Massa Santun di Dunia yang Bergetah
Menyaksikan deklarasi Partai Keadilan di Gelora Pancasila Surabaya
Minggu kemarin, bulu kuduk saya merinding. Susana religius yang teduh
lebih mendominasi daripada suasana hingar-bingar yang biasa tampak di
sebuah forum rapat besar partai.
Dari massa yang hadir saja sudah pemberikan warna yang khas. Hampir
semuanya anak muda, umur sekitar 20 sampai 30 tahun. Yang wanita
semuanya berjilbab putih, bersih dan kelihatan dari bahan yang
menunjukkan mereka dari golongan menengah ke atas.
Wajah-wajah mereka juga tampak sangat bersih, cerah dan kelihatan
benar wajah intelektualnya. Lihat, begitu banyak yang mengenakan kaca
mata putih dari jenis yang juga menunjukkan kelas sosialnya. Rasanya
saya seperti berada di sebuah paroki dengan gambaran para biarawatinya.
Di antara para wanita belia itu tidak sedikit yang datang sambil
menimang bayi. Cara menimangnya pun bisa menunjukkan bahwa mereka
memperlakukan bayinya dengan penuh kasih sayang. Mereka membawa bayinya
ke acara tersebut bukan untuk demonstratif, melainkan seperti mengandung
misi bahwa kesibukan seperti apa pun -apalagi sekedar partai- tidak
boleh mengabaikan anak, ditinggal di rumah saja, misalnya. Secara
lahiriah umumnya penampilan mereka cocok untuk sebuah gambaran apa yang
disebut keluarga sakinah.
Yang pria pun juga tampil amat ramah, santun dan sangat intelektual.
Mereka umumnya mengenakan baju taqwa lengan panjang berwarna putih. Atau
warna lain yang sangat kalem. Baju mereka juga rapi, bersih dan dari
bahan yang berkelas. Wajah mereka lebih banyak senyum dan di dahi mereka
umumnya membayang tanda hitam yang menunjukkan betapa khusyuk mereka
bersujud.
Waktu mereka tiba maupun waktu mereka bubar tidak terjadi kegaduhan
atau hiruk pikuk. Semuanya berlangsung rapi dan tertib. Acaranya pun
dimulai tepat waktu, suatu yang langka terjadi dalam acara seperti itu.
Selesainya pun juga tepat memasuki waktu Dzuhur sehingga tidak perlu ada yang tidak sempat menunaikan kewajiban.
Dari jalannya acara terlihat mereka adalah kelompok yang sangat
terorganisasi. Misalnya saja bagaimana acara seperti itu sekaligus
dimanfaatkan untuk mendapatkan daftar anggota lengkap dengan riwayat
hidup mereka. Formulir dibagi dengan sistematis dan dikumpulkan dengan
cara yang sistematis pula.
Seorang wartawan ‘nyeletuk’ bahwa mereka inilah kelompok reformis sejati.
Maksudnya barangkali, karena usia mereka umumnya masih muda, maka
mereka bukanlah kelompok yang pernah terkena getah pemerintahan Orde
Baru. Mereka memang para aktivis masjid kampus, yang selama Orde Baru
bertekad tidak mau ke mana-mana, karena melihat di mana-mana sudah penuh
dengan getah. Yang kita tunggu, bagaimana ketika mereka bertekad untuk
berkiprah di panggung politik, yang bukan hanya banyak getah lama tapi
juga akan muncul getah-getah baru…
Harapan Dahlan Iskan (direktur Jawa Pos saat itu) yg dituangkan
dalam sebuah tulisan di surat kabar harian Suara Indonesia, tanggal 21
September 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar