saya jadi caleg lagi di Makassar, dapil I. Saya Bugis,tapi dapil ini dapil Makassar. Saya tidak punya keluarga disitu, dan struktur pun juga lemah disitu. Bahkan ada satu kabupaten diwilayah itu yang KI-nya nol. Ada lagi satu kabupaten KI-nya Cuma satu, Ketua DPD. Ada lagi satu kabupaten KI-nya cuma 7. Kemudian banyak lembaga survey di SulSel bikin survey, sampai bulan Februari tahun 2009 atau 1 bulan setengah kurang dari hari pencoblosan, nama saya pun belum muncul di dalam survey. Sehingga ketua lembaga survey ini mempresentasikan di depan Wilda, sambil bicara begini, Pak Anis pasti tidak masuk, dan potong telinga saya kalau sampai benar-benar dia masuk. Saya dengar juga. Saya bilang, sudah benar dia ngomong begitu. Walhasil, angka saya yang paling tinggi di dapil itu, tapi kita tidak sampai meminta telinganya di potong.

Ikhwah sekalian, ini cara kerja diam-diam. Jadi saya waktu itu Ketua TPPN, dan memang tidak punya banyak waktu mengurus dapil itu, karena saya harus mengurus semua dapil. Apa yang saya lakukan ? Saya pertama kali turun sapu bersih wilayah itu, lihat saja, tidak ketemu siapa-siapa, cuma datang keliling, saya cuma lihat wilayah. Kalau istilah orang get the feeling. Cuma kita merasa-rasa saja wilayah itu. Feelingnya kayak apa kita diwilayah itu. Saya lihat baliho orang-orang, bikin baliho besar-besar. Langkah kedua, saya mulai ketemu dengan struktur dan ketemu dengan orang tapi tidak dalam acara, cuma ketemu-ketemu saja, lihat orang, suasana orang. Sambil melihat atribut calon-calon yang lain. Langkah ketiga, saya mulai testcase, bikin acara. Saya kumpulkan massa, saya ceramah politik. Waktu ceramah politik itu, saya melihat orang tidak punya respon apa-apa. Saya menyiapkan bahan visi misi yang luar biasa, tapi orang kok responnya tidak ada. Saya bilang coba kita testcase sekali lagi. Bikin acara isra` mi`raj atau maulid, saya lupa. Ternyata orang responnya luar biasa. Setelah itu, saya mulai bikin foto, sebelum bikin atribut.

Coba cek ke lapangan, survey dulu ke lapangan. Saya bikin 4 foto, 1 foto pakai jas pakai dasi, 1 foto pakai jas tanpa dasi, 1 foto pakai baju koko pakai peci putih, 1 foto pakai batik. Tanya mereka, yang paling mereka suka yang mana. Jadi kalau turun, orang tidak suka ceramah politik. Yang mereka suka, ceramah agama. Karena jarang-jarang ada politisi yang bisa bicara agama. Tapi begitu kita kasih foto, ternyata yang mereka suka, yang pakai jas pakai dasi. Karena orang-orang disana pendidikannya rendah, jadi dia berharap pemimpinnya itu tampak lebih cerdas dari mereka. Anda perhatikan, mereka pendidikannya rendah, padahal mereka religius, kelompok yang dikenal daerah orangnya agamis. Kita kasih foto yang pakai baju koko pakai peci, mereka tidak suka. Tapi kalau turun ke lapangan, dia tidak suka kita pakai jas pakai dasi. Dia maunya kita pakai koko saja. Tapi kalau dikasih foto, dia maunya yang pakai jas pakai dasi. Oke, kalau begitu saya mulai mengerti. Pada kelompok masyarakat yang tidak terdidik, mereka mengharap pemimpinnya itu tampak cerdas, lebih cerdas dari mereka. Itu sebabnya, kenapa Habibie jadi Dewa di Sulawesi. Karena makhluk langka seperti ini, jarang-jarang kita punya. Jadi mereka senangnya yang begitu. Tapi waktu kita turun, dia tidak suka ceramah politik, kenapa? Dia tidak paham. Dia tidak suka kita bicara program. Begitu kita bicara agama dikaitkan sedikit dengan politik, baru dia suka. Dia tepuk tangan. Dia semangat. Akhirnya Alhamdulillah,karena cara seperti itu, semua permintaan datang dari masyarakat setelah itu hanya untuk ceramah agama. Saya ingat, disalah satu kabupaten, karena waktu sudah tidak ada, saya menyampaikan ceramah agama itu jam 2 pagi. Karena sudah tidak ada waktu, dan ini waktu yang tersedia tinggal begini, oke tidak apa-apa yang penting datang kesini. Dan orang kampung kumpul semuanya ditempat itu,mereka menyediakan makan, bikin pesta besar, orang kampung semua kumpul sambil merokok, tunggu saya jam 2 malam baru datang.

Alhamdulillah, saya menang besar didaerah itu. Dan mereka bayar sendiri. Saya mau menyampaikan, ini persoalan masalah kreatifitas, cara kita bekerja, mindset sebagai pemain dan mental juara. Setelah itu saya mulai berpikir begini, saya tidak pasang baliho besar. Setelah saya lihat dijalanan baliho besar ini pertama penyakitnya gampang rusak, kedua butuh space yang besar, ketiga ongkosnya mahal. Bagaimana cara kerja kalau uang kita sedikit. Saya coba cari akal, bagaimana caranya..saya lihat-lihat..bentuk-bentuk potret zaman dulu, saya bikin banner kecil-kecil 1×60 lebarnya. Kecil-kecil. Ini ongkosnya murah, ongkosnya satu Rp 5000. Tapi saya cetak banyak. Dan dipasang, karena tidak bisa dipasang dipohon-pohon. Jadi setiap 100 meter dipasang satu, ongkosnya murah. Jadi kalau satu km cuma perlu 10, harganya cuma Rp 500.000. Kalau 100 km hitung berapa ongkosnya. Saya cetak banyak banner, dan seluruh kabupaten/kota di dapil itu setiap 100 meter ada banner saya. Tapi, ada saran dari ikhwah waktu itu kordapilnya, jangan pasang di bulan  November, Desember, Januari. Saya bilang kenapa? Itu musim hujan. Jadi nanti sampai musim pencoblosan, itu gambar sudah jelek. Benar juga. Jadi banner itu disimpan. Pada bulan Februari itu dipasang serentak disemua kabupaten/kota. Besok pagi orang bangun tidur, orang kaget, dan pertanyaan orang cuma satu; berapa banyak uangnya yang dia pakai. Karena itu cara kita mensiasati kemiskinan. Jadi ide ini dulu saya ambil dari kisah salah satu perang yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, yaitu perang mutah. Jadi ini pasukan jumlahnya cuma 3000 orang lawannya 200 ribu orang. 4 komandan pasukannya sudah syahid semuanya, Khalid bin Walid disuruh jadi pengganti. Waktu Khalid menjadi pengganti, dia berpikir kemenangan maksimum yang kita bisa dapat dalam pertempuran yang tidak seimbang ini adalah menyelamatkan nyawa yang tersisa. Cuma bagaimana caranya mundur tanpa disadari oleh lawan kalau kita mundur. Jadi dia bikin satu pola, namanya nizhamul qaradisy. Jadi pasukan ini, yang difront diganti-ganti, habis difront ini disuruh mundur, muncul lagi yang lainnya. Terus diganti seperti itu. Sehingga lawan itu  punya bayangan ini ada supply pasukan terus. Tidak berhenti, terus ada supply pasukan, wajah terus berganti-ganti, besok baru lagi, besok baru lagi. Mentalnya mulai turun,akhirnya yang tadinya agresif menyerang, jadi defensive, berhenti dulu. Ini ada supply pasukan, kita tidak bisa baca ini. Padahal pelan-pelan yang ini mulai mundur satu-satu, cuma yang didepan selalu ganti. Itu cara membuat jumlah yang kecil kelihatan banyak. Sekarang bagaimana cara kita membuat orang miskin tampak seperti sangat kaya. Jadi orang dulu berpikir, Pak Anis ini uangnya unlimited, top. Memang itu yang kita harapkan, pikiran itu yang kita inginkan dari orang. Dia tidak tahu berapa harga banner saya, kalau kita pasang baliho, kalau ukuran 2×3 kan mahal ongkosnya, ini harganya Rp 5000, kita cetak banyak, akhirnya kesan orang ini ada dimana-mana sampai di kampung-kampung, di gunung-gunung juga ada, padahal barangnya murah.

Ikhwah sekalian, itu adalah masalah mental juara. Satu lagi dari persoalan dengan mental juara ini adalah dalam cara kita membaca survey; yaitu perhatikan jangan lihat angka akhirnya dalam membaca survey….. Golkar dapat berapa, Hanura dapat berapa, PPP dapat berapa, PKS dapat berapa. Tidak, bukan begitu cara melihatnya. Bagaimana cara kita menemukan celah. Saya sudah mentrash semua survey yang ada, membacanya, dan kesimpulan saya kira-kira begini; pemilih di Indonesia ini 70 % sudah menetapkan pilihan, 30 % belum. Dari 70 % yang sudah menetapkan pilihan, kira-kira 50 %-nya itu masih bisa berubah. Jadi kalau kita gabung antara 30 % yang belum memilih dan 50 % dari 70 % yang masih mungkin berubah atau sekitar 35 % lagi, ada kira-kira 65 % pemilih yang belum menetapkan pilihan sampai sekarang atau masih mungkin berubah. Sehingga, angka-angka survey ini,itu adalah angka flotaid, angka yang rapuh, gampang berubah-rubah. Sebab belum terjadi satu konsolidasi yang menggiring suara, seperti yang kita lihat di channel national geoghraphy, ikan-ikan itu rombongan, satu arah. Suara-suara pemilih ini masih acak, masih random, belum terkonsolidasi kepada satu titik. Artinya apa, tidak ada satu partai sekarang ini yang bisa dikatakan lebih menonjol dari pada yang lainnya dalam hal konsolidasi tadi. Yang terjadi ini adalah angka-angka biasa disebabkan oleh pengenalan masyarakat biasa seperti itu, tapi tidak terjadi penggiringan secara massif terhadap salah satu partai tertentu. Ini yang saya maksudkan dengan celah. Sehingga hasil survey yang ada di Gorontalo ini setelah saya baca tadi malam, dalam kesimpulan saya hanya mungkin Golkar yang relatif lebih kuat, agak permanen suaranya, karena factor masa lalu. Akumulatif seperti itu, tapi lainnya masih flotail semuanya walaupun ada diatas kita. Jadi benar kata Pemred Gorontalo Post tadi malam, asalkan PKS bekerja PKS pasti dapat kursi. Itu celahnya yang ada.

Jadi dengan demikian ikhwah sekalian, Survey yang tampak menakutkan ini sebenarnya justru membuka celah kepada kita semuanya. Celah kita menang disini. Dan biarkan orang berpendapat sesuai dengan survey ini, supaya orang underestimate dengan kita. Dan kalau orang underestimate dengan kita Insya Allah kita bisa jauh bekerja lebih bebas tanpa beban. Itu juga sebabnya mengapa kira-kira sejak bulan Juni yang lalu, kita melakukan perubahan strategi. Waktu kasus ini terjadi ikhwah sekalian pada akhir Januari, saya berpikir, saya menyelamatkan dulu hal-hal yang tidak boleh tidak diselamatkan. Karena itu kita langsung high profile diawal, dibulan Februari itu. Dan Alhamdulillah 3 minggu setelah kejadian itu, kita menang di Jawa Barat, 5 minggu kemudian kita menang lagi di Sumatera Utara. Dan setelah itu kita bikin acara Mukernas di Semarang, setelah itu konsolidasi di Istanbul untuk seluruh kader dari seluruh dunia. Dan saya pikir waktu itu, karena kita ingin mempertahankan moralitas kader, jadi kita semangat 45. Kita lawan semuanya, dan Alhamdulillah kita menang. Dan saya memberikan komentar atas kemenangan itu sebagai kemenangan di tengah badai. Ini kelihatannya kompetitor kita melihat, ini partai sudah di bom begini masih saja hidup. Akhirnya datanglah badai kedua, sejak bulan Mei keluarlah semua perempuan-perempuan cantik itu di media. Yang tadinya hanya muncul di TV berita seperti TV One dan Metro TV, akhirnya muncul di entertainment semuanya. Dan begitu muncul di entertainment, kita tahu yang disasar adalah kelompok ..kalau biasanya diTV itu marketnya adalah BCDE, kelompok masyarakat menengah bawah, khususnya ibu-ibu. Sehingga orang kita survey lagi, yang tadinya hanya ada 30 – 40 % yang mengenal kasus ini, setelah kita survey ulang, ternyata yang mengetahuinya sudah sampai 85 %, dan yang percaya PKS salah itu 70 %. Saya bilang, ini pintar benar yang melakukan serangan ini, dahsyat. Dahsyat yang melakukan serangan ini. Jadi kita mulai melakukan perubahan sedikit strategi. Bagaimana cara kita melakukan perubahan dalam strategi ini? Kita biarkan dulu ini berlalu sambil kita tarik napas.

Masih ada waktu, Insya Allah. Dan saya kira ikhwah sekalian, salah satu seni yang rumit dalam pengelolaan kampanye itu adalah karena kita harus mengkombinasikan kapan lari marathon, kapan lari sprint. Saya kira pada bulan Februari-Maret dan April kita lari sprint. Sehingga kita dislediting oleh orang lain, kita jatuh menjaga gawang. Sekarang kita sudah mengerti. Kita belajar lagi..belajar lagi…belajar lagi ….dan kita mulai bisa mengatur ritme. Saya bilang, biarkan ini sedikit berlalu dan kita mulai mengatur ritme ini pelan-pelan. Dan saya masih tetap yakin Insya Allah bahwa target-target yang kita buat Insya Allah bisa kita capai. Saya mengaudit semua dapil sekarang ini satu per satu, mengunjunginya, tanpa membawa rombongan media yang besar. Karena memang saya sengaja, supaya tidak terlalu menjadi berita besar, muncul dalam berita tapi tidak perlu jadi gelombang yang terlalu besar, seadanya saja. Itu dengan sengaja, supaya kita punya waktu mengaudit lapangan secara lebih detail. Dan setelah kita audit ikhwah sekalian, dari barat sampai ke timur semuanya kita audit, sekarang ini dapil-dapil kita bagi dua, dapil barat sama dapil timur. Dapil barat itu wilayah dakwah sumatera dan seluruh pulau jawa, wilayah dakwah jawa tengah, jawa timur, dan banjabar. Kemudian 4 wilda yang lainnya, termasuk wilda Sulawesi ada diwilayah timur. Dan sekarang kita buat zona dapil itu menjadi 3 dalam 2 zona besar tadi. Zona Barat dan Zona Timur. Didalam setiap zona ini kita bagi 3 dapil. Yang pertama; dapil existy artinya dapil yang sudah dapat suara dan tidak ada rencana pertambahan suara karena kondisinya,sudah dapat kursi DPR RI, tidak ada rencana pertambahan suara,kita cuma mempertahankan. Yang kedua; dapil new sheet, kursi-kursi baru. Gorontalo masuk disini. Yang ketiga; dapil expansi, dapil yang sudah dapat kursi dan punya potensi untuk mendapatkan tambahan kursi baru. Setelah kita hitung-hitung, kira-kira ada 54 dapil incumbent yang bisa bertahan, dan ada 20 dari sisa 23 dapil yang kita targetkan Insya Allah dapat kursi DPR RI, termasuk Gorontalo. Dan ada 10 dapil yang kita harapkan Insya Allah mendapatkan kursi tambahan, sudah dapat dan Insya Allah masih bisa dapat satu lagi kalau kita push. Jadi kira-kira setelah kita membuat hitungan-hitungan lapangan ini, kita tetap optimis Insya Allah, paling sedikit kita mempertahankan 57 kursi yang ada dan mudah-mudahan bisa menambah beberapa kursi lebih dari yang sudah kita dapat. Tapi kita diam-diam. Bekerja dalam diam, dalam sunyi yang panjang. Diam saja bekerja, tokh closingnya ada dilapangan bukan di media. Ini yang saya maksud kita lakukan anjudment Insya Allah, setelah saya keliling dan melihat kondisi elemen-elemen pemenangan pada kader itu semuanya, saya semakin percaya Insya Allah ini bisa kita menangkan.

Ikhwah sekalian, saya kira kita perlu mendapatkan inspirasi. Setelah melihat audit dapil-dapil ini, kita perlu mendapatkan satu inspirasi, bagaimana cara kita mengelola sisa waktu yang ada sekarang ini untuk bisa memenangkan target-target kita ini. Salah satu sumber inspirasi yang saya ulang-ulangi sekarang khususnya pada antum semuanya para caleg yang menjadi ujung tombak dari pemenangan ini, satu peristiwa dalam sejarah rasulullah SAW. Antum masih mengingat, kapan waktunya Rasulullah memberikan janji akan membebaskan Persia dan Romawi. Masih ingat? Dalam peristiwa apa Rasulullah menjanjikan pembebasan Persia dan Romawi ? Perang Khandaq !! Coba kita zoom ini perang khndaq lebih detail sedikit. Perang Khandaq ini adalah perang ke-3 terbesar setelah perang Badar dan Perang Uhud. Jumlah pasukan islam pada perang Badar itu 300 lawan 1000, waktu perang Uhud 1000 lawan 3000, waktu perang Khandaq 3000 lawan 10.000. Jadi perbandingannya selalu 1 lawan 3. Perhatikan. Tapi ada masalah dalam perang Khandaq ini, yaitu informasi rencana serangannya baru diperoleh oleh Rasulullah 6 hari sebelum hari H serangan. Sehingga relative tidak ada waktu untuk menggiring perang ini keluar kota. Perang Badar itu terjadi diluar Madinah. Kira-kira jauhnya dari Madinah 150-an meter. Perang Uhud itu masih dipinggir kota, daerah pegunungan dipinggiran Madinah. Dekat ke Madinah, tapi itu masih agak kepinggir. Tapi perang ini, karena waktunya terlalu singkat itu tidak bisa digiring ke luar Madinah. Persoalannya adalah pasukan sebesar 10.000 orang itu tidak bisa dibendung. Kalau mereka menyerbu seperti itu, terlalu besar untuk dibendung didalam kota. Dan bagaimana caranya menyelamatkan anak-anak, wanita dan orangtua. Kan itu persoalan. Maka Rasulullah musyawarah, muncullah usulan strategi, taktik itu tadi, menggali parit. Saya kira sampai disini antum semua tahu paritnya. Ada pertanyaan teknis. Kita ini orang-orang lapangan semuanya. Pertanyaan teknisnya adalah berapa luas paritnya, berapa dalamnya, dan berapa panjangnya parit digali. Parit ini dalamnya 3 meter, lebarnya sekitar 6 meter, supaya tidak bisa dilompati kuda, dan kalau kudanya jatuh tidak bisa naik lagi. Panjangnya itu setengah Kota Madinah. Masalahnya, secara teknis, waktu itu musim dingin. Musim paceklik juga, musim lapar. Antum pernah mendengarkan Rasulullah mengikat pinggangnya dengan 2 batu. Kejadiannya pada perang Khandaq itu tadi. Tapi, ikhwah sekalian, sisa waktu kerjanya masalahnya tinggal 6 hari. Antum Pemilu masih berapa lama? Masih 5 bulan. Ini sisa kerjanya cuma 6 hari. Jadi ditengah tantangan berat seperti itulah …dan siapapun yang pernah umrah..pernah ke Madinah tahu bagaimana kerasnya tanah di Madinah itu. Jadi tidak gampang menggali seluas itu. Itu sebabnya ada satu batu karang disitu yang tidak bisa dipecahkan oleh para sahabat, akhirnya Rasulullah yang turun tangan memecahkan karang itu. Pada setiap kali pukulan karang itu, Rasulullah mengatakan ..la tuftahanna ruum..la tuftahanna pursy..satu persatu negara itu yang akan dibebaskan itu disebutkan Rasulullah, padahal perang ini belum dimenangkan. Jadi kita belum memenangkan Pemilu 2014, tapi kita sudah mempunyai rencana kemenangan yang lebih besar dari pada sekedar kemenangan pemilu 2014.

Perhatikan ikhwah sekalian, itu sebabnya ikhwah sekalian, Allah SWT menyebutkan selalu bersamaan innama`al usri yusra….innama`al usri yusra…  tidak pernah kesulitan itu datang sendiri. Selalu ada pasangannya, pasangannya adalah kemudahan. Dan ada kaidah ushul fiqh yang mengatakan, al amru idza doqot tasho`, wa idza tasho` adho` -urusan itu kalau lapang menyempit, kalau menyempit lapang – ..orang-orang Gorontalo yang tinggal dikota disini, tidak boleh shalat jamak dan qashar, tapi kami yang datang dari Jakarta itu boleh shalat jamak dan qashar. Karena orang-orang yang diam di Gorontalo ini itu urusannya lapang, peraturannya jadi ketat. Kita, urusan kita sempit, peraturannya dilonggarkan. Jadi ikhwah sekalian, artinya apa..setiap kali ada tantangan besar seperti ini, Allah menyediakan dibaliknya itu ada rencana kemenangan. Jadi ini ada taqdir yang ingin diberlakukan Allah SWT kepada kita. Tapi taqdir kemenangan ini didahului oleh tantangan-tantangan berat dulu. Seperti sebelum fajar datang, antum harus melampaui gelapnya malam. Fajar itu tidak datang duluan. Kita mesti melewati malam dulu baru ketemu dengan fajar. Kita mesti melewati tantangan-tantangan ini dulu, baru Insya Allah, Allah memberikan kita kemenangan-kemenangan besar. Sehingga dari kisah khandaq ini, kita jadi percaya, bahwa Insya Allah semua kesulitan yang kita hadapi sekarang ini, adalah cara Allah SWT untuk mengangkat derajat kita lebih tinggi daripada yang kita duga.

Salah satu buktinya ikhwah sekalian; adalah ..kan begini…kalau daftar calegnya PKS untuk 2014 kan sudah jelas, antum semua sudah tahu kan? Tapi kalau daftar anggota dewan DPR RI, DPRD Provinsi 2014 antum sudah tahu belum ? Kira-kira ada partai gak yang tahu ? Tidak ada yang tahu kan. Tapi nama itu ada gak di lauhul mahfuzh? Sudah ada. Ada untungnya kita ini tidak sampai dapat bocoran dari lauhul mahfuzh. Sepanjang semua partai tidak dapat bocoran dari lauhul mahfuzh, tentang nama-nama yang ada dalam daftar itu tadi, semua boleh berharap siapa tahu nama kita yang ada disitu. Saya kira di Gorontalo ini kan ada cerita Bupati sudah menang, terus meninggal. Ada cerita itu disini? Nah sepupunya Pak Agus itu kan, sudah menang tidak jadi dilantik, karena namanya tidak ada dilauhul mahfuzh. Seperti pilkada walikota Gorontalo, nama walikota aslinya tidak ada dilauhul mahfuzh tahun-tahun ini. Itulah takdir. Sepanjang kita belum tahu takdir kita, kita harus mengejar takdir kita itu. Dan Allah SWT mengatakan ..Ana `inda husni dzonni abdi bii.. – saya selalu berada pada titik sangkaan baik hambaku – .

Misalnya begini, kita bersangka baik kepada Allah bahwa nama kita ada dalam daftar itu. Tapi kalau sebenarnya di lauhul mahfuzh tidak ada, boleh gak kita berdoa ..Ya Allah kalau nama saya tidak ada tolong diadakan … Boleh dong. Kenapa? Rasulullah SAW mengatakan ..innad du`a wal qadr yatasaro`ani fiis sama`i… -sesungguhnya doa dan takdir itu berkelahi dilangit- .. Tokh taqdir pertama kita tidak tahu, perubahan taqdir kedua kita juga tidak tahu. Kita tidak tahu umur kita berapa, kita berdoa ..panjangkanlah umurnya ya Allah.. tapi umur kita yang sudah ditetapkan berapa?dan kalau ditambah berapa? Kita tidak tahu. Jadi kita semuanya punya hak untuk berdoa. Dan cara kita berdoa,supaya doa kita diterima, kata Allah SWT ..Wal `amalu shalihu yarfa`u .. – amal shalih yang mengangkat doa ke langit – . Jadi kalau antum terus menerus bekerja, bekerja keras, itu seperti jet, yang mendorong pesawat naik. Pesawatnya itu doa. Kalau jetnya ini mesinnya mesin besar, ada 4 mesinnya, ini terbangnya lebih tinggi. Jadi kalau amalnya banyak, yang mengangkat doa itu akan lebih banyak. Jadi misalnya, durasi kerja antum dari 24 jam satu hari, antum bekerja 15 jam sampai 18 jam satu hari, kemudian berdoa, masak tidak ada perubahan di lauhul mahfuzh. Jadi ikhwah sekalian, alasan untuk optimis ini terlalu banyak, terlalu banyak. Dan alasan-alasan inilah yang membuat saya secara pribadi dan saya kira kita semuanya akhirnya menjadi semakin yakin bahwa Insya Allah  kita akan menang mungkin lebih besar dari yang kita duga. Saya sampai sekarang punya keyakinan itu, karena itu saya keliling-keliling terus bertemu dengan ikhwah. Dan saya melihat, antara survey dengan kenyataan dilapangan, ada beberapa daerah yang disurvey kita ini merah, kursinya hilang. Setelah saya turun ke lapangan, tidak. Saya yakin ini Insya Allah dapat. Salah satunya misalnya di Sulawesi Tengah, disurvey itu hilang. Setelah saya turun ke lapangan, saya yakin Insya Allah dapat. Sama juga dengan Gorontalo ini, kalau melihat survey, kelihatannya tidak dapat kursi, karena nomor 7. Tapi feeling saya sebagai pelaku dilapangan, dan saya melihat wajah-wajah antum semuanya, melihat situasi dilapangan secara umum, by insting saja saya mengatakan, Insya Allah kita akan dapat. Saya yakin, Insya Allah.

Dan dengan demikian ikhwah sekalian, alasan untuk optimis inilah yang banyak, dan kita semuanya sekali lagi..bergerak dalam dua itu tadi. Kalau surveynya menakutkan, gunakan ketakutan itu sebagai energy, dan kalau surveynya menggembirakan… hati-hati. Yang justru tidak boleh itu, merasa aman. Sebab itu sangat berbahaya. Merasa aman itu membuat kita lengah. Ini misalnya di pilkada Kota Bogor. 3 hari sebelum pencoblosan, kita sudah menang dalam survey. Malam pencoblosannya, saya datang ke Bogor bersama pak Sekjend, ketemu dengan kandidatnya, ketemu dengan DPD-nya, ketemu dengan Gubernurnya. Kita bikin check list satu persatu persiapan untuk pencoblosan besok. Saya tanya ikhwah semuanya,aman..Insya Allah..satu persatu. Semuanya sudah aman. Besoknya, hasil pencoblosannya, kita kalah. Saya tanya lagi ikhwah disana, kenapa bisa beda dengan survey yang kemarin. Dia bilang, justru inilah yang kita tidak antisipasi. Karena mereka merasa aman di KPUD, sehingga kecurangan yang tidak terantisipasi itu lolos masuk kesitu. Mereka menang di 4 kecamatan dari 6. Dan hanya kalah di 2 kecamatan, tetapi dari 2 kecamatan itu menciptakan selisih, karena mereka meremehkan 2 kecamatan itu. Jadi pelajaran pentingnya adalah merasa aman itu yang tidak boleh, justru khawatir itu bagus. Jadi survey yang sekarang ini ada, ini menciptakan kecemasan, dan kecemasan itu adalah sumber energy yang akan membuat kita bekerja lebih keras dari pada sebelumnya. Sama seperti ikhwah di Ternate, mudah-mudahan ini menang Insya Allah. Mereka underestimate dengan lawan dari awal. Dari semua survey, mereka sudah 38 %, tahu-tahunya begitu pencoblosan mereka cuma dapat 20 koma, ada orang lain harus naik untuk putaran kedua. Di putaran kedua ini, dipicu oleh kecemasan dan ketakutan , mereka bekerja keras. Sampai saat ini dari 85 % masuk, mereka sudah unggul 3 %. 51 % lawan 48 %, belum final. Tetapi saya hanya ingin menjelaskan bagaimana ketakutan dan kecemasan itu membuat kita orang bekerja lebih keras. Jadi ikhwah sekalian, kita manfaatkan ini. Semua kecemasan kita untuk bekerja lebih keras, dan karena kita punya seabreg alas an untuk tetap optimis. Kita simpan optimisme kita diam-diam dalam hati, tidak usah umbar keluar. Kita diam-diam kita kerja. Insya Allah, mudah-mudahan diakhirnya nanti kita menciptakan hasil yang tidak diduga-duga. Itu juga sebabnya antum akan sering mendengar pernyataan saya di TV dan di media bahwa mencapai target 3 besar ini adalah mission imposible. Saya akan terus menerus mengulang-ulangi ini pada media untuk membuat orang senang saja. Tapi diam-diam kita merencanakan kemenangan diluar dari pada yang kita duga dan kemenangan diluar yang diduga-duga oleh orang lain.

Tapi saya ingin Tanya antum semuanya; antum yakin kita bisa menang di Gorontalo ? YAKIN?!! YAKIN?!!YAKIN !!?? ALLAHU AKBAR !!!

Wassalam`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

"Ketika PKS Menjadi Target Berlapis, Mereka (Lawan Politik) Lupa Satu Hal"

"Ketika PKS Menjadi Target Berlapis, Mereka Lupa Satu Hal"

Semua sangat bisa dibaca settingan dan hitungannya,Sebelumnya; banyak yang bertanya, mengapa saya belum melanjutkan bagian tetakhir tulisan saya tentang, deception operation ala intelejen kepada PKS,Ada alasan saya menunda tulisan terakhir saya; karena pihak pemesan settingan yang menjadikan PKS sebagai target, menunggu pertempuran bagian kedua

Setelah urusan 'panas' fathanah selesai dan nanti keluarnya vonis pengadilan buat ustadz luthfi hasan ishaaq, Akan masuk 'pertempuran' kedua yaitu pengadilan huru hara yudi setiawan sang psikopat ambisius, Lucu saya sampai katakan yudi setiawan seorang psikopat ambisius; pernyataan saya terkait penjabaran yudi setiawan yang selalu memakai sarana white board untuk menjelaskan alur alur dan bukti bukti

Bagi saya; hal itu sebuah bukti indikator seorang yudi setiawan seolah tak mau 'sedikitpun' ada yang lupa sesuai settingan pesanan alur alur ke PKS, sangat textbook dan mungkin yudi setiawan memang sudah berubah menjadi mesin pembunuh karakter PKS

Sosok yudi setiawan yang orang golkar karena sebelumnya menduduki bendahara umum GEMA MKGR; adalah antek 'pesuruh' seorang tomy winata, Bicara karakter; antara fathanah dan yudi setiawan memang sangat berbeda...

Fathanah yang easygoing, ramah dan santai lebih menganggap persidangan itu sebuah proses mendengarkan saksi saksi, Tapi kalau seorang yudi setiawan itu ibarat orang yang pendendam; ambisius dan tersistematis alias textbook bagaimana satu demi satu lembaran pembusukan dan pembunuhan karakter kepada PKS dilakukan..

Fathanah mungkin punya kelemahan tidak serius dan santai mengembangkan kasusnya untuk memojokkan seorang LHI, justru easygoing dan kesantaian fathanah menjalani persidangan berdampak dirinya tersibghoh suasana persidangan hingga akhirnya diri fathanah malah menggunakan hati nurani nya untuk meminta maaf kepada orang yang dia jebak sendiri yaitu LHI

Ini akan sangat berbeda dengan sosok yudi setiawan...

Ada motivasi tersendiri sang ambisius yudi setiawan (maaf; bukan bermaksud RASIS), yudi setiawan yang non muslim memang lebih bebas dan 'menyakitkan' untuk memukul; toh dia bukan muslim; apalagi yang dia pukul adalah partai islam yang memang benar benar islam dan selalu berpedoman kepada nilai nilai keislaman dalam berpolitik; bagi yudi setiawan ini adalah jihad versi agamanya; jihad untuk menghancurkan sebuah partai islam terbesar di indonesia..

Luar biasa memang motivasi yang ada pada diri yudi; dan inilah mengapa saya katakan dia (yudi setiawan; red) adalah sebuah mesin sempurna, Mesin yang mudah untuk disetting dan menerima pesanan; di kepalanya cuma ada satu; PKS hancur, PKS hancur!

Berhadapan dengan sebuah mesin seperti yudi setiawan yang sudah tersetting; sebenarnya cuma ada satu cara untuk menghadapinya yaitu dengan 'mematikan' nya,
Mematikannya dengan balik membongkar semua kebusukan seorang yudi setiawan yang merupakan antek seorang tomy winata, Melihat kasus bank BJB yang beraroma dendam seorang tomy winata atas kegagalannya mengakuisisi serta memiliki bank BJB kedalam bagian artha graha group.

Dulu saya pernah beritahukan; semua ini bisa dibaca ketika miranda s goeltom ditangkap KPK terkait cek pelawat (yang cek nya diberikan oleh perusahaan sawit milik artha graha group); dan ternyata miranda bertugas memberi keputusan tentang sebuah bank itu sehat atau tidak; dan apabila ada bank yang menjadi target artha graha group untuk dikuasai kepemilikannya maka tugas miranda membuat bank tersebut bermasalah...

Dan bank BJB yang termasuk bank potensial akhirnya menjadi target incaran artha graha group

Dan kebetulan; bank BJB yang komisaris utamanya adalah gubernur jawa barat dan seorang kader PKS menolak tawaran akuisisi yang ditawarkan artha graha group.

Tomy winata merasa berurusan dengan bank BJB dan PKS. Dan akhirnya terjadilah huru hara yudi setiawan dengan bank BJB. Komisaris artha graha ada juga nama hendropriyono 'orang' dibalik pemesan settingan kepada fathanah. Klop lah rangkaian 'bom' untuk PKS

Diluar itu semua; saya menangkap ada asas saling memanfaatkan yang dilakukan juga oleh pihak istana Dengan mensetting waktu persidangan

Bukankah hal yang aneh; waktu persidangan yudi setiawan menunggu persidangan fathanah dan LHI selesai.

Seolah olah sengaja menjadikan dua persidangan itu sebuah ajang untuk menggoreng dan membangun opini pembusukan kepada sebuah partai bernama PKS.

BAP dan bukti bukti kasus yudi setiawan dari kejaksaan sudah diserahkan ke pengadilan sejak lama; tapi mengapa persidangan kasusnya belum dilaksanakan.

Penetapan waktu untuk menunggu momentum, Ibaratnya PKS adalah samsak yang siap dipukul bergiliran

Persidangan fathanah dan LHI selesai bulan ini; setelah itu masuk persidangan yudi setiawan dan selesainya diperkirakan bulan februari 2014

Bukankah seperti sebuah settingan pembusukan yang tersistematis, Dan tahun 2014 tahun pertempuran politik, Ironis bukan; semua menempatkan PKS menjadi target berlapis, Dengan tujuan mempengaruhi pemilih agar tidak memilih PKS pada 2014

Mereka bergerak secara sistematis dan masif; tapi ada satu kesalahan fatal yang tidak dimiliki mereka didalam operasi pembusukan dan penghancuran kepada PKS. Mereka tidak memiliki niat dilandasi demi Allah rabb semesta alam dan demi Rosulullah SAW didalam menyukseskan operasinya. Mereka hanya dilandasi nafsu dan ambisi setan kekuasaan

Sementara; PKS memiliki kekuatan itu; kekuatan niat perjuangan dengan berlandaskan ridho Allah rabb semesta alam dan semangat seperti yang dimiliki para sahabat rosulullah SAW,  Mereka (para pembuat settingan) lupa; bahwa Allah lah sebaik baik nya pembuat makar, bukan yang lain nya.

http://www.pkspiyungan.org/2013/11/ketika-pks-menjadi-target-berlapis.html

Kamis, 07 November 2013

Gubernur Yang Jauh Dari Kemewahan

Pesawat Garuda GA 162 dari Padang, mendarat mulus di Bandara Soekarno Hatta, Senin (13/12). Saya dan istri ada di pesawat yang sama. Kami yang duduk di bagian ekonomi, tak tahu persis siapa saja gerangan yang duduk di kelas eksekutif.
Perjalanan 90 menit setelah selesai, kami harus bergegas untuk urusan masing-masing. Di antara yang bergegas itu, ada Gubernur Sumbar, Prof. Irwan Prayitno.
Para penumpang kelas eksekutif dijemput dengan mobil khusus, namun karena Irwan duduk di kelas ekonomi, maka naik buslah ia bersama-sama kami. Bergelantungan. Apa adanya.
Menurut saya ada gubernur di Indonesia yang duduk di kelas ekonomi dalam sebuah penerbangan adalah istimewa. Mungkin bagi orang lain tidak. Kabarnya Gamawan Fauzi juga begitu ketika ia jadi gubernur. Pemilik Singgalang, Basril Djabar, juga begitu, meski ia sudah jadi komisaris PT Semen Padang.
Gubernur Irwan terlihat oleh istri saya melangkah ke ruang ekonomi. Di sini rakyat badarai memilih tempat duduk, sesuai kemampuan keuangan masing-masing. Tidak seorang pun di antara kami yang akan berkecil hati, jika Irwan Prayitno, duduk di eksekutif, sebab ia gubernur. Kami bangga kalau gubernur duduk di kursi yang nyaman.
Namun saya tak percaya, kenapa ia melangkah ke ruang rakyat ini. Saya dan istri duduk di kursi 5 AB, Gubernur Irwan justru lebih ke belakang lagi, 12 C. Kami berbasa-basi sejenak, lantas Irwan meluncur ke belakang, tenggelam di kursinya.
Saya sudah lama juga hidup, sering naik pesawat bersama banyak orang dari pejabat tinggi hingga orang biasa. Bagi saya ada gubernur rendah hati seperti ini, menjadi obat. Ia tak berjarak dengan rakyat. Ia tampil apa adanya.
Begitulah ketika Garuda mendarat di Cengkareng, kami tak bisa pakai pintu garbarata, sehingga harus dijemput pakai bus besar. Semua penumpang kelas ekonomi naik ke sana. Juga Gubernur Sumbar.
Bersama kami, ia berdesak-desakan dan bergelentungan. Bagi saya ini memang luar biasa, ketika para pejabat kita merasa risih duduk di kelas ekonomi. Bagi saya ini juga sebuah keteladanan, ketika
di banyak bandara, ada lahan parkir khusus untuk pejabat, persis di mulut pintu kedatangan.
Naik train
Jika di Indonesia, para menteri, kepala daerah menggunakan jasa transportasi umum dapat dinilai sebagai hal yang luar biasa. Tidak demikian halnya di negara-negara maju di Eropa, seperti Belanda, Inggris dan Jerman.
Dalam keseharian, belakangan ini, pemandangan seperti itu di negara-negara yang disebutkan tadi bukanlah pemandangan yang aneh. Bahkan, mereka menggunakan transportasi umum tanpa pengawalan.
Di Eropa sana, menteri, gubernur maupun walikota sudah terbiasa naik train, bus. Sedangkan mobil dinas mereka diperlukan sewaktu-waktu untuk mengangkut dokumen-dokumen sang mentri maupun kepala daerah.
Menurut Willy Laurens, 61, pengusaha nasional Belanda, yang merupakan indo Belanda Depok, belakangan ini pemerintah setempat menganjurkan para menteri untuk menggunakan transportasi umum, hal itu dilakukan untuk mengurangi defisit anggaran. Belanda tahun ini mengalami defisit anggaran untuk bidang militer. Sedangkan Jerman dan Inggris melakukan pengurangan defisit anggaran hingga 40 persen untuk periode 2010-2014, sebagai bagian dari upaya konsolidasi fiskal.

 http://www.dakwatuna.com

Selasa, 05 November 2013

Peran Umat Islam Dalam Sumpah Pemuda & Sejarah Nama 'Indonesia'

Muslimdaily.net - Dalam momen bersejarah yang dinamakan ‘Sumpah Pemuda’, Komunitas Jejak Islam untuk Bangsa (JIB, medio Oktober lalu berkesempatan mewawancarai seorang peneliti dan Sejarawan, Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum yang memberikan gambaran tentang sejarah Sumpah Pemuda dan makna di baliknya. 

Sebenarnya, Sumpah Pemuda yang ditetapkan tanggal 28 Oktober itu Peristiwa Apa?
Yang sekarang dinamakan “Sumpah Pemuda” pada tanggal 28 Oktober 1928 sebenarnya hari terakhir Kongres Pemuda ke-2. Kongres pemuda pertama diselenggarakan sekitar tahun 26, dan tahun 28’ kumpul kembali. Para pemuda ini melihat gerakan pemuda dari berbagai daerah seperti Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Java, Jong Sumatera, juga seperti Jong Islamieten Bond (JIB) dan menginspirasi sebagian pemuda seperti Moh. Hatta, Yamin, Soekarno, termasuk Natsir juga, dan lain-lain yang merasa harus berkumpul dan dikumpulkan pada suatu kongres.

Rapat pada kongres itu sampai menghasilkan sebuah keputusan yaitu memberikan nama, apa sebenarnya yang mereka perjuangkan. Selama ini, mereka memperjuangkan yang sifatnya parsial. Harus diberi nama apa yang mereka perjuangkan.

Akhirnya, populer nama ‘Indonesia’ dari kongres pemuda itu. Nama Indonesia dikenal sebelumnya hanya pada kalangan pelajar, khususnya mahasiswa Indonesia di Belanda yang mempelajari ilmu geografi, ada istilah ‘indo nesos’ (kepulauan Hindia), juga dalam pelajaran biologi, maka para pelajar ini mengusulkan nama ‘Indonesia’ dalam kongres.

Mula-mula terjadi korespondensi mahasiswa Indonesia di Belanda, dengan mahasiswa Indonesia di Mesir. Akhirnya ketika mereka pulang ke Indonesia, dipatenkan nama Indonesia untuk menyebut apa yang mereka perjuangkan berupa tanah air, Indonesia. Bangsa (nation) Indonesia, sekalipun penamaan baru ini agak absurd, dan bahasa melayu sekalian saja dinamakan bahasa Indonesia.
Yang menarik dan rumit di sini ialah nation atau bangsa yang sebenarnya merujuk konsep kebudayaan.  Mereka para pemuda berkeinginan dalam keragaman etnis, disatukan dalam budaya Indonesia. Lalu apa itu kebudayaan Indonesia? Jadi disimpulkan seperti hanya penjejeran etalase dari kebudayaan-kebudayaan yang ada, disebutlah kebudayaan Indonesia.

Hal ini dapat menimbulkan dengan kebudayaan komunitas lain. Misal, ada ditemukan batik dan reog di Malaysia. Ini bukan persoalan Indonesia dan Malaysia! Sejak lama, orang–orang Ponorogo ada yang pindah ke Malaysia, dan akar kebudayaannya tetap Ponorogo, bukan Indonesia. Karenanya, bangsa ini istilah politik saja, yang hari ini mewujudkan Indonesia dalam kebudayaan.

Bagaimana Umat Islam memandang Kongres Pemuda Tersebut?
Pejuang dan pemuda Islam pada saat itu ikut terlibat dan memberikan nama apa yang mereka perjuangkan. Terjadi juga korespondensi antara mahasiswa Indonesia di Belanda dan di Mesir yang juga para mahasiswa Islam. Juga yang berkumpul di sana, pada kongres ialah umat Islam, walaupun karena sekulerisme telah kokoh, terjadi perbedaan pandangan.

Dalam pandangan Islam, hasil konges jangan sampai dibawa pada nasionalisme yang sempit. Orang-orang sekuler memperjuangkan wilayah secara saklek. Dalam Islam, memang ini kampung kita. Kita perjuangkan nasib kampung kita yang terdekat. Kampung yang berisi umat Islam. Namun, kita membuka ruang dengan umat-umat Islam pada komunitas lain. Ada persatuan umat Islam di sana, dan kampung kita yang diperjuangkan hanya target antara.

Harus memungkinkan dipersatukan komunitas muslim laiinya, ukhuwah Islamiyah, pan Islam, khilafah, apapun namanya itu. Pada saat itu, disetujui namanya ‘Indonesia’ sebagai persetujuan perjuangan. Hal itu bukan bersifat sakral hidup atau mati. Bahwa para pemuda memperjuangkan Indonesia waktu itu benar, karena bercokolnya kolonialisme.

Apa Hasil Keputusan Kongres Pemuda ke-2 itu?
Mengenai redaksi teks, ‘Kami putera-puteri Indonesia, mengaku berbangsa satu…” yang disebut Sumpah Pemuda itu sebenarnya tidak ada. Di tahun '60 (1960), Yamin menyebutnya Sumpah Pemuda. Dia sendiri ikut terlibat dan merasa momen penting yang membuat nama Indonesia maka dia namakan Sumpah Pemuda.

Dalam kongres, hanya menghasilkan rekomendasi nama yaitu Indonesia. Hasilnya, Indonesia dinamakan sebagai wilayah, bahasa, dan kebudayaan. Wilayah dan bahasa Oke, kebudayaan yang menjadi problem sampai sekarang.

Mengenai Istilah Indonesia Sendiri, Seperti Apa pada saat Itu? Apa sudah dikenal?
Nama Indonesia sendiri sebelum Kongres Pemuda tidak populer dan hanya ada di beberapa pelajaran, khususnya pelajaran mahasiswa di Belanda. Nama wilayah ini apa? Bahkan, orang menyebutnya sebagai ‘Jawa’. Misal di Arab sana ada persinggahan (maktab) disebut Jawa. Tempat berkumpul haji orang-orang Asia tenggara: ada Filipina, Thailand, Malaysia, Indonesua dulu dikenal sebagai orang Jawa, dan di belakang namanya dijuluki Al Jawwi.

Jika diganti Jawa, terlampau tendensius karena khusus pulau Jawa diusulkanlah nama lain dan relatif berhasil. Yang menciptakan Indonesia ialah anak-anak muda. Bahasa melayu, sudahlah sekalian dinamakan Bahasa Indonesia, yaitu bahasa komunikasi. Jadi, bahasa Indonesia itu bahasa melayu, karena bahasa Indonesia zaman itu sama dengan bahasa melayu. (Untuk Lebih Jelas, baca tulisan para peneliti INSIST pada Rubrik ISLAMIA Republika, 24 Oktober 2013).

Sebelumnya, ada beberapa kelompok yang menggunakan nama Indonesia seperti Perhimpunan Indonesia, yaitu komunitas mahasiswa Indonesia di Belanda. Indische Vereeniging, yang pada tahun '26 (1926) mereka pulang ke Indonesia diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Juga PKI yang pada tahun sekitar 1922 menggunakan nama ‘Indonesia’ juga lainnya.

Pelajaran Apa yang Bisa diambil dari Kongres Pemuda?
Kongres pemuda itu dihadiri sebagian besar umat Islam. Indonesia memang kampung kita, kita memperjuangkannya. Lalu ada perjuangan yang lebih besar yaitu persatuan umat Islam. Karenanya, kelak bersambung dengan gagasan-gagasan lain seperti Pan Islamisme Jamaludin Al Afgani, dan sebagainya.

Kongres  pemuda momen bersejarah, Anak-anak muda kreatif menyumbangkan nama. Namun, bukan berarti mereka yang membuat persatuan, dan nama itu penting seperti halnya orang tua yang melahirkan anaknya dan dikenal identitasnya. Namun bisa saja yang memberikan nama berbeda dengan orang yang melahirkannya. Para pemuda ini, memiliki potensi besar, dan terbukti dalam perjalanannya mereka menjadi tokoh besar dikemudian hari.

Senin, 04 November 2013

Hijrah dan Pembentukan Masyarakat Madani yang Islami

Hijrah dalam kamus-kamus bahasa Arab berakar pada huruf ha-ja-ra, yang berarti pisah, pindah dari satu negeri ke negeri lain, berjalan di waktu tengah hari, igauan dan mimpi. Namun, dalam terminologi Islam, hijrah sering diartikan dengan meninggalkan negeri yang tidak aman menuju negeri yang aman demi keselamatan dalam menjalankan agama.

Dalam sejarah perjalanan dakwah, hampir semua para nabi, khususnya ulul azmi, pernah melakukan hijrah. Hijrah secara fisik yang dikenal dalam Islam adalah hijrah sebagian sahabat, yang terbanyak dari kalangan mustad’afin (orang-orang yang lemah secara politik dan ekonomi), ke negeri Habasyah sebanyak dua kali.

Hijrah pertama ini diikuti hanya oleh dua puluh orang. Di dalam rombongan ini terdapat Ruqayyah binti Muhammad (putri Rasulullah saw.) dan suaminya Utsman bin Affan. Mereka berlayar secara diam-diam menuju Habasyah dengan menggunakan kapal dagang. Kaum musyrik Mekah kemudian mengirim pasukan untuk mengejar mereka. Namun, kaum muslim telah berlayar setibanya pasukan di tepi laut. Peristiwa ini terjadi di bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan.

Hijrah ke Habasyah ini dilakukan kaum muslim karena semakin meningkatnya intimidasi kaum Qurisy pada mereka. Setelah dua bulan tinggal di Habasyah, mereka kembali ke Mekah karena mengira intimidasi kaum Quraisy sudah jauh berkurang.

Namun, perkiraan itu salah. Sebab, pada kenyataannya kaum musyrik Mekah malah meningkatkan intimidasinya terhadap kaum muslim. Nabi Muhammad saw. kemudian menyarankan para sahabatnya untuk hijrah kembali ke Habasyah. Rencana hijrah kedua ini lebih berat karena pihak musuh sudah mencium rencana tersebut. Hal ini menyebabkan kaum muslim bergerak lebih cepat. Rombongan ini dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib, dan sebanyak delapan puluh tiga pria dan tiga belas wanita berhasil berangkat hijrah ke Habasyah. Mereka tiba dengan selamat. Tetapi, tidak lama kemudian datang utusan dari Mekah yang dipimpin oleh ‘Amr bin al-‘Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah. Mereka bermaksud meminta kaum muslim, sambil membawa banyak hadiah untuk Raja Najasyi. Terjadilah dialog antara Ja’far bin Abi Thalib dengan utusan dari kaum musyrik Mekah dihadapan Raja Najasyi. Namun, pada akhirnya kaum muslim berhasil meyakinkan Raja Najasyi akan kebenaran hijrah mereka, dan utusan kaum musyrik pun kembali ke Mekah tanpa hasil.

Rasulullah saw kemudian mengirim surat kepada Raja Najasyi dan menyerunya untuk masuk Islam. Raja Najasyi menerima seruan tersebut. Dan tatkala raja Najasyi ini meninggal dunia, Rasulullah sawpun melakukan shalat gaib untuknya.
Semakin lama tekanan dan intimidasi yang dialami oleh Rasulullah saw. dan kaum muslim semakin dahsyat. Hal inilah yang menyebabkan mereka hijrah Madinah. Jika hijrah ke Habasyah dilakukan secara kecil-kecilan oleh sejumlah sahabat, maka hijrah ke Madinah ini dilakukan dengan perbekalan dan persiapan yang matang dan memadai.

Namun, peristiwa yang sangat menentukan kesuksesan dakwah Islam, dan menjadi titik peralihan menuju kemenangan adalah ketika Rasulullah saw. dan para sahabatnya berhasil hijrah ke Madinah dengan selamat. Keberhasilan hijrah ini tidak terlepas dari beberapa peristiwa yang terjadi sebelumnya, yaitu proses sumpah setia atau bai’ah oleh beberapa orang dari Madinah. Peristiwa ini dikenal dengan Bai’atul ‘Aqabah al Ula wa Tsaniyah.

Bai’ah yang pertama dilakukan oleh sepuluh orang dari suku Khazraj dan dua orang dari suku Aus kepada Rasulullah saw. Bai’ah ini dilakukan ketika mereka ziarah ke Masjidil Haram. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-12 kenabian (tahun 621 M di bulan Juli) di Aqabah, Mina. Adapun teks bai’ahnya: “Kami tidak akan mempersekutukan Allah dengan apapun juga, tidak akan mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, tidak akan berdusta dengan menutup-nutupi apa yang ada di depan dan di belakang kami, dan tidak akan membantah perintah nabi dalam hal kebajikan” (HR. al-Bukhari)
Sedangkan bai’ah yang kedua terjadi pada musim haji tahun ke-13 kenabian (tahun 622, bulan Juni) di tempat yang sama. Adapun isinya adalah, “Kalian membai’atku dengan berjanji untuk patuh dan setia kepadaku, baik dalam keadaan sibuk maupun senggang, memberi infak baik dalam keadaan lapang rezeki maupun sempit, menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, teguh membela agama Allah tanpa memperhatikan perbedaan ras, tidak takut dicela orang lain, tetap membantu dan membelaku ketika aku berada di tengah-tengah kalian sebagaimana kalian membela diri dan anak isteri kalian. Jika kalian melaksanakan semua ini, kalian akan memdapatkan surga.” (HR. Ahmad bin Hanbal)

Peristiwa yang lainnya adalah kesepakatan para pemuka suku Quraiys untuk menghabisi kaum muslim dan Rasulullah saw. di Darun Nadwah. Namun, kesepakatan ini diketahui oleh Rasulullah saw. melalui wahyu yang turun kepadanya, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (al-Anfal: 30)

Rasulullah saw. memerintahkan kepada kaum muslimin untuk hijrah ke Madinah setelah turunnya ayat ini. Para sahabat mulai meninggalkan Mekah secara bergelombang. Rasulullah saw. sendiri adalah orang yang terakhir pergi ke Madinah.

Rasulullah saw. menyiapkan hijrah ini secara matang. Sebab, target utama kaum musyrik Mekah adalah mengagalkan hijrah kaum muslimin. Rasulullah saw. menyiapkan bekal, kendaraan, penunjuk jalan, strategi, dan rute yang akan ditempuh. Beliau juga meminta Abu Bakar ash-Shiddiq menemaninya, dan seorang pemandu jalan yang bernama Abdullah bin Uraiqit.

Rasulullah saw. meninggalkan rumah pada malam hari tanggal 27 bulan Shafar tahun ke-13 kenabian atau bertepatan dengan tanggal 12 atau 13 September tahun 622 M. Perjalanan awal keluar Mekah jusru menempuh jalan yang berlawanan dengan jalan menuju Madinah. Hal ini dimaksudkan untuk mengecoh para pengejar. Gua Tsur adalah tempat tujuan mereka. Di gua ini mereka bermalam selama tiga hari. Kaum musyrik Quraisy sempat mengejar, tetapi keberadaan Rasulullah saw. dan Abu Bakar di dalam gua tidak diketahui mereka.

Setelah berhasil lolos dari pengejaran kaum musyrik Mekah, perjalanan dilanjutkan kembali. Tetapi ternyata, para pemburu bayaran yang diiming-imingi hadiah besar oleh pihak Mekah terus mengintai mereka. Salah satu dari mereka adalah Suraqah bin Malik. Ia berhasil mengejar dan mendekati Rasulullah saw. dan Abu Bakar. Namun, setelah melihat mukzijat kenabian dari Rasulullah saw., Suraqah akhirnya tunduk.

Rasulullah saw. akhirnya tiba di Yatsrib (Madinah) pada hari Jum’at tanggal 12 Rabiul Awwal di tahun yang sama. Beliau disambut penduduk Madinah dengan meriah. Al-Barra bin ‘Azib seorang sahabat dari kaum Anshor mengatakan, “Orang pertama dari para sahabat yang datang ke Yatsrib ialah Mus’ab bin Umair dan Ibnu Ummi Maktum. Kedua orang inilah yangmengajarkan Al Qur’an kepada kami. Kemudian menyusul Ammar bin Yasir, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Umar bin al-Khaththab bersama kafilah yang terdiri dari dua puluh orang. Setelah itu, barulah Rasulullah saw datang menyusul. Saya belum pernah melihat banyak orang bergembira seperti saat mereka menyambut kedatangan beliau, sehingga kaum wanita, anak-anak, dan para hamba sahaya perempuan bersorak-sorai meneriakkan, “Itulah dia, Rasulullah saw telah datang.” (HR. al-Bukhari).

Kedatangan Rasulullah saw di kota Yatsrib ternyata membawa perubahan yang sangat besar bagi perkembangan Islam. Paling tidak, beliau berhasil menjadi juru damai bagi dua suku asli penduduk Yatsrib, yaitu suku Aus dan Khzaraj. Rasulullah saw. mempersaudarakan, menyatukan, dan mendamaikan mereka dengan ikatan iman dan Islam serta persaudaraan Islamiyah. Sehingga terhapuslah di hati mereka militansi kesukuan yang sempit. Sementara itu, para pendatang Muhajirin juga mulai mewarnai aktivitas di kota itu dengan perdagangan. Tak lama kemudian, kaum Muhajirin mampu menggeser dominasi ekonomi dan perdagangan kaum Yahudi.

Rasulullah saw. kemudian meletakkan tiga hal yang menjadi tonggak pembentukan masyarakat baru, yaitu:
1. Memperkokoh hubungan kaum muslim dan Tuhannya dengan membangun masjid;
2. Memperkokoh hubungan intern umat Islam dengan mempersaudarakan kaum pendatang Muhajirin dari Mekah dengan penduduk asli Madinah, yaitu kaum Anshor;
3. Mengatur hubungan umat Islam dengan orang-orang diluar Islam, baik yang ada di dalam maupun di sekitar kota dengan cara mengadakan perjanjian perdamaian.

Melalui tiga hal di atas, Rasulullah saw. berhasil membangun masyarakat ideal. Masyarakat ini terwujud dalam suatu negara, yang beliau beri nama Madinah, artinya “kota” atau “tempat peradaban”. Di dalam masyarakat itu, Rasulullah saw. secara bertahap menerapkan sistem yang dapat melindungi mereka dengan kehidupan yang damai dan makmur. Pada akhirnya, disebabkan melihat suasana damai itu, banyak penduduk kota Madinah dan sekitarnya yang menyatakan masuk Islam.
Setelah terbentuknya negara Madinah, Islam mulai menguatkan eksistensinya di wilayah sekitar kota Madinah, sampai kota Mekah pun dapat dibebaskan. Dengan dibebaskannya Mekah tidak ada lagi hijrah ke Madinah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw, “Tidak ada hijrah setelah pembebasan (Mekah).” (HR. al-Bukhari)

Tetapi, menurut Munawar Khalil, hijrah dalam pengertian meninggalkan sesuatu yang buruk menuju sesuatu yang baik atau hijrah secara maknawiyah spiritual merupakan kewajiban bagi setiap muslim sepanjang hidupnya. Hijrah maknawiyah ini terus berlaku sepanjang masa. Dan mengingat pentingnya peristiwa hijrah ini, Umar ibnul Khaththab, berdasarkan usul Ali bin Abi Thalib, menetapkan peristiwa hijrah ini sebagai awal tahun penanggalan Islam.

Setelah mengalami perjalanan hijrah yang cukup melelahkan dan penuh ketegangan, Rasulullah saw. dan Abu Bakar akhirnya sampai di kota tujuan, Yatsrib. Kaum muslim yang menantikan mereka dengan cemas akhirnya merasa lega. Mereka menyambut Rasulullah saw. dan Abu Bakar dengan penuh suka cita. Mereka bahkan bersenandung, bernyanyi, dan bersyukur akan kedatangan Rasullah saw. dan Abu Bakar yang selamat dan tidak kurang suatu apapun jua.

Rasulullah saw. kemudian mengganti nama kota Yastrib dengan nama al-Madinah al-Munawarah atau lebih dikenal dengan Madinah. Kota ini kemudian menjadi tanah suci karena disucikan oleh Rasulullah saw., sebagaimana dalam sabdanya, “Rasulullah saw. telah mensucikan tanah antara dua laba (tanah berbatu hitam antara timur dan barat) Madinah.” (HR. Muslim). Kota ini terletak kurang lebih 350 km di utara kota Mekah.

Rasulullah saw. tiba pada hari Jum’at tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1 H atau 27 September 622 M di perkampungan Bani Najjar di Madinah. Beliau turun dari untanya di depan rumah Abu Ayub, seraya berkata, “Di rumah inilah, insya Allah”. Beliau kemudian masuk ke rumah Abu Ayub dan tinggal untuk sementara waktu.
Sebelum masuk kota Madinah, Rasullah saw. singgah di pemukiman Bani ‘Amr bin ‘Auf selama empat belas hari. Dalam waktu yang singkat tersebut beliau membangun masjid Quba. Masjid itu adalah menjadi masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Islam. Mengenai masjid tersebut, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (at- Taubah: 108)
Setelah tiba di Madinah, Rasulullah saw. mulai membangun masyarakat baru, yakni masyarakat madani. Ada dua hal utama yang dikerjakan Rasulullah saw, yaitu: Pertama, menguatkan hubungan vertikal kaum muslim dengan Allah swt., melalui sarana masjid; Kedua, menguatkan hubungan horizontal sesama muslim melalui proses ta-akhi (persaudaraan), dan antara umat Islam dengan non Islam dengan Mii-tsaqul Madinah (Piagam Madinah).

Di dalam hadits dijelaskan, pekerjaan pertama yang dilakukan Rasululah saw. di Madinah adalah membangun masjid. Tempat yang dipilih adalah sebidang tanah milik dua orang anak asuh As’ad bin Zararah di Mirbad. Mereka sebenarnya ingin memberikan tanah itu secara cuma-cuma, tetapi Rasulullah saw. tetap membayarnya. Tanah itu sebelumnya ditumbuhi beberapa pohon kurma liar dan beberapa buah kuburan orang-orang musyrik.

Masjid itu berukuran kurang lebih seratus hasta, terdiri dari sebidang tanah segi empat sama sisi, dibatasi oleh bekas pelepah-pelepah kurma, dengan kiblat masih menghadap ke Masjidil Aqsha. Lantainya terdiri dari pasir dan kerikil, sedangkan tiang dan atapnya dari batang dan pelepah daun kurma. Rasulullah saw. ikut turun tangan membangun masjid bersama para sahabatnya. Mereka mengerjakannya sambil bersyair dan bersenandung.

Mengapa masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah saw. dan bukan yang lainnya? Sebab, Rasulullah mengetahui bahwa imanlah sesungguhnya inti kekuatan dari masyarakat madani yang hendak dibangun. Maka, masjid adalah sarana yang tepat untuk memelihara iman agar tetap kokoh dan mantap. Masjid akan melahirkan keimanan yang produktif, yang hidup dan menghidupkan, dan memberi manfaat bagi kehidupan seluruh alam. Adanya masjid menempa para sahabat untuk berjuang lebih lanjut, karena memang tantangan dakwah Islam selanjutnya akan lebih berat. Karena itu, mereka harus memiliki iman kokoh yang tidak melahirkan rasa takut dan gentar kecuali kepada Allah swt., “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap meadirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah.” (at-Taubah: 18)

Selain itu, masjid ini juga diharapkan menjadi tempat pembinaan umat secara keseluruhan, baik dalam rangka menyusun strategi dakwah maupun taktik lainnya. Dari masjid inilah lahir masyarakat baru yang dikenal dengan nama masyarakat madinah, nama itu menjadi acuan bagi peristilahan masyarakat madani (civil societ) yang sekarang ini sedang ngetrend.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang harmonis dan seimbang, baik secara lahir maupun batin, juga dalam hubungan vertikal kepada Al-Kholik dan horizontal sesama makhluk, “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (an-Nuur: 36-38)

Masjid secara vertikal menguatkan hubungan seorang hamba kepada Tuhannya, dan secara horizontal menguatkan hubungan antar anggota masyarakat muslim. Proses ini berjalan secara paralel, yaitu seiring adanya pertemuan intens dalam sholat fardhu sehari semalam sebanyak lima kali dan sholat Jum’at sekali seminggu. Hal ini melahirkan barisan kaum muslimin yang kokoh dan kuat yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. Barisan ini kemudian menjadi pasukan yang mampu menaklukkan kekuatan pasukan kaum musyrik Mekah di berbagai peperangan. Barisan ini juga ditakuti oleh kabilah-kabilah di pedalaman, dan pada akhirnya mampu membalikkan kenyataan: mengusir tentara Romawi dan berhadapan dengan pasukan Rustum (seorang jenderal Persia). Beberapa saat sebelumnya, tidak terbersit sedikitpun di dalam benak kaum muslim bahwa mereka akan mampu melakukannya. Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (ash-Shaff: 4)

Hal kedua yang Rasulullah saw. lakukan adalah melaksanakan strategi ‘ta-akhi bainal muhaajiriina wal anshaari’ (persaudaraan antara Muhajirin dan Anshor) yang dimaksudkan untuk menguatkan kesatuan dan persatuan di kalangan kaum muslim. Tujuan lain dari hal ini adalah untuk menguatkan hubungan antara pendatang dan penduduk asli, memusnahkan fanatisme kesukuan ala jahiliyah, dan menumbuhkan semangat pengabdian yang ditujukan hanya untuk Islam. Karena secara historis, orang-orang Anshar yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khajraz pernah saling bermusuhan. Darah yang belum kering, dendam yang belum padam, sirna dihapus oleh jiwa baru persaudaraan Islam.

Melalui persaudaraan ini, Rasulullah saw. berhasil menyatukan kaum muslimin tidak hanya pada tataran teoritis, namun juga pada tataran aplikasi. Pada kenyataannya, persaudaraan ini mengikat serta mempersatukan tidak hanya jiwa namun juga harta mereka. Mengenai hal ini al-Bukhari meriwayatkan sebagai berikut, “Setibanya kaum Muhajirin di Madinah, Rasulullah saw. mempersaudarakan antara Abdur Rahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Rabi’. Ketika itu, Sa’ad berkata kepadanya, “Aku termasuk orang Anshar yang mempunyai banyak harta kekayaan. Harta kekayaanku ini akan aku bagi dua, separuh untukmu dan separuh untukku. Aku juga mempunyai dua orang isteri, lihat mana yang paling baik untuk anda. Sebutkan namanya, maka ia akan segera kuceraikan, dan sehabis masa iddahnya kupersilahkan engkau menikah dengannya.” Mendengar hal itu, Abdur Rahman menjawab, “Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaan anda. Tunjukan saja kepadaku, dimanakah pasar kota kalian?” Abdur Rahman kemudian ditunjukkan pasar milik Bani Qainuqo. Maka mulailah Abdur Rahman berkerja, dan ketika pulang ia membawa gandum dan samin. Setiap pagi dia melakukan hal itu. Sampai pada satu hari beliau mendatangi Rasulullah saw. dengan pakaian yang bagus dan rapi. Rasulullah saw. pun berkata kepadanya, “Apakah engkau sudah mempunyai penghasilan?” Jawabnya, “Saya sudah menikah.” Rasulullah saw. bertanya lagi, “Berapa mas kawin yang engkau berikan kepada isterimu?” Ia menjawab lagi, “Setail uang emas.” (HR. al-Bukhari)

Sesungguhnya dialog yang terjadi antara Abdur Rahman bin ‘Auf dan Sa’ad bin Rabi’ melebihi dialog antar dua insan bersaudara. Akan tetapi, sesungguhnya ia merupakan dialog iman. Dari dialog ini terlihat sikap itsar atau rela berkorban, membagi, dan solidaritas, namun juga diimbangi dengan sikap ta’affuf atau harga diri yang tinggi, pantang menyerah, dan putus harapan. Antara itsar dan ta’affuf, antara membagi dan dan tidak putus asa adalah sinergi yang melahirkan dinamika dan produktivitas hidup. Hal ini melahirkan energi kuat yang menjadi penggerak kemenangan kaum muslim saat itu.

Namun, dua jiwa itu seakan hilang saat ini. Tidak ada lagi itsar dan ta’affuf. Kalaupun ada itsar namun ta’affuf mati, seakan-akan memberi makan orang kuat namun pemalas. Akibatnya, umat Islam dewasa ini menjadi mandul, kurang produktivitas, dan hina di mata musuhnya. Akan tetapi, generasi awal umat ini tidaklah demikian, sebagaimana Abdur Rahman bin ‘Auf yang mempunyai jiwa pantang menyerah. Hanya dalam waktu singkat ia sudah mampu menikah lagi dengan mahar yang cukup mahal. Abdur Rahman bin ‘Auf bersama Ustman bin Affan serta sahabat lainnya merupakan pebisnis ulung, yang pada akhirnya mampu menggusur dominasi ekonomi dan perdagangan kaum Yahudi di Madinah. Karena itu, memepertahankan martabat dan harga diri, tingginya solidaritas, dan kesiapan berkorban menjadi penentu bagi kemuliaan Islam dan umatnya. Di sisi lain, amat tercela bagi sebagian orang yang memeluk Islam sekaligus menelan Islam, yaitu orang-orang yang mencari makan atas nama Islam sehingga mengakibatkan hancurnya martabat dan kehormatan Islam di dunia ini.
Sesungguhnya Islam dibangun atas landasan persaudaraan sejati yang merupakan buah dari keimanan yang tinggi. Jika kita mengambil contoh dari Rasulullah saw. dan para sahabat, maka persaudaraan sejati semacam itu hanya terdapat pada manusia-manusia yang berjiwa bersih dan berakhlak mulia. Persaudaraan ini melahirkan cinta kasih, ibarat mata air yang memancar keluar dan mengalir dengan sendirinya. Hal ini tidak bisa dipaksakan dengan peraturan atau undang-undang apapun juga. Persaudaraan ini akan berkembang di dalam hati dan membebaskan fikiran manusia dari cengkeraman egoisme, kekikiran, serta akhlak dan budi pekerti yang rendah.

Inilah dia sesungguhnya gambaran masyarakat madani itu, satu tipe alternatif yang dicita-citakan masyarakat manusia sekarang ini. Masyarakat yang harmonis, penuh kasih sayang dan toleransi, serta rahmat bagi semua. Karena itulah, mengawali keberadaannya di kota Madinah, Rasulullah saw. mensosialisasikan slogan-slogannya, yaitu keselamatan, kesejahteraan, keamanan, kasih sayang, keadilan, dan persaudaraan.

Abdullah bin Salam, seorang rahib Yahudi yang masuk Islam, mengatakan, “Aku mendatangi Rasulullah saw. saat ia tiba di Madinah. Jelaslah bagiku wajahnya, dan tidak tampak padanya wajah seorang pendusta. Hal yang pertama kali aku dengar dari ucapan-ucapannya adalah:

“Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambungkanlah persaudaraan, dan sholatlah di waktu malam sementara manusia tidur, maka kalian akan masuk surga Tuhanmu dengan sejahtera.” (HR.at-Turmudzi, Ibnu Majah, dan ad-Daarimi)

“Tidak akan masuk surga seseorang yang tetangganya tidak tenteram dari gangguan-gangguannya.” (HR. Muslim)

“Seorang muslim adalah orang yang membuat muslim lainnya merasa aman dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari)

“Tidak beriman seseorang daripadamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari)

“Orang-orang beriman seperti satu tubuh, apabila matanya sakit, sakit pulalah seluruh badannya, dan apabila kepalanya sakit, sakit pulalah seluruh tubuhnya.” (HR.Muslim)

“Janganlah kalian saling membenci, saling hasad, dan saling bertengkar. Tetapi, jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim meninggalkan (memusuhi) saudaranya melebihi tiga hari.” (HR. Bukhari)